Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah Penting saat Penanganan COVID

Pasien COVID domisili manapun harus bisa mendapat perawatan

Bandung, IDN Times - Pandemik COVID-19 merupakan bencana non-alam yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah daerah dalam penanggulangannya. Termasuk dalam hal merawat pasien COVID-19 tanpa pandang bulu.

Direktur Eksekutif Indonesia Politics Research & Consulting (IPRC) Iman Soleh mengatakan, sedianya pemerintah pusat telah menetapkan COVID-19 ini sebagai pandemi.

"Artinya itu menyangkut ke seluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, artinya tidak ada lagi sekat-sekat di wilayah daerah," kata Iman saat dihubungi, Rabu (27/1/2021).

1. Jangan ada sekat antarpemerintah daerah dalam melayani pasien COVID-19

Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah Penting saat Penanganan COVIDIlustrasi seorang pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

Iman mengatakan, meski pemerintah menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hal itu tidaklah melunturkan semangat kolaborasi antardaerah.

"Pembatasan itu tidak termasuk pembatasan kewilayahan begitu, tapi justru bagaimana pemimpin daerah berkolabroasi, tidak ada lagi sekat begitu," paparna

Dengan kondisi yang masih dalam masa pandemik, jangan ada lagi pembedaan pelayanan dari aspek administratif.

"Misalnya ada warga yang terkena COVID-19, mengenai itu dia berada maka pemerintah daerah yang lakukan pertolongan pelayanan sesuai standar adapun pembatasan sosial berskala besar adapun yang seolah-olah penyekatan itu pertama bukan penyekatan administratif, tapi penyekatan fisik," katanya.

2. Perawatan pasien COVID-19 harus bisa dilakukan di daerah manapun

Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah Penting saat Penanganan COVIDIlustrasi pasien yang dinyatakan sembuh dari COVID-19. ANTARA FOTO/Ampelsa

Terpisah, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta semua pihak di rumah sakit bisa menangani pasien COVID-19 dengan baik. Pandemik COVID-19 bukan hanya urusan pekerjaan, melainkan urusan kemanusian.

Maka, ketika ada pasien yang berdomisili di Depok dan tidak bisa tertangani di kota tersebut harus bisa ditangani di daerah terdekat seperti Kabupaten Bogor atau Kota Bekasi.

Hal ini sudah dilakukan di Kota Bandung, di mana pasien yang dirawat tidak selalu berdomisili di Bandung. "Edukasi ini harus ditingkatkan. Jangan sampai ada kendala seperti di Depok," pungkasnya.

3. Masih ada pasien yang ditolak rumah sakit

Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah Penting saat Penanganan COVIDIlustrasi Pasien (IDN Times/Mardya Shakti)

LaporCovid19 menerima laporan ada 34 pasien COVID-19 yang ditolak oleh rumah sakit sejak 24 Desember 2020 hingga 21 Januari 2021. Para pasien tersebut ditolak dengan alasan kondisi rumah sakit penuh.

Co-founder LaporCovid19, Irma Hidayana, mengatakan relawan LaporCovid19 bersamatim dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Kemenkes membantu mencari rumah sakit yang tersedia bagi para pasien tersebut. Dari 34 pasien itu, ada tiga pasien yang meninggal.

"Yang meninggal di puskesmas Tangerang Selatan, meninggal di taksi daring di Depok, dan satu lagi, (berasal dari) satu keluarga terdiri 8 orang yang dinyatakan positif COVID-19 dan dua yang mengalami situasi gawat darurat," tutur Irma menceritakan kisah tersebut kepada IDN Times pada Selasa (26/1/2021) melalui telepon.

Dia mengatakan pihaknya sempat membantu mencarikan dua rumah sakit bagi dua pasien yang gawat tersebut. "Salah satu dokter relawan kami berhasil mendapatkan satu rumah sakit untuk mengirim dua orang ini. Tetapi, situasi ICU nya juga sudah penuh, sehingga begitu dipindahkan ke sana, pasien sudah tidak bisa diselamatkan. Hanya dirawat selama dua hari," sambungnya.

Ia juga menambahkan pasien yang sempat menyewa ventilator senilai Rp30 juta per bulan di sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Pusat, turut dilaporkan meninggal dunia. Menurut Irma, kondisi ini menandakan fasilitas kesehatan dan rumah sakit sedang kolaps. 

"Jadi, sekarang yang harus dibenahi adalah mengapa rumah sakit bisa sampai penuh dan solusinya seperti apa," tutur dia lagi. 

Irma mengatakan rumah sakit rujukan COVID-19 yang penuh berlokasi di area Jadebotabek. 

Baca Juga: DPRD Jabar Harap Rumah Isolasi Pasien COVID-19 Ada di Tingkat Desa 

Baca Juga: Penularan COVID-19 Banyak Lewat Komunitas dan Rumah Tangga 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya