Menperin Agus Gumiwang Pastikan Sektor Tekstil Bukan Sunset Industry

Bandung, IDN Times - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) bukan 'sunset industry' yang berada di ujung kebangkrutan. Ada berbagai pihak yang menyebut soal sektor industri TPT telah masuk dalam usia senja dan ia menilai hal itu merupakan pandangan yang keliru, karena kinerja industri TPT kini justru semakin menggeliat meski sempat terdampak pandemik COVID-19.
Menurutnya, pertumbuhan industri TPT masih menjadi salah satu kelompok industri pengolahan yang dikategorikan sebagai industri strategis.
"Pertumbuhan industri TPT secara triwulan mengalami perbaikan atau meningkat 4,27 persen quarter to quarter (per kuartal), dibandingkan triwulan II/2021 sebesar 0,48 persen", ujar Agus Gumiwang Kartasasmita, Kamis (23/12/2021).
Ia tidak memungkiri kinerja industri TPT di masa pandemik 2021 masih mengalami penurunan, yakni minus 3,34 persen year on year (tahun ke tahun). Sementara kontribusi industri ini terhadap PDB manufaktur mencapai 6,08 persen pada triwulan III/2021.
1. Nilai ekspor dan investasi meningkat
Agus pun menuturkan, kondisi ekspor TPT pada Januari-Oktober 2021 mengalami peningkatan sebesar 19 persen, atau senilai USD 10,52 miliar. Lebih lanjut Agus pun mengatakan, investasi TPT juga mengalami kenaikan sebesar 12 persen, menjadi Rp5,6 triliun.
"Ada pernah beberapa pihak menyatakan bahwa industri TPT merupakan sunset industryi, itu salah besar. Kebangkitan ini akan memberikan semangat kepada industri dan perusahaan lain untuk mengembangkan dan investasi di Indonesia produk-produk yang berkaitan dengan TPT", tutur Agus.
Hal ini juga menurutnya merupakan bentuk kontribusi dari para pelaku usaha TPT dalam mensosialisasikan program di Kemenperin yaitu program substitusi impor 35 persen.
2. Kemudahan pajak diberikan untuk sektor ini
Selain itu Agus pun mengatakan, saat ini pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan untuk mendukung industri nasional, termasuk TPT. Dukungan itu berupa insentif fiskal, tax allowance dan tax holiday, serta program substitusi impor 35 persen yang diyakini tercapai di akhir 2022.
Berdasarkan data sampai pada triwulan III/2021, capaian program substitusi impor mencapai 13,4 persen dibandingkan 2019.
"Kalau ada teman-teman media bertanya apakah pak menteri optimis untuk mencapai target 35 persen pada 2022 substitusi impor, saya katakan optimistis. Karena apa? Karena subsektor-subsektor yang kita targetkan untuk mendukung program substitusi impor ini memang sudah kita terapkan secara detail", kata Agus.
3. Sejumlah investor berminat membangun industri TPT
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa yang mengatakan, saat ini sejumlah investor diklaim telah menyatakan minat untuk membangun industri TPT di Indonesia pada 2022 hingga 2023. Sudah ada 96 perusahaan yang berencana berinvestasi dengan total nilai USD 979,5 miliar pada 2022 dan 2023.
"Angka tersebut menunjukkan industri TPT nasional mulai bangkit kembali dengan kinerja yang tidak kalah baik sebelum pandemi. Bahkan dalam jangka waktu yang cukup singkat. Data tersebut juga membuktikan bahwa industri TPT merupakan industri yang amat menjanjikan," kata Jemmy.
Baca Juga: Jokowi Ingin Sektor Tekstil dan Garmen Diprioritaskan untuk Ekspor
Baca Juga: Menperin Optimistis Industri TPT Bisa Bersaing di Kancah Global