Kemenkominfo Sebut Dampak Hoaks Telah Sampai ke Masyarakat Pelosok

Gunakan teknologi dan media sosial dengan bijak

Pangandaran, IDN Times - Perkembangan teknologi dan media sosial saat ini tidak hanya bisa diakses oleh masyarakat perkotaan, mereka yang tinggal di pedesaan bahkan lebih masuk lagi ke pelosok-pelosok daerah pun mulai melek dengan pemberitaan yang didapat dari teknologi.

Sayangnya masyarakat di daerah terpencil masih belum tahu apakah infromasi yang mereka terima berupa fakta, opini, aspirasi, atau pemberitaan bohong atau hoaks. Hal ini disampaikan Kepala Sub Direktorat Infromasi dan Komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Dikdik Sadaka, dalam acara Suara Kita Menentukan Masa Depan Bangsa Pemilih Cerdas Lawan Hoax Pemilu pun Damai, di Pondok Pesantren Al Itqon Qiroatussab'ah, Desa Batumalang, Kacamatan Cimerak, Selasa (26/3) malam.

"Saat ini media sosial hampir semua orang punya, tidak hanya di kota yang di perkampungan juga minimal Facebook pasti dia punya. Nah lewat cara ini lah hoax bisa masuk," kata Dikdik melalui siaran pers.

1. Pencarian kevalidan sumber informasi masih rendah

Kemenkominfo Sebut Dampak Hoaks Telah Sampai ke Masyarakat Pelosoka2dcollection.blogspot.com

Dikdik menuturkan, intensitas sebaran hoaks di daerah-daerah terpencil memang lebih rendah dibandingkan dengan sebaran di pedesaan maupun perkotaan. Namun, dengan minimnya sumber informasi yang beragam, pencarian validitas berita yang didapat lebih sulit ketimbang di perkotaan.

Ini dikarenakan penggunaan teknologi mereka yang tinggal di perkotaan di daerah terpencil jelas beda. Dengan demikian, ketika masyarakat terpencil mendapat satu informasi, belum tentu dia melakukan pengecekan.

2. Gunakan teknologi secara bijak

Kemenkominfo Sebut Dampak Hoaks Telah Sampai ke Masyarakat PelosokUnsplash/Eric Lucatero

Dikdik pun berharap agar siapa pun yang menggunakan teknologi bisa lebih bisa memakainya termasuk dalam menyebarkan informasi. Jangan sampai apa yang disebar kepada teman, keluarga, atau tetangga merupakan kabar palsu yang justru merusak persatuan masyarakat.

"Ini kan pesantren, selain mempelajari keagamaan perlu juga pelajari tentang teknologi. Karena bukan teknologinya yang salah tapi manusianya yang harus baik agar bermanfaat bagi dirinya dan tidak digunakan pada hal-hal negatif," kata Dikdik

Sementara itu, pengasuh pondok pesantren Al Itqan Asep Abdullah Siraj mengatakan, kemajuan teknologi membuat ilmu para santri bertambah. Namun, pihak pesantren juga memang khawatir terkait informasi negatif yang sangat banyak di media sosial.

"Kami berupaya agar para santri bisa terjaga dari informasi yang tidak benar, terutama kalau sampai menimbulkan pertengkaran. Baik soal pemilu maupun bukan kita selalu memantau agar para santri bisa terhindar dari dampak negatif informasi," kata Siraj. 

Baca Juga: Hoaks Jokowi Larang Azan, Wiranto: Memangnya Dewa?

Baca Juga: Kominfo: Penutupan Media Sosial Selama Masa Tenang Kampanye Hoaks

3. Google luncurkan program untuk menangkal hoaks

Kemenkominfo Sebut Dampak Hoaks Telah Sampai ke Masyarakat Pelosokhttps://www.google.com/imghp?hl=en

Google Indonesia meluncurkan berbagai produk dan program yang bisa digunakan pemilih untuk mencari informasi yang dibutuhkan, serta membantu melindungi mereka dari bahaya penyebaran berita bohong atau hoaks. Salah satu hal yang dilakukan Google Indonesia untuk menangkal merebaknya hoaks adalah bekerja sama dengan berbagai macam situs berita resmi yang terpercaya.

Kepala Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Google Indonesia, Putri Alam mengatakan, Google akan menghapus berita-berita bohong. Hal ini dilakukan sebagai dukungan dari perusahaannya untuk menyukseskan pemilu serentak pada 17 April mendatang.

“Kita fighting bad actors, kalau sudah jelas aktornya yang punya niat jahat, kita akan takedown,” kata Putri di kantor Google Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya