Meramu Biji Kopi Jadi Produk Bernilai Tinggi Ala Cikopi Mang Eko

Kopi saat ini menjadi gaya hidup yang sulit ditinggalkan

Bandung, IDN Times - Semerbak aroma kopi menyeruak di halaman depan rumah Muchtar Koswara. Wangi itu dihasilkan dari salah satu mesin pemanggang kopi (roaster) yang berada di ruangan kecil tepat di depan lahan parkir kendaraan.

Siang itu, Minggu (21/5/2023), tiga orang tengah duduk santai di kursi depan ruang roaster. Sementara satu orang membawa tiga plastik bening berukuran besar yang berisi green bean kopi. Hendak menyewa alat untuk memanggang kopinya sendiri.

Kaca besar mengelilingi ruangan roaster membuat siapapun bisa melihat pekerja yang sedang memanggang kopi menggunakan roaster. 'Cikopi Mang Eko', sticker besar berwarna putih gading tersebut terpampang besar di bagian kaca depan ruangan roaster. Sedangkan di kaca bagian kanan dan kiri menempel sticker peralatan-peralatan membuat secangkir kopi.

"Kedai-kedai yang ada di Bandung Timur sebagian besar dan ada juga di perkotaan Bandung kopinya roasting di sini. Kami memang menyediakan jasa maklun, sewa mesin, atau langsung di roasting-kan juga bisa," kata Muchtar saat berbincang dengan IDN Times di rumahnya.

Di akhir pekan, tempat roaster ini tidak pernah sepi pengunjung. Ada saja orang yang datang untuk memanggang kopi, mengambil kopi yang sudah dibungkus, hingga kedatangan paket yang berisi kopi untuk dipanggang.

"Segini belum ramai kang. Kalau hari biasa tuh, weekday, baru pada antre. Persiapan buat akhir pekan kan, kedai-kedai pasti rame. Jadi nyiapinnya pas hari biasa," ungkap Muchtar.

Menggunakan pakaian rumahan, Muchtar memang tampak sibuk meski pelanggannya belum banyak yang datang. Dia bolak balik ke dalam rumah mengecek satu alat roaster yang sedang dipakai. Pelanggan pun datang dan pergi membawa kopi yang sudah dipanggang di Cikopi Mang Eko.

1. Kopi adalah bisnis yang candu

Meramu Biji Kopi Jadi Produk Bernilai Tinggi Ala Cikopi Mang EkoDebbie Sutrisno/IDN Times

Cikopi Mang Eko didirikan Muchtar pada 2016. Namun, pergulatan di dunia perkopian sudah digelutinya sejak 2003. Setelah lulus kuliah di jurusan kepariwisataan, dia diterima kerja di anak perusahaan Kapal Api dan menjadi bagian tim opening kedai Excelso. Dari satu outlet ke outlet lainnya, Muchtar menyiapkan semuanya termasuk meracik kopi premium yang bisa dinikmati pembeli.

Bosan menjadi pegawai, Muchtar pun banting setir dan menjadi seorang konsultan yang berkaitan dengan kopi sejak 2011. Dia kerap memberikan konsultasi kepada petani hingga kafe yang ingin menyediakan kopi sebagai salah satu menunya.

"Barista-baritsta juga saya sempat ajarkan membuat kopi dan menyiapkan resepnya. Setelah dari situ barulah kepikiran, kayanya saya harus membangun usaha juga. Dan jadilah ini tempat roasting kopi," ungkap Muchtar.

Terjun pada dunia roaster kopi bukanlah pilihan yang asal-asalan, Muchtar mengatakan, sejak dulu dia sudah terdoktrin oleh perusahaannya yang pada 2005 menyebut kalau kopi akan menjadi gaya hidup masyarakat di Indonesia. Melihat geliat kedai kopi yang mulai terasa pada 2015, dia kemudian memilih membuka tempat pemanggangan kopi ini.

Dan hasilnya memang meyakinkan. Setiap tahun permintaan kopi dari masyarakat terus tumbuh. Meski sempat tersandung pandemik COVID-19, tapi konsumsi kopi perlahan kembali menggeliat dengan banyaknya kedai kopi baru di setiap sudut kota.

Menurutnya, di kawasan Bandung Raya saja konsumsi kopi per kapita dari 1,4 kilogram (kg) per tahun pada 2021 naik menjadi 3,1 kg pada 2022. Artinya ada kenaikan lebih dari 100 persen. Seiring berjalannya waktu, penikmat kopi yang sudah terbiasa mengkonsumsi kopi sachet pun sekarang beralih ke kedai kopi. Dan setelah mereka pindah, sudah sangat jarang kembali menikmati kopi sachet.

"Kopi ini jadi bisnis candu karena memang ada kafeinnya. Cuman kandungan ini kan menyehatkan juga makanya dokter juga menyarankan orang untuk mengkonsumsi kopi. Jadi saya berpikira bahwa bisnis roasting kopi ini tidak akan mati," paparnya.

Dari data International Coffee Organization (ICO), konsumsi kopi di Indonesia mencapai 5 juta kantong berukuran 60 kilogram pada periode 2020/2021. Jumlah itu meningkat 4,04% dibandingkan pada periode sebelumnya yang sebesar 4,81 juta kantong berukuran 60 kg. Konsumsi kopi di Indonesia pada 2020/2021 pun menjadi yang tertinggi dalam sedekade terakhir. Lebih lanjut, konsumsi kopi Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Indonesia berada di urutan kelima atau di bawah Jepang yang konsumsi kopinya mencapai 7,39 juta kantong berukuran 60 kg.

Baca Juga: 5 Cara Sehat Minum Kopi saat Puasa, Pencinta Kopi Wajib Tahu!

2. Tak pelit berbagi ilmu mengolah kopi

Meramu Biji Kopi Jadi Produk Bernilai Tinggi Ala Cikopi Mang EkoPemilik Cikopi Mang Eko, Muchtar Koswara sedang mencium aroma kopi yang dipanggang di tokonya, Minggu (21/5/2023). Debbie Sutrisno/IDN Times

Kopi yang menjadi gaya hidup di era sekarang membuat kedai kopi kian menjamur. Mulai dari kedai besar yang ada di pinggir jalan raya, hingga yang masuk ke jalan-jalan kecil bahkan di perumahan membuat bisnis rosting kopi tak akan kekurangan pelanggan.

Muchtar menyebut, dari data Brewers Community Bandung setidakmya hampir 1.000 kedai kopi yang adai di sekitar Bandung Raya. Semakin banyak kendai, makin banyak pula permintaan kopi dengan beragam rasa dari berbagai daerah di Indonesia.

Selain menyediakan jasa roasting kopi, Cikopi Mang Eko pun membuat produk kopi sendiri yang berasal dari Aceh sampai Papua. Setidaknya sudah ada 25 jenis kopi yang diproduksi.

"Karena kesukaan orang kan beda-beda. Ada yang sebut kopi Manglayang enak, belum tentu yang lain suka. Atau misal menurut yang satu kopi Kintamani enak, tapi ada juga yang biasa saja. Jadi itu balik lagi sukanya kopi seperti apa," kata Muchtar.

Dengan banyaknya kedai kopi, para pelanggan yang datang ke Cikopi Mang Eko pun makin terus bertambah. Bahkan bukan hanya dari sekitar Bandung saja yang mampir, ada sampai dari luar Pulau Jawa belajar ke tempat ini.

Sebab, selain menyediakan jasa pemanggangan biji kopi, Muchtar pun tak pelit berbagi ilmu mengenai penanganan kopi dari pascapanen hingga menjadi kopi yang bisa diseduh dan dinikmati orang. Bahkan di tokonya, Muchtar menyediakan berbagai buku mengenai cara mengolah kopi secara baik dan benar. Harapannya setiap kopi yang keluar dari Cikopi Mang Eko menghasilkan kualitas terbaik saat dikonsumsi.

Cara ini pula yang membuat toko ini tak pernah kehilangan pelanggan meski tempat roaster di sekitar Cikopi Mang Eko mulai bermunculan. Setidaknya dalam radius lima kilometer (km) terdapat 12 toko serupa yang menawarkan jasa memanggang biji kopi.

"Kenapa saya bertahan dan bisa disebut paling ramai, karena saya jual nama. Saya sudah lama di bisnis ini dan kualitas juga terjaga. Ini sangat penting karena orang akan percaya dengan produk kita," ujarnya.

Menurutnya, sejak lama dia sudah tergabung dengan berbagai komunitas kopi di Bandung dan Indonesia. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kopi pun sudah sering disponsori Cikopi Mang Eko. Semua ini saling berkaitan membuat pencitraan merek tidak begitu sulit.

3. Targetkan bisa mengekspor kopi ke berbagai negara

Meramu Biji Kopi Jadi Produk Bernilai Tinggi Ala Cikopi Mang EkoDebbie Sutrisno/IDN Times

Meski sudah mumpuni dalam memproduksi kopi di Bandung dan sekitarnya, Muchtar masih memiliki keinginan menjual kopi ke luar negeri. Selama ini dia hanya fokus memproduksi tanpa memikirkan pemasaran dan digitalisasi usaha agar bisa mengeskpor. Padahal permintaan kopi dari tokonya sudah ada seperti Singapura dan Jerman. Bahkan pembeli dari Jerman sudah memintanya mengirim kopi sebanyak 1 ton setiap bulannya.

Sayang persoalan izin usaha dan teknik mengekspor ini yang belum dimiliki Cikopi Mang Eko. Untuk membuka jalan tersebut, Muchtar pun sekarang tengah belajar bersama Rumah BUMN Bandung melalui program brincubator 2023. Pelatihan terakhir yang dia dapat adalah mengenai tata cara mengekspor produk.

"Karena saya memang tidak pernah ikut-ikut kaya gini, jadi bingung memang kalau mau pengembangan. Nah sekarang ikut program BRI jadi mulai ke buka jalannya. Kaya kemarin ketemu mentor yang bisa bantu buat ekspor," ujarnya.

Untuk menuju ke sana, dia juga ingin mencari pendanaan dari investor agar bisa membeli alat baru yang harganya memang lumayan mahal. Produk lokal alat roaster berada di kisaran harga Rp30 juta hingga Rp780 juta, tergantung merek dan besaran alat.

Harga ini masih lebih rendah dibandingkan alat yang didatangkan dari luar negeri. Meski rasa tidak begitu jauh, tapi gengsi para pemain kopi tinggi sehingga menggunakan alat dari luar negeri bisa membuat kopi hasil roasting diminati lebih banyak kedai.

"Kalau bisa sih produksi tahun ini juga naik dari 1 ton per bulan jadi 1,5 ton. Inginnya sih ada investor masuk jadi bisa memenuhi permintaan yang memang banyak," ujarnya.

Sementara itu, Penanggung Jawab Rumah BUMN Bandung Supriatna menuturkan, BRI selama ini memberikan pealtihan kepada ribuan UMKM termasuk melalui program Brincubator yang ikuti Muchtar pemilik Cikopi Mang Eko. Bertempat di Jalan Jurang Nomor 50, Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, Rumah BUMN binaan BRI ini merupakan wadah bagi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk bisa melebarkan bisnisnya bukan hanya skala nasional, tapi juga menembus pasar luar negeri.

"Rumah ini memang dipersiapkan untuk memberikan pelatihan kepada para pelaku usaha kecil yang ingin mengembangkan bisnisnya. Berbagai kegiatan disiapkan mulai dari pelatihan pengemesan produk, cara berjualan secara daring (online), masuk ke marketplace, hingga barang bisa diekspor. Saat mendaftar mereka bisa memilih mau mengikuti pelatihan yang mana sesuai dengan kebutuhannya," kata Supriatna.

Pada tahun pertama keberadaan Rumah BUMN Bandung, sudah ada 787 pelaku UMKM yang menjadi anggota. Selam setahun jumlah peserta pelatihan bahkan lebih tinggi mencapai 854 dengan 38 pelatihan diselenggarakan untuk berbagai UMKM.

Angka tersebut terus meningkat, khususnya saat pandemik COVID-19 menerjang. Banyak orang yang merintis usaha kemudian mendaftar untuk menjadi anggota dan mengikuti pelatihan.

"Anggota kami sampai tahun ini sudah lebih dari 6.000 UMKM. 10 persen dari jumlah tersebut sudah mampu ekspor ke berbagai negara," kata Supriatna.

Untuk mendaftar sebagai anggota Rumah BUMN Bandung tidaklah sulit. Pelaku UMKM cukup masuk ke laman linkumkm.id dan melakukan registrasi. Di bagian beranda laman, terdapat lokasi Rumah BUMN, jadwal pelatihan per lokasi, dan jadwal pelatihan per nasional. Sehingga UMKM bisa memilih akan datang ke Rumah BUMN yang mana serta mengikuti pelatihan sesuai kebutuhan.

Bukan hanya perorangan, Rumah BUMN pun membuka kesempatan bagi komunitas atau sekolompok pelaku usaha yang ingin mendapatkan pelatihan bersama-sama. Supriatna menyebut, pembelajaran untuk kelompok tersebut pun bisa disesuaikan, apakah ada yang ingin fokus pada pemasaran atau pembuatan kemasan.

Kelompok seperti ini pun nantinya bisa mendapatkan bantuan dari BRI dalam bentuk lain seperti alat produksi. "Itu juga kan sebagai cara untuk pengembangan usaha. Jadi dapat bantuan alat usaha gitu," papar Supriatna.

Guna meningkatkan penjualan, lanjutnya, Rumah BUMN pun memberikan kesempatan kepada UMKM yang menjadi anggota ikut memamerkan produknya di berbagai kegiatan yang diselenggarakan BRI. Selain itu, Rumah BUMN pun telah bekerjasama dengan berbagai dinas dan kementerian agar produk dari UMKM yang dibina bisa berkontribusi pada kegiatan pameran.

Baca Juga: 5 Perbedaan Pengolahan Biji Kopi untuk Espreso dan Kopi Biasa

Baca Juga: Nongkrong Ditemani Teddy Bear di Kafe Roaster and Bear Jogja

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya