Pedagang Pasar Cileungsi Tolak Tes Cepat, Protokol COVID-19 Diperketat

Harusnya pedagang ikut serta dalam menahan penyebaran virus

Bogor, IDN Times - Beberapa waktu lalu viral video penolakan rapid tes atau tes cepat COVID-19 oleh pedagang Pasar Cileungsi, Kabupaten Bogor. Kondisi ini membuat Perusahaan Daerah Pasar Tohaga Kabupaten Bogor memperketat penerapan protokol kesehatan di klaster pasar tersebut guna mencegah merebaknya penularan virus corona baru itu.

"Sejauh ini belum ada instruksi penutupan (pasar, red.) kembali, hanya penerapan protokol kesehatan lebih diperketat," kata Direktur Utama PD Pasar Tohaga Kabupaten Bogor Haris Setiawan dikutip dari Antara, Kamis (11/6).

Dia menjelaskan, pengetatan penerapan protokol kesehatan di pasar dengan lokasi di bagian timur Kabupaten Bogor itu diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas pemeriksaan suhu tubuh pengunjung pasar dan penyemprotan disinfektan di area pasar, yakni dua kali sehari.

"Setiap hari pengecekan suhu dan 'screening' (penyaringan) penggunaan masker. Saat ini pasar dibuka sesuai aturan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), buka pukul 04.00 WIB, tutup pukul 13.00 WIB," katanya.

Pihaknya juga memasang tempat cuci tangan portabel di 40 tempat di Pasar Cileungsi, agar pengunjung dan pedagang rajin mencuci tangan, terlebih usai bertransaksi.

1. Pedagang merasa pembatasan aktivitas berjualan tidak seragam

Pedagang Pasar Cileungsi Tolak Tes Cepat, Protokol COVID-19 DiperketatIlustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Staf Humas dan Keamanan Pasar Cileungsi Ujang Rasmadi menyebutkan pedagang Pasar Cileungsi bereaksi atas kekecewaannya kepada tim gugus tugas dengan cara menolak tes cepat secara massal.

Para pedagang mengusir rombongan tenaga medis yang hendak menggelar tes cepat di Pasar Cileungsi pada Rabu pagi.

Pedagang beranggapan sepinya Pasar Cileungsi karena ada pembatasan pengunjung oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Bogor.

Pembatasan pengunjung itu menimbulkan kecemburuan pedagang Pasar Cileungsi kepada pedagang kaki lima (PKL) di luar pasar yang operasionalnya tidak mendapat pembatasan dari gugus tugas.

"Ada timbul (permasalahan) seperti itu, karena pedagang yang di dalam yang jelas legal diperlakukan seperti itu (dibatasi, red.) sementara yang di luar diabaikan," katanya.

2. Keluhkan kondisi pasar yang sepi imbas klaster COVID1-9

Pedagang Pasar Cileungsi Tolak Tes Cepat, Protokol COVID-19 DiperketatIlustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Di sisi lain, para pedagang di Pasar Cileungsi Kabupaten Bogor Jawa Barat kini mengeluhkan sepi pembeli setelah tempatnya menjadi klaster penularan virus corona COVID-19.

"Pasar saat ini kondisinya sepi setelah kemarin sempat ditutup. Banyak keluhan dari pedagang yang penghasilannya berkurang," ujar Staf Humas dan Keamanan Pasar Cileungsi, Ujang.

Kondisi tersebut membuat pedagang Pasar Cileungsi bereaksi atas kekecewaannya kepada tim gugus tugas dengan cara menolak pelaksanaan tes cepat atau rapid test massal.

3. Sudah ada 26 pasien COVID-19 dari klaster pasar ini

Pedagang Pasar Cileungsi Tolak Tes Cepat, Protokol COVID-19 DiperketatPuluhan pedagang Pasar Leuwipanjang mengikuti rapid test. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Seperti diketahui, Bupati Bogor Ade Yasin menyebutkan bahwa hingga kini sudah ada 26 pasien COVID-19 dari klaster pasar di sebelah timur Kabupaten Bogor itu.

Satu di antaranya yaitu tukang daging yang merupakan laki-laki usia 30 tahun telah wafat karena terinfeksi COVID-19, dan sempat menularkan istrinya yang berusia 23 tahun, adiknya seorang laki-laki usia 17 tahun, dan anaknya seorang perempuan yang berusia 1,5 tahun.

4. Pengetesan massal di pasar akan dioptimalkan

Pedagang Pasar Cileungsi Tolak Tes Cepat, Protokol COVID-19 DiperketatPuluhan pedagang Pasar Leuwipanjang mengikuti rapid test. (IDN Times/Debbie Sutrisno)

Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menggelar rapid test secara massal di pasar pasar tradisional. Setidaknya ada 700 pasar yang menjadi cakupan karena diprediksi bisa menjadi tempat penyebaran virus corona jenis baru (COVID-19).

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuturkan, berdasarkan data indeks penyebaran COVID-19 di Jabar saat ini berada di angka 0,72. Kondisi ini terbilang baik karena sudah tiga minggu berada di bawah angka 1. Artinya dari satu orang pasien COVID-19, penyebaran ke orang lainnya bisa lebih dari satu hari.

Namun, dalam beberapa hari ke belakang ada kenaikan indeks meski sangat kecil angkanya. Tapi hal ini harus diwaspadai karene penyebaran virus corona bisa tiba-tiba membludak.

"Bagi kami kecil atau besar ini harus diwaspadai karena kita takutkan adanya gelombang kedua. Minggu ini kita akan lakukan pelacakan di 700 pasar karena ini menjadi potensi persebaran virus," ujar Ridwan Kamil.

Baca Juga: Pasar Leuwipanjang Tutup 14 Hari, 230 Pedagang Jalani Rapid Test

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya