Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi Pembeli

Pemesanan selama COVID-19 sangat berkurang hampir separuhnya

Bandung, IDN Times - Tahun baru Imlek menjadi kebahagiaan tersendiri untuk warga Tionghoa di Indonesia. Perayaan hari raya ini bahkan selalu dirayakan secara meriah oleh masyarakat Tinghoa.

Dari berbagai jenis ekspresi kebudayaan saat Tahun Baru Tiongkok yang sudah dikenal, seperti barongsai atau pembagian angpau, terdapat satu hal yang jarang sekali disorot. Yaitu kebiasaan membakar benda-benda dan uang kertas mainan untuk arwah leluhur.

Di Kota Bandung, terdapat satu toko yang sudah berjualan alat sembayang ini sejak 1940-an, yaitu PD Yong Sie yang berada di Gang Ibu Aisah. Toko pembuatan alat sembayang ini tidak terlalu mencolok, karena berada di jalan kecil.

Penanda toko ini hanyalah reklame PD Yong Sie yang terpampang di bagian atas pagar berwarna abu-abu. Di balik pagar tersebut ada juga tulisan serupa yang berada di tembok rumah bagian depan. Sementara pintu toko sangat minimalis layaknya rumah biasa.

1. Produk alat sembayang mulai dari rumah sampai mobil

Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi PembeliReplika mobil yang akan dibakar saat perayaan Imlek. IDN Times/Debbie Sutrisno

IDN Times bertemu dengan Ko Ayun, pengelola toko sembayang PD Yong Sie. Dia tengah sibuk berbincang dengan seorang pelanggan yang juga teman akrabnya.

"Mari masuk. Silakan. Lihat-lihat saja dulu produksinya di belakang. Nanti ada pegawai yang antar," ujar Ko Ayun yang masih sibuk melayani pembeli, Kamis (4/2/2021).

Esih, salah satu pengrajin kemudian menghampiri dan mengajak melihat pembuatan barang-barang sembayang yang diproduksi. Beberapa barang yang dibuat adalah rumah-rumahan, mobil, televisi, kompor gas, gunung emas, koper, hingga orang-orangan yang akan dijadikan pembantu.

"Banyak kami buat. Untuk isi koper saja ini ada pakaian, sepatu, sandal, hingga uang yang nantinya dibakar," kata Esih.

2. Penjualan produk bukan hanya di Jawa Barat

Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi PembeliReplika sepatu yang akan dimasukkan ke dalam koper beserta peralatan lainnya. IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurut Esih yang sudah bekerja di toko ini sejak 1992 mengatakan, produk yang dijual PD Yong Sie bukan hanya diperjualbelikan di Kota Bandung. Mulai dari sejumlah di Jabar seperti Sukabumi, Cianjur, dan Bogor juga banyak membeli di toko ini.

Bahkan, beberapa tahun kemarin penjualan bisa mencapai daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. "Permintaannya masih cukup banyak dan tersebar di banyak daerah," papar Esih.

Tetapi, saat ini penjualan ke luar Jawa Barat (Jabar) terhenti sementara. Penyebabnya bukan karena tidak ada pesanan, melainkan pengiriman yang sulit dilakukan karena pekerja semakin sedikit.

Dia menuturkan, untuk mengirim barang harus dilakukan oleh pekera sendiri agar produk uang dijual tidak rusak ketika sampai. Waktu pengiriman sampai pekerja kembali ke toko membutuhkan waktu sampai satu hari.

"Karena terlalu lama jadi kami tolak dulu," ujarnya.

3. Pandemik COVID-19 membuat penjualan alat sembayang menurun drastis

Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi PembeliReplika uang kertas. IDN Times/Debbie Sutrisno

Esih menyebut, selama pandemik COVID-19 penjualan alat sembayang ini sangat menurun. Untuk produk koer saja sebelum ada wabah corona penjualan bisa mencapai 2.000 setiap tahunnya.

Tapi selama 2020 barang yang keluar tidak sampai 1.000. Kondisi ini diperparah di mana banyak pembeli yang awalnya sudah memesan kemudian membatalkan pesanannya karena tidak bisa melaksankan sembayang dengan membakar peralatan tersebut untuk arwah leluhur.

"Jadi barang menumpuk juga di gudang sekarang. Memang masih terpakai, tapi kan kagok (tanggung) sudah produksi," papar Esih.

4. Mencoba bertahan dari dampak negatif wabah corona

Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi PembeliSejumlah produk alat sembayang yang dijual di PD Yong Sie. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Ko Ayun membenarkan bahwa penjualan alat sembayang dari tokonya sangat menurun dibandingkan beberapa tahun lalu sebelum adanya pandemik COVID-19. Untuk menyiasati kondisi ini dia agak kebingungan.

Hal yang saat ini dilakukan yakni dengan menjual kepada kerabat, teman dekat, hinga konsumen yang selama ini menjadi langganan. Meski jumlhanya tak banyak, tapi itu bisa membantu untuk pemasukan toko.

"Biasa saja sekarang tidak begitu banyak. Paling yang beli ada dari perumahan, vihara, dan yang memang suka beli di sini. Coba bertahan dan bergantung dari mereka," ujar Ayun.

Menurutnya, karena ada pandemik seperti ini tidak banyak kegiatan ketiga ada orang yang meninggal. Karena kerumunan dilarang maka pemakaman pun langsung dilakukan tanpa kerabat atau teman bisa datang ke rumah maupun tempat dimakamkan.

"Ini berpengaruh juga," ungkapnya.

5. Bisa jadi generasi terakhir di keluarganya

Imlek di Tengah Pandemik, Perajin Alat Sembahyang Sepi PembeliIDN Times/Debbie Sutrisno

Dia pun menyebut bahwa bisnis toko alat sembayang milikinya belum bisa berkembang seperti dulu. Pengelolaan yang diawali sang ayah dan diturunkan padanya tidak diminati oleh anak Ayun.

Mereka lebih memilih bekerja atau bisnis di sektor lain, di luar alat sembayang ini. "Jadi saya coba bertahan saja, anak juga belum ada yang berminat meneruskan," ungkapnya.

Jika tidak ada anak yang akan meneruskan, bisa jadi toko yang sudah puluhan tahun berdiri ini semakin terpinggirkan dengan keberadaan toko lain yang mulai menjual alat sembayang serupa.

Baca Juga: Dikunjungi Deretan Artis, 10 Foto Keseruan Imlek Keluarga Ruben Onsu

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya