Jorok! Masih Banyak Warga Kota Bandung dan Cimahi BAB Sembarangan

Limbah domestik termasuk tinja langsung dibuang ke sungai 

Bandung, IDN Times - Mengembalikan kualitas sumber daerah aliran sungai (DAS) Citarum akan sulit dilakukan ketika masyarakat masih sering membuang limbah langsung ke sungai. Limbah domestik tersebut termasuk tinja tidak dimasukkan ke tangki septik (septic tank), melainkan dibuang ke aliran anak sungai Citarum.

Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Setiawan Wangsaatmaja dalam diskusi daring 'Citarum Menuju Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah Domestik', Sabtu (7/11/2020). Menurutnya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan masyarakat perkotaan seperti Bandung dan Cimahi masih banyak yang selalu buang air besar sembarangan (BABS).

"Praktik buang air besar sembarangan masih dilakukan. Misalnya di Cimahi ada 15 persen, dan di Bandung ada 70 persen penduduk. Sedangkan di Kabupaten Bandung ada 23 persen," ujar Setiawan.

Dengan buangan limbah domestik yang langsung ke sungai maka baku mutu air DAS Citarum jelas akan sulit diperbaiki. Artinya, pemerintah daerah bersama sejumlah pemangku kebijakan harus bekerja keras mengendalikan buangan limbah tersebut.

1. Setiap pemda harus memastikan tidak ada warga buang limbah domestik langsung ke sungai

Jorok! Masih Banyak Warga Kota Bandung dan Cimahi BAB SembaranganIDN Times/Menpan.go.id

DAS Citarum yang ada di Jawa Barat saat ini membentang di 10 kabupaten/kota, 153 desa, 1.243 kelurahan/kecamatan. Sedikitnya ada 12 juta jiwa yang sekarang tinggal di sekitar bantaran Citarum.

Kondisi ini jelas menjadi beban untuk sungai Citarum, karena tidak sedikit masyarakat yang membuang limbah domestiknya langsung ke anak sungai yang bermuara ke sungai Citarum. Salah satu penampakan yang sering dilihat terutama di perkotaan adalah 'Wc Meriam', di mana rumah atau bangunan yang berdiri di pinggir sungai menjulurkan pipa pembuangannya ke sungai.

"Kalau ini tetap terjadi jelas beras sekali untuk sungai mengolah air limbah. Makanya yang paling sederhana untuk memperbaiki mutu air itu jangan ada lagi pemandangan (wc meriam). Itu harus dirapikan," papar Setiawan.

2. Banyak pembangunan rumah asal-asalan dan tidak memiliki konsep penanganan limbah

Jorok! Masih Banyak Warga Kota Bandung dan Cimahi BAB SembaranganIlustrasi Perumahan (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Jawa Barat Boy Iman Nugraha mengatakan, pembangunan rumah baik secara pribadi atau perumahan kurang peduli pada penanganan limbah domestiknya. Padahal selama ini 68 persen pencemaran air di Citarum saja masih didominasi limbah warga.

Di kawasan cekungan Bandung, dulu masih menggunakan sistem terpisah antara drainase dan limbah. Namun, perkembangan jaman justru menghilangkan sistem ini, di mana sekarang dua pembuangan tersebut menjadi satu tempat.

"Jadi sekarang teknis pembangunan kawasan pemukiman itu hanya untuk hunian semata, tanpa memikirkan tentang dampak lainnya termasuk limbah," ujar Boy.

Padahal dengan sistem drainase yang baik mulai dari hulu sampai ke hilir bisa mengantisipasi berbagai dampak buruk mulai dari mutu air limbah sungai yang buruk, atau banjir yang kerap melanda perkotaan atau daerah yang tinggi permukaan tanahnya rendah.

3. Siapkan program perbaikan sanitiasi di setiap daerah

Jorok! Masih Banyak Warga Kota Bandung dan Cimahi BAB SembaranganIDN Times/Helmi Shemi

Boy menyebut, pada 2025 ditargetkan mutu baku air DAS Citarum sudah semakin baik. Tidak hanya dengan menindak perusahaan yang membuang limbah ke sungai, tapi juga mempersiapkan sanitasi yang baik di kawasan masyarakat yang kerap BABS.

Sistem perbaikan sanitiasi pun bermacam-macam tergantung jumlah kepala keluarga yang ada di kawasan. Misalnya, ada program perbaikan MCK secara komunal untuk 100-500 KK. Kemdian ada juga MCK yang dibangun untuk maksimal 100 KK saja.

"Ada juga tangki septic untuk 10 KK atau mendorong setiap individual membangunnya secara mandiri," papar Boy.

Pembangunan fasilitas bantuan ini dilakukan sesuai dengan kemampuan anggaran yang ada baik lewat Pemprov, Pemda, atau pemerintah pusat.

4. Ada empat persoalan yang membuat baku mutu air Citarum rusak

Jorok! Masih Banyak Warga Kota Bandung dan Cimahi BAB SembaranganANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Tenaga ahli Satgas Citarum Susiana Susanti menuturkan, terdampat empat hal di empat area yang membuat adanya pencemaran ke DAS Citarum. Area pertama yaitu di hulu sungai Citarum, di mana ada permasalahan limbah industri pertanian dan peternakan warga yang tanpa diolah langsung dibuang ke sungai.

Kedua, masih di kawasan dekat hulu melaju ke pertengahan sungai yakni di kawasan metropolitan Bandung Raya. Di daerah ini terdampat limbah domestik dan limbah industri.

"Kualitas air di sini adalah yang paing buruk dibandingkan area lainnya," papar Susiana.

Kemudian area ketiga, yakni di kawasan tengah DAS Citarum adanya limbah perikanan karena jaring apung warga. Meski ada akumulasi dari limbah industri, tapi kawasan tengah yang mayoritas berada di daerah waduk ini sebenarnya bisa menetralkan limbah. Walaupun seharusnya waduk berperan dalam penyedia air bersih bukan menetralkan.

"Alhasil kualitas air waduk ini jadi terbatas," kata Susiana.

Area terakhir ada di hilir di mana sangat banyak limbah industri dan perkotaan. Akumulasi dari semua ini mengakitbkan adanya beban Biochemical Oxygen Demand (BOD) mencapai 430 ribu kilogram (kg) per hari. Padahal untuk menjadikan kualitas air Citarum baik, kadar BOD minimal mencapai 127 ribu kg per hari.

"Dan ini menjadi target kita bersama untuk memulihkan kualitas air sungai Citarum," pungkasnya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya