Emil Imbau Kepala Daerah Aktif Suplai Air ke Warga yang Kekeringan

Rekayasa iklim jadi solusi singkat atasi persoalan ini

Bandung, IDN Times - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengimbau seluruh kepala daerah lebih aktif dalam mengantisipasi dampak kekeringan yang terjadi pada musim kemarau ini. Terlebih kebutuhan warga akan air menurun. Untuk itu kepala daerah wajib mengirimkan mobil pengangkut dari setiap PDAM ke daerah yang warganya membutuhkan air bersih.

PDAM setiap daerah, lanjut Ridwan Kamil, memiliki mobil yang bisa menampung air dalam jumlah besar. Maka, ketika ada masyarakat yang memang membutuhkan air bersih, mereka wajib berangkat ke daerah tersebut bagaimanapun kondisi infrastrukturnya.

"Sediakan truk-truk PDAM untuk memberi air ke masyarakat. Itu harus dilakukan," kata Ridwan Kamil ditemui di Gedung Pakuan, Rabu (3/7).

1. Lahan pertanian pun harus diawasi ketersedian airnya

Emil Imbau  Kepala Daerah Aktif Suplai Air ke Warga yang Kekeringanpexels.com

Selain kebutuhan suplai air bersih kepada masyarakat, Emil, sapaan akrabnya meminta kepala daerah pun mengecek daerah lahan pertanian yang kerap alami kekeringan. Untuk mengoptimalkan air yang makin menipis, maka penggunaan air ke lahan pertanian harus seefektif mungkin.

"Untuk irigasi, kita akan menyesuaikan pengaturan debit air. Yang dulu gede, kita atur lebih efisien, sehingga persawahan-persawahan bisa mendapatkan air, walau tak semaksimal sebelumnya," kata Emil.

2. Rekayasa iklim bisa jadi solusi singkat

Emil Imbau  Kepala Daerah Aktif Suplai Air ke Warga yang Kekeringanhipwee.com

Jika kekeringan semakin mengkhawatirkan, maka rekayasa iklim bisa jadi solusi sementara agar lahan pertanian minimal tidak rusak. Ini penting karena lahan tersebut bisa berdampak besar pada kebutuhan pangan masyarakat.

"Kemungkinan saya akan usul ke pemerintah pusat kalau kekeringan sudah ekstrem untuk dilakukan rekayasa iklim. Ini dulu juga dilakukan untuk meningkatkan jumlah intensitas air hujan," katanya.

3. Produksi beras bisa menurun akibat kekeringan

Emil Imbau  Kepala Daerah Aktif Suplai Air ke Warga yang KekeringanIDN Times/Muhamad Iqbal

Sementara itu, pakar pertanian Dwi Andreas memperkirakan produksi beras di tahun 2019 akan menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya akibat kekeringan yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia dan juga bergesernya musim tanam.

"Mengapa produksi bisa rendah karena berkurangnya luas panen padi. Ini belum kekeringan, kita baru bicara luas panen yang berkurang karena terjadi pergeseran musim tanam," ujar Dwi Andreas dikutip dari Antara.

Guru besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) itu juga mengatakan telah terjadi pergeseran musim panen terutama di wilayah Jawa dan Sumatera. Selain itu, musim tanam pertama tahun ini mundur pada bulan April, sehingga musim panen raya diperkirakan akan terjadi pada bulan Agustus, atau bertepatan puncak kemarau.

"Untuk itu hampir saya pastikan produksi beras atau padi secara nasional lebih rendah dibandingkan tahun lalu," kata dia.

Sebelumnya, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS, produksi padi tahun lalu sebanyak 32,5 juta ton setara beras. Adapun, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi sepanjang 2019 mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.

Dwi Andreas menambahkan akibat kekeringan ini, produksi beras nasional diperkirakan akan berkurang sebanyak 2 juta ton.

Dia pun menegaskan kepada pemerintah untuk serius menghitung lagi jumlah cadangan stok beras Nasional yang ada di Bulog dan pedagang untuk mengantisipasi menurunnya produksi pangan di bulan Agustus karena kekeringan.

"Kalau bisa menghitung dengan jelas dan pas maka pemerintah bisa menetapkan kebijakan dengan pas untuk memenuhi stok," imbuhnya.

Baca Juga: Dilanda Kekeringan, Warga Tuban Jalan Kaki 1 Km Demi Dapatkan Air

Baca Juga: Awal Kemarau, 10 Daerah Mulai Dilanda Kekeringan

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya