Meski Sudah Hujan, Bandung Masih Alami Musim Kemarau Sampai November 

Hujan lokal bukan berarti musim kemarau sudah berganti

Bandung, IDN Times - Masyarakat di sejumlah daerah di kawasan Bandung Raya mulai merasakan hujan. Namun hujan tersebut tak berlangsung lama dan intensitas curah hujan pun masih kecil.

Kepala Badan Meteorologi, Klimaatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, hujan yang terjadi di beberapa titik belum memperlihatkan bahwa musim penghujan telah tiba. Karena kondisi tersebut masih masuk ketegori hujan lokal.

"Pada musim kemarau tidak berarti hujan akan tidak terjadi sama sekali, tapi tetap terjadi namun dengan frekuensi dan intensitas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan," kata Teguh melalui siaran pers dikutip, Jumat (13/10/2023).

1. Masa pancaroba terjadi akhir Oktober hingga awal November

Meski Sudah Hujan, Bandung Masih Alami Musim Kemarau Sampai November Ilustrasi cuaca ekstrem (ANTARA FOTO/Rahmad)

Dia menuturkan, dari pantauan BMKG Bandung yelah terjadi penurunan jumlah curah hujan dasarian di beberapa pos pengamatan curah hujan. Di wilayah jalan Cemara kota Bandung, hujan pada Mei dasarian I berjumlah 220 mm dan pada Mei dasarian II berjumlah 65 mm. Hal ini berlaku juga pada curah hujan di wilayah Lembang. Pada Mei dasarian I curah hujan berjumlah 156 mm, sedangkan pada dasarian II @berjumlah 8 mm.

Beberapa jurnal ilmiah internasional yang dibuat oleh pakar-pakar di BMKG, diketahui bahwa dampak El Nino terhadap musim kemarau di Indonesia secara garis besar ada dua, yaitu secara temporal dan secara volume. Secara temporal, El Nino akan membuat musim kemarau berpeluang lebih lama terjadi di wilayah Bandung Raya. Secara volume, atau jumlah curah hujan, akan membuat musim kemarau menjadi lebih kering dibandingkan kondisi klimatologisnya.

"Sesuai dengan prakmus yg sudah dikeluarkan Bmkg, masa pancaroba akan berlangsung pendek pada akhir Oktober hingga awal November," papar Teguh.

2. Musim kemarau tahun ini lebih kering

Meski Sudah Hujan, Bandung Masih Alami Musim Kemarau Sampai November Ilustrasi kemarau (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Terkait musim kemarau ini, BMKG mengimbau kepada institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau. Oleh karena pada tahun ini Musim Kemarau diprediksi bersifat bawah normal atau lebih kering dibanding biasanya.

Menyikapi adanya peluang El Nino di Semester II, tahun 2023, maka diperlukan beberapa langkah aksi dan antisipsi dini untuk mengurangi dampaknya seperti potensi kekeringan yang terjadi pada sebagian wilayah Indonesia, oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengurangi risiko bencana seperti kekeringan, kekurangan air bersih dan gagal panen yang bisa memicu terganggunya ketahanan pangan.

Harus juga diantisipasi meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan yang perlu di antisipasi lebih dini, terutama wilayah atau provinsi yang rentan dan sering terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Perlunya antisipasi terkait produksi pangan dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional," kata dia.

3. Pemda harus optimal lakukan penyimpanan air

Meski Sudah Hujan, Bandung Masih Alami Musim Kemarau Sampai November Ilustrasi memasuki musim kemarau (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

BMKG juga mengimbau kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat untuk dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan atau melakukan manajemen air bersih.

Harapannya pada puncak musim kemarau, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi.

"Yang terpenting, masyarakat tidak perlu panik dengan isu El Nino namun tetap mengikuti perkembangan informasi iklim dari BMKG," pungkasnya.

Baca Juga: Kemarau, 1,1 Juta Jiwa Warga Lebak Krisis Air Bersih

Baca Juga: BMKG Prediksi Fenomena El Nino Akan Berlangsung hingga Maret 2024

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya