Pakar ITB Ingatkan Potensi Gempa Jabar Selatan Selain Megathrust 

Masyarakat harus ikut mewaspadai pergerakan ini

Bandung, IDN Times - Gempa bumi baru terjadi di Kabupaten Garut akhir pekan kemarin. Berkekuatan M6.5 gempa dirasakan di berbagai daerah bukan hanya di Jawa Barat.

Pakar gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano mengatakan, bencana gempa bumi yang berlokasi di selatan Jawa Barat memberikan peringatan bahwa ada karateristik sumber gempa lain yang merusak selain megathurst. Salah satu sifat gempa megathrust adalah berpotensi menimbulkan tsunami.

Dia mengatakan, sebelumnya, telah terjadi gempa di lokasi yang mirip dengan lokasi bencana akhir pekan lalu tersebut. Salah satunya gempa yang terjadi pada 2 September 2009 dengan magnitudo yang lebih besar, 7,3.

"Gempa (27 April 2024) tersebut terjadi di bagian dalam dari lempeng yang masuk, bukan di bidang atasnya. Gempa di dalam lempeng memiliki beberapa karakteristik yang berbahaya. Salah satunya, lokasi lebih dekat dengan daratan sehingga potensi untuk merusak lebih besar. Berbeda dengan megathrust yang lebih selatan (lebih jauh dari daratan)," ujarnya melalui siaran pers dikutip Selasa (30/4/2024).

Dengan adanya gempa tersebut memberikan peringatan yang sangat penting bagi kita bahwa ada karaktersitik sumber gempa lain yang ada di selatan Jawa Barat, jadi bukan hanya megathrust yang berdampak tsunami. Gempa yang kemarin itu merupakan sumber gempa lain dan memberikan dampak kerusakan yang signifikan.

1. Bandung lebih lama rasakan guncangan gempa karena perbedaan sedimen tanah

Pakar ITB Ingatkan Potensi Gempa Jabar Selatan Selain Megathrust ilustrasi gempa (IDN Times/Esti Suryani)

Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB ini menjelaskan, terkait durasi gempa yang terasa lama di sejumlah wilayah Kota Bandung, salah satu faktornya karena lapisan tanahnya yang lunak.

"Ini karakteristik yang khas dari Kota Bandung karena dibangun dari sedimen, ada sedimen danau dan sungai yang menambah durasi dari goncangan. Kalau belajar dari gempa tahun 2009, bahkan ada beberapa kerusakan yang terjadi di bagian utara Kota Bandung.

2. Pendeteksi gempa bumi harus bisa berjalan realtime

Pakar ITB Ingatkan Potensi Gempa Jabar Selatan Selain Megathrust ilustrasi gempa Bayah Banten (Twitter.com/BMKG)

Saat ini, di Indonesia terdapat dua teknologi pendeteksi tsunami. Pertama, berbasiskan deteksi gempa bumi. Kedua, melalui verifikasi kenaikan muka air laut.

"Kalau kedua instrumentasi tersebut berjalan realtime, maka kita bisa mendeteksi tsunami dengan sangat baik," katanya.

3. Masyarakat harus ikut antisipasi bangunan yang dihuni

Pakar ITB Ingatkan Potensi Gempa Jabar Selatan Selain Megathrust Sejumlah bangunan di Kabupaten Sumedang tampak rusak akibat gempa berkekuatan M6,2 di Kabupaten Garut, pada Sabtu (27/4) malam. Tim rekasi cepat segera melakukan penanganan darurat dan kaji cepat sejak dini. (Dok. BPBD Kabupaten Sumedang)

Terkait potensi gempa di Indonesia, masyarakat perlu untuk memahami kondisi rumah. Jangan sampai rumah kita mudah goncang ketika ada gempa. Hal ini harus dipersiapkan agar masyarakat tidak cepat panik ketika gempa terjadi.

Selain itu, masyarakat perlu untuk memahami potensi risiko goncangan di lingkungan sekitar dan evakuasinya.

"Evakuasi baru bisa dilakukan setelah goncangan selesai. jika diperlukan evakuasi, seperti kalau ada bagian rumah yang rusak, maka kita harus tahu lokasi evakuasi," katanya.

Di sisi lain, pemerintah perlu untuk meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat dengan program-program yang relevan. Pemerintah pun harus konsisten menerapkan perencanaan pembangunan yang mulai mengatur potensi bencana, seperti membuat zona-zona kebencanaan secara khusus.

Baca Juga: 17 Rumah dan Kantor Kuwu di Majalengka Terdampak Gempa Garut

Baca Juga: PVMBG Pastikan Gempa Garut Tidak Picu Aktivitas Sesar di Jabar

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya