Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium Boscha

Semoga tempat ini terus memberikan manfaat untuk Indonesia

Bandung, IDN Times - Observatorium Boscha yang berada di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sekarang sudah memasuki usia ke-100 tahun. Salah satu tempat pengembangan astronimi modern di Indonesia ini telah banyak berkontribusi pada pengembangan sains sejak tahun 1923.

Sejarah panjang Observatorium Bosscha dimulai pada tahun 1920 dengan pembentukan Nederlands Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) yang diprakarsai dan dipimpin oleh K. A. R. Bosscha untuk menghimpun sumber daya, pemikiran, dan persiapan untuk mendirikan fasilitas pengamatan astronomi.

Pada 1 Januari 1923 Observatorium Bosscha diresmikan dan menjadi perintis astronomi modern di Asia Tenggara dengan mengambil astrofisika bintang sebagai topik riset utama, dengan dorongan terobosan sains fisika dunia pada awal abad ke-20.

Teleskop refraktor ganda Zeiss dihadiahkan oleh K.A.R. Bosscha kepada Observatorium Bosscha pada tahun 1928, yang menjadikan observatorium ini terbesar ketiga dan termodern di bumi bagian Selatan pada era itu.

1. Diserahkan pada FIPIA Universitas Indonesia pada 1951

Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium BoschaIDN Times/Debbie Sutrisno

Setelah upaya restorasi kondisi fasilitas dan pengelolaan yang terbengkalai selama Perang Dunia Kedua, pada tahun 1951 Observatorium Bosscha diserahkan oleh NISV ke Republik Indonesia melalui FIPIA Universitas Indonesia yang kemudian menjadi FMIPA Institut Teknologi Bandung. Ini sekaligus menjadi saat dimulainya pendidikan tinggi astronomi di Indonesia.

Penguatan sumber daya manusia, perluasan kerja sama, pengembangan fasilitas, menghasilkan diversifikasi penelitian yang kemudian mencakup astrofisika bintang, Tata Surya, dan Galaksi Bima Sakti. Posisi Observatorium Bosscha yang dekat ekuator ke arah Selatan amat menguntungkan dalam area langit astronomis yang dapat dicakup.

Pada Mei 1960 dilakukan pengetesan teleskop Schmidt Bima Sakti yang merupakan sumbangan Unesco. Teleskop ini memiliki diameter lensa koreksi 51 cm, diamter cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm.

Kemudian pada 1989 Boscha mendapatkan teleskop GOTO(beserta spektrograf dan fotometer) dengan pendanaan dari JSPS. Ini menandai dimulainya teleskop dengan kendali komputer di Observatorium Bosscha. Saat proses instalasi, beberapa kolega dari FTMD membantu untuk memahami aspek teknis dari pengoperasian instrumen "baru" tersebut.

2. Bekerja sama dengan kemenag hingga survei tempat observatorium baru di NTT

Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium BoschaIDN Times/Debbie Sutrisno

Pada tahun 2000 Observatorium Bosscha mendapatkan Bosscha Compact Spectrograph dalam rangka kerja sama dengan Gunma Astronomical Observatory (Jepang). Spektrograf ini berdimensi kecil sehingga dapat dipasang di beberapa teleskop (portable). Sains astronomi memberi landasan penting bagi sistem kalender. Tahun 2000 Observatorium Bosscha mulai bekerja sama dengan Kementrian Agama Republik Indonesia untuk penetapan kriteria MABIMS (Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura)untuk penyatuan kalender Islam dan definisi hilal.

Modernisasi sarana pendukung dilakukan dengan meng-upgrade backbone internet ke jaringan serat Optik internet di Observatorium Bosscha dengan bantuan dana LKBF (Leids Kerkhoven-Bosscha Fonds).

Produk hukum pertama untuk melindungi Observatorium Bosscha diperoleh pada tahun 2004, saat Observatorium Bosscha mendapatkan status sebagai Benda Cagar Budaya berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (disertifikasi kembali melalui keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.184/M/2017 pada tahun 2018).

Observatorium Bosscha ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya tingkat Nasional melalui penilaian atas kualitas kondisi fasilitas lahan dan fisik gedung dan instrumentasi observatorium, koleksi hasil pengamatan dan pustaka yang tak ternilai, dan juga bahwa Observatorium Bosscha masih terus berkontribusi pada sains astronomi dan pada upaya pencerdasan bangsa Indonesia.

Pada 2007 tim dari Boscha mulai melakukan survei lokasi calon observatorium baru bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (Undana) di gunung Timau di Kabupaten Kupang, NTT. Selanjutnya pada 2015 dilakukan penandatanganan kerja sama lima pihak untuk persiapan pembangunan Observatorium Nasional Timau. Peletakan baru pertama dilakukan pada 29 November 2018.

3. Boscha jadi bangunan cagar budaya

Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium BoschaIDN Times/Debbie Sutrisno

Memasuki tahun 2021, Observatorium Boscha akhirnya ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya peringkat kabupaten melalui surat Keputusan Bupati Bandung Barat 188.45/Kep.731-Disparbud/2021. Untuk meningktakan peran peran ini, dilakukan penandatanganan MoU antara ITB dan Shanghai Astronomical Observatory (SHAO) untuk pengembangan Teleskop Radio VGOS (VLBI) Global Observing System).

4. Mari berkarya untuk pengetahuan bangsa

Berusia 100 Tahun, Ini Sejarah Singkat Observatorium BoschaIDN Times/Debbie Sutrisno

Dalam peringatan 100 tahun Boscha, Rektor ITB Prof Reini WIrahadikusumah menuturkan bahwa Bosscha bukan hanya warisan budaya dan ilmu pengetahuan yang dititipkan pada ITB untuk dijaga, tetapi juga kendaraan untuk maju yang perlu ITB jamin pemenuhan amanahnya dengan kapasitas ITB sebagai perguruan tinggi terdepan di Indonesia.

Untuk tahun 2023 ini, ITB mendukung beberapa program yang mengetengahkan berbagai cara menghidupkan astronomi sebagai sains dan perannya dalam kebudayaan. Tahun 2023 adalah tahun istimewa untuk astronomi di Indonesia, karena selain telah seabad astronomi modern yang dirintis Observatorium Bosscha di Indonesia, seratus tahun desain kubah planetarium klasik di Jerman yang menjadi contoh Gedung Planetarium Jakarta, akan melintas di wilayah Indonesia Gerhana Matahari Total, peristiwa alam yang amat istimewa, pada 20 April 2023. Dia pun berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung keberadaan Boscha.

"Ini bukan sekedar dedikasi atau bekerja tapi ini adalah kesetiaan adalah cinta dedikasi yang kadang terasa sunyi dan panjang, tapi tidak sendirian. Semoga terus bersemangat berkarya menjaga fasilitas kita ini dan ilmu pengetahuan untuk bangsa," kata dia, Senin (30/1/2023).

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya