Curhat Mahasiswi Bandung, Info Vaksin Tak Jelas dan Harga Harus Murah

Penyampaian informasi terkait  vaksin dianggap masih kurang

Bandung, IDN Times - Uji klinis vaksin COVID-19 di Indonesia sudah memasuki tahap akhir. Pemerintah sedianya menjanjikan vaksin ini bisa segera dinikmati masyarakat pada awal 2021, nanti.

Namun, seberapa besar minat masyarakat khususnya mahasiswi dari Kota Bandung terkait vaksin ini? IDN Times coba berbincang secara acak dengan beberapa mahasiswi dari sejumlah kampus yang berbeda.

Terkait dengan keberadaan vaksin COVID-19 yang tengah diuji klinis, Febriyani Jenz salah satu mahasiswi S1 dari Universitas Padjadjaran (Unpad) menuturkan, dia sudah tahu mengenai pembuatan vaksin di Indonesia melalui informasi media sosial.

Tetapi, untuk detailnya seperti apa, dia tidak tahu pasti. Sebab, Jenz, panggilannya, hanya membaca sedikit saja terkait dengan vaksin tersebut

"Dengar tapi gak terlalu ngikuti isunya," ujar Jenz kepada IDN Times, Sabtu (28/11/2020).

Sementara itu, Salsa Laurensa, mahasiswi dari Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung, menyebutkan bahwa dia sudah tahu dan cukup mengikuti informasi mengenai uji klinis vaksin COVID-19 yang dilakukan pemerintah. Mayoritas informasi yang didapat ada di televisi.

"Kan sering itu ditayangkan di TV (televisi). Jadi pas nonton TV sambi liat berita tentang vaksinnya," ujar Salsa.

1. Berani gunakan vaksin jika sudah tervalidasi

Curhat Mahasiswi Bandung, Info Vaksin Tak Jelas dan Harga Harus MurahIlustrasi vaksin virus corona (Website/pixabay.com/geralt-9301)

Untuk mencegah penularan COVID-19 yang lebih masif, pemerintah berharap semua masyarakat Indonesia bisa ikut serta sebagai penerima vaksin tersebut. Menanggapi permintaan ini, Hofifah, mahasiswi dari Universitas Pendidikan Indonesia belum tentu ingin disuntik vaksin tersebut. Dia ingin tahu lebih dulu bagaimana kevalidan vaksin itu.

Dia masih ingin mempelajari efek samping dari vaksin tersebut kepada pengguna lainnya. "Jadi lihat dulu. Tergantung efeknya apa ke kita kan," ujar Hofifah.

Sementara itu, Jenz belum pasti menerima vaksin ini. Namun jika memang akan diwajibkan pemerintah, Jenz akan coba berkonsultasi dulu dengan teman, baca berita, atau datang ke tenaga medis yang memang paham terkait vaksin COVID-19.

"Saya juga bisa diskusi dengan dosen. Kalau konsultasi mendalam banget belum kepikiran sih," kata dia.

2. Kalau vaksin dijual jangan terlalu mahal

Curhat Mahasiswi Bandung, Info Vaksin Tak Jelas dan Harga Harus Murahilustrasi vaksin Sinovac

Pemerintah Indonesia sejauh ini belum memastikan apakah vaksin COVID-19 bisa digunakan secara gratis oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih pemerintah saat ini tengah mempelajari berapa harga yang pas untuk vaksin yang tengah diuji klinis.

Terkait dengan penjualan ini, Fathia Uqimul Haq mahasiswa magister Pariwisata Berkelanjutan Unpad, menuturkan, dia sudah mengetahui mengenai keberadaan vaksin COVID-19. Pun termasuk dengan kemungkinan vaksin ini diperjualbelikan, tidak diberi gratis kepada masyarakat Indonesia.

"Ya kalaupun dijual jangan terlalu mahal. Mungkin Rp50 ribu sampai Rp150 ribu masih bisalah. Kalau lebih jangan," ujar Fathia.

Untuk kenyamanan pemberian vaksin, Fathia akan memilih di puskesmas atau klinik saja karena di sana ada tenaga medis yang bisa dipercaya.

Hal serupa disampaikan Hofifah. Dia berharap pemerintah tidak menetapkan terlalu mahal untuk harga vaksin COVID-19. Jika memungkinkan harganya paling mahal cukup Rp150 ribu saja.

"Kalau sudah ada saya memilih untuk divaksin di dokter atau bidang sepertinya," papar Hofifah.

3. Vaksin Merah Putih diharap sudah ada di akhir 2021

Curhat Mahasiswi Bandung, Info Vaksin Tak Jelas dan Harga Harus MurahIDN Times/Teatrika Handiko Putri

Sementara itu, Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro mengungkapkan Vaksin Merah-Putih diharapkan dapat didistribusikan kepada masyarakat pada triwulan keempat tahun 2021 mendatang.

Berbicara di Universitas Gadjah Mada, Bambang menyatakan pengembangan vaksin hingga saat ini masih terus dilakukan. 

"Mudah-mudahan di triwulan empat 2021 Vaksin Merah-Putih mulai bisa diberikan kepada masyarakat," ungkapnya pada Jumat (27/11/2020).

4. Penyerahan bibit vaksin dilakukan pada triwulan pertama tahun depan

Curhat Mahasiswi Bandung, Info Vaksin Tak Jelas dan Harga Harus MurahIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Pada triwulan pertama tahun 2021, bibit vaksin bisa diserahkan kepada produser, dalam hal ini akan dikoordinasikan oleh Biofarma. Dilanjutkan dengan melakukan uji klinis tiga tahap kepada manusia, kemudian mengajukan izin ke BPOM.

"Apabila proses itu bisa dilalui, maka kita bisa memproduksi massal dan akhirnya produk tersebut bisa diberikan kepada masyarakat melalui program vaksinasi. Tentunya kita berupaya yang terbaik, karena kita ingin penanganan pandemik bisa sesegera mungkin bisa dilakukan," ungkapnya.

Menurut Bambang, Vaksin Merah-Putih ini akan diutamakan untuk kebutuhan dalam negeri. Hal ini dikarenakan kebutuhan vaksin dalam negeri relatif cukup besar, setidaknya akan dibutuhkan vaksin sebanyak 360 juta.

"Dengan menggunakan rumus kekebalan massal atau herd immunity  2/3 jumlah penduduk, maka dibutuhkan kira-kira 180 juta orang yang harus divaksinasi. Jika dibutuhkan dua dosis per orang maka bisa bisa menyampai 360 juta. Juga kita harus mengantisipasi kemungkinan vaksinasi berikutnya," katanya.

Baca Juga: Percepat Pengembangan Vaksin, Jokowi Bentuk Tim Nasional Vaksin COVID

Baca Juga: Indonesia Produksi Vaksin Astra-Zeneca dan Pfizer? Ini kata Bio Farma

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya