Keluhan Pekerja TPU Cikadut: Upah Minim, Vitamin Nihil, Kerja Lembur

Pemkot Bandung tidak serius mempersiapkan pekerja di TPU

Bandung, IDN Times - Pekerja harian lepas (PHL) yang bekerja sebagai tukang pikul dan penggali kubur di tempat pemakaman umum (TPU) Cikadut khusus COVID-19 tengah disorot. Kasus dugaan pungutan liar (pungli) yang banyak dikeluhkan keluarga korban pandemik virus corona yang sedang menjadi perbincangan masyarakat.

Lantas bagaimana kondisi para pekerja ini di lapangan?

Salah seorang tukang pikul di TPU Cikadut, Fajar menuturkan, pekerjaan sebagai PHL di TPU ini sangat berat di kala pandemik dengan tingkat kematian yang terus bertambah. Terlebih dalam beberapa waktu terakhir jumlah jenazah yang harus dimakamkan bertambah lebih dari dua kali lipat setiap harinya.

Sedangkan, upah dan bantuan dari Pemkot Bandung selama bekerja teramat sedikit. Untuk upah misalnya, Fajar mengaku, nomilal Rp2,6 juta yang kerap disebut sebagai bayaran per bulan para pekerja tidak tepat seluruhnya.

Upah itu dibayarkan kepada 35 tukang pikul tiap 45 hari bekerja. Diketahui, para tukang pikul itu diangkat pekerja harian lepas atau PHL pada bulan Februari 2021, lalu.

"Di angka Rp2,6 juta. Kami bekerja hitungannya 45 hari. Setelah 45 hari kerja, kami baru terima gaji itu," kata dia saat dihubungi wartawan, Selasa (13/7/2021).

1. Upah yang dibayarkan tidak cukup untuk keseharian

Keluhan Pekerja TPU Cikadut: Upah Minim, Vitamin Nihil, Kerja LemburPetugas di TPU Cikadut, Bandung. IDN Times/Debbie Sutrisno

Fajar mengaku, upah yang diterima itu tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tukang pikul jenazah. Dia dan rekan-rekannya berharap upah yang diterima setara dengan Upah Minimum Regional (UMR) sekitar Rp3 juta.

"Kalau bicara cukup atau tidak cukup, kami kan pada punya keluarga. Kan uang segitu mah untuk keluarga satu bulan. Misalkan kita punya satu anak atau dua anak, kalau bicara cukup gak cukup mah bisa bicara sendiri," ucap dia.

2. Tidak ada bantuan seperti vitamin untuk pekerja

Keluhan Pekerja TPU Cikadut: Upah Minim, Vitamin Nihil, Kerja Lemburilustrasi obat COVID-19 (shutterstock.com/Zety Akhzar)

Fajar yang juga koordinator petugas pikul jenazah di TPU Cikadut mengatakan, 35 tukang pikul yang diangkat menjadi PHL tidak mendapatkan asupan vitamin setiap bekerja mengurusi jenazah yang terinfeksi oleh virus corona. Kondisi tersebut berdampak pada banyaknya petugas yang ikut terpapar virus corona.

"Kami sehari-harinya gak ada jaminan, kami gak diberi makan dan diberi vitamin. Bahkan, kami sakit juga biaya sendiri, kemarin temen-temen banyak yang terpapar," kata dia.

Tercatat jumlah tukang pikul terpapar corona sebanyak 15 orang. Mereka sudah menjalani isolasi secara mandiri di rumahnya masing-masing.

3. Bantuan alat pelindung diri pun sempat tidak dikirim

Keluhan Pekerja TPU Cikadut: Upah Minim, Vitamin Nihil, Kerja LemburIDN Times/Debbie Sutrisno

Selain tak mendapat asupan vitamin, kata Fajar, tukang pikul pun acap kali tak mengganti alat pelindung diri (APD) hingga sepekan. Terkadang ada petugas yang bekerja dengan APD yang tidak lengkap.

"Kami mah sehari aja hazmat sama APD mah, bukan satu kali pikul jenazah, kadang lima hari kadang satu minggu, gak ganti-ganti APD," ucap dia.

Sebelumnya, Kepala Dinas Tata Ruang Pemkot Bandung Bambang Suhari sempat menyatakan bahwa APD untuk tukang pikul rutin disuplai Satgas Kota Bandung. Selain terpapar corona, marak pula petugas yang kelelahan dan sakit akibat jumlah kedatangan jenazah yang meningkat. Dalam sehari, sekitar 60 jenazah dapat dimakamkan di TPU Cikadut.

Akibat marak petugas yang terpapar dan sakit, sejumlah warga setempat yang tidak berstatus sebagai PHL dan tak menerima gaji, memberikan bantuan mengurusi jenazah. Biasanya, mereka mendapatkan imbalan dari ahli waris jenazah karena telah menyumbang tenaga. Nantinya, uang yang diterima warga dikumpul untuk dibelikan kebutuhan makan hingga vitamin yang tak dijamin pemerintah.

"Jumlah kita semua sama layanan itu 57 orang. Waktu itu kita keteteran di sini soalnya 40 sampai 63 jenazah yang dimakamkan seharinya, kebayang gak 63 jenazah dimakamkan ditangani sama orang 14 orang," lanjut dia.

Adapun dalam bekerja, para tukang pikul yang berjumlah 35 orang membagi tugas dalam tiga shif dengan waktu kerja 12 jam. Mereka secara bergantian mengangkuti jenazah hingga ke liang kubur dengan jarak tempuh sekitar 1 kilometer. Terkadang, selain memikul, mereka juga ikut serta menggali liang kubur.

Baca Juga: Pakar Hukum: Polisi Harus Tegas Usut Dugaan Pungli di TPU Cikadut

Baca Juga: Oded dan Kapolrestabes Bandung Sepakat, Tak Ada Pungli di TPU Cikadut!

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya