CePAD, Alat Rapid Antigen Produksi Unpad yang Makin Diminati

Alat rapid antigen ini sudah bisa dipesan dan dipergunakan

Bandung, IDN Times - Rapid antigen saat ini menjadi cara paling cepat untuk mendeteksi seseorang terpapar virus corona (COVID-19) atau tidak. Penggunaan alat rapid antigen bahkan sudah diwajibkan di berbagai transportasi seperti pesawat terbang hingga kereta api, ketika penumpang akan bepergian.

Di Indonesia mayoritas alat rapid antigen masih didapat dari luar negeri. Meski demikian, Universitas Padjadjaran (Unpad) saat ini sudah mulai memproduksi alat tersebut untuk bisa digunakan di dalam negeri.

Direktur Oorange-Pusat Inkubasi Bisnis Unpad Diana Sari menuturkan, alat rapid antigen saat ini sudah direkomendasikan World Health Organization (WHO). Di Indonesia sendiri, baru produk CePAD dari Unpad yang merupakan alat rapid test buat anak bangsa.

"Sejauh ini belum ada juga di Indonesia yang memproduksi ini kecuali Unpad. Dan kalau melihat akurasinya mencapai 91,5 persen dan sensitivitasnya 82 persen. Lebih tinggi dari pada yang direkomendasikan WHO, 80 persen," ujar Diana dalam diskusi usai pembukaan Media Center IKA Unpad, Sabtu (9/1/2021).

1. Alat CePAD sudah dipesan berbagai institusi

CePAD, Alat Rapid Antigen Produksi Unpad yang Makin DiminatiIDN Times/Debbie Sutrisno

Menurut Diana, CePAD saat ini sudah mendapatkan izin dari Kementerian Kesehatan untuk diedarkan. Maka siapapun yang berminat untuk membelinya bisa langsung memesan.

Sejumlah institusi seperti Pemprov Jabar, Kemenristekdikti dan beberapa perusahaan bahkan sudah mulai membeli CePAD. Untuk harga per satuannya saat ini masih Rp120 ribu.

"Kalau kita bisa meningkatkan produksi dari pemesanan maka harganya bisa lebih murah lagi," kata dia.

Untuk sekrang terdapat beberapa distributor yang memasok alat rapid antigen ke Indonesia. Dengan produksi yang lebih banyak, harga CePAD memang akan sulit ketika ingin bersaing.

2. Bisa produksi hingga 500 ribu per bulan

CePAD, Alat Rapid Antigen Produksi Unpad yang Makin DiminatiCepad, alat rapid test buatan Unpad-ITB. IDN Times/Debbie Sutrisno

Dalam memproduksi CePAD, tim dari Unpad sudah mampu menghasilkan sekita 500 ribu buah per bulannya. Angka ini bisa meningkat mengikuti permintaan pasar.

Agar harga produk tersebut bisa lebih terjangkau, Diana mengajak seluruh alumni Unpad untuk bisa memperkenalkannya kepada masyarakat luas. Bahkan tidak menutup kemungkinan setiap alumni bekerja sama dengan distributor CepPAD yang selama ini sudah ada.

"Baik dari IKA Unpad maupun luar kampus juga boleh. Kalau ada perusahaan yang tetarik menggunakannya nanti bisa kita kirim sampelnya," katanya.

3. Produk CePAD tidak bisa digunakan sendiri, harus dibantu tenaga medis

CePAD, Alat Rapid Antigen Produksi Unpad yang Makin DiminatiIDN Times/Debbie Sutrisno

Untuk penggunaan CePAD, tidak bisa digunakan secara mandiri. Artinya, tetap harus ada tim kesehatan atau tim medis yang membantu menggunakannya.

Hal ini sesuai dengan arahan dari tim Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia, di mana penggunaan harus dilakukan tenaga kesehatan. Ketika ingin melakukannya di rumah bisa saja asal dilakukan oleh mereka yang terlatih.

"Kalau dilakukan sendiri tidak direkomendasikan. Makanya selama ini kita distribusikan ke fasyankes (fasilitas layanan kesehatan)." ungkap Diana.

4. Promosi dari alumni Unpad sangat penting

CePAD, Alat Rapid Antigen Produksi Unpad yang Makin Diminatiunpad.ac.id

Sementara itu, Rektor Unpad Rina Indiastuti berharap setiap alumni Unpad bisa mendukung keberlanjutan produk CePAD. Terlebih produk ini sudah disepakati oleh kementerian sebagai alat utama pengetesan virus corona yang pandemiknya belum juga berakhir, tapi justru semakin meningkat.

"Harapnnya akang tetep bisa meng-endorse alat CePAD agar bisa digunakan masyarakat," kata dia.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya