Benarkah Pohon Kina Mampu Atasi Virus Corona? Ini Penjelasnnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Belakangan ini, sejumlah pihak menyebut bahwa bahan obat untuk melawan penyebaran virus corona baru atau COVID-19 ada di Indonesia. Pohon kina yang selama ini digunakan untuk mengatasi malaria dianggap bisa untuk mengobati mereka yang terserang COVID-19.
Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran (Unpad) Keri Lestari menjelaskan, setelah cukup lama virus itu menyerang warga di Tiongkok, para ilmuan di sana akhirnya mengetahui bahwa COVID-19 merupakan jenis virus dengan karakteristik RRA.
Berbagai obat yang mirip untuk mengobati RRA lantas dicari dan yang paling memungkinkan adalah penggunaan klorokuin fosfat relatif lebih aman untuk mengobati pasien yang terinfeksi.
Ini berdasarkan riset yang dipublikasikan periset Qingdao University China dan Mrs Wang dari Wuhan Institute of Virology, pada uji klinik multisenter di 10 rumah sakit di China yang melibatkan 100 pasien Corona.
Obat tersebut diketahui keamanan bagi penggunaannya dapat diterima, sehingga direkomendasikan untuk menjadi obat pilihan dalam panduan terapi penanganan Covid-19 yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok.
"Ini merupakan obat nyata dengan tingkat keamanan yang dapat diterima dalam mengobati pneumonia terkait COVID-19 dalam uji klinis multisenter yang dilakukan di Tiongkok," kata Keri beberapa waktu lalu.
1. Obat jenis ini telah digunakan lebih dari 70 tahun untuk menangani malaria
Klorokuin, lanjut Keri, sebenarnya bukan barang baru. Sebab obat ini sudah digunakan selama 70 tahun untuk penanganan malaria. Meski selama ini produk tersebut tidak mudah didapatkan, ternyata klorokuin memiliki kesamaan struktur kinolin yang berada dalam kinin atau obat kina.
"Nah, setelah ditelusuri juga klorokuin fosfat dengan kinin sulfat ini punya efek yang sama untuk anti malaria dengan mekanisme kerja yang sama, kalau kita lihat sejarah tahun 1940 tahun, pernah terjadi klorokuin resisten malaria, kemudian diganti kinin dan hasilnya baik," kata Keri.
2. Daripada menungu lebih baik mencoba mempoduksi obat ini
Ia mengatakan, penggunaan repurposing drug dengan profil obat yang sudah diketahui hasil dan efek penggunannya selama puluhan tahun, lebih masuk akal untuk menangani wabah COVID-19, daripada menunggu obat dengan senyawa baru yang penyempurnaannya bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Di sisi lain, bahan ini juga tersedia di Indoensia sehingga perusahaan obat-obatan di dalam negeri di harap bisa memproduksinya.
"Jadi wajar kalau Kang Emil (Gubernur Jabar) akhirnya memberikan semacam perhatian terhadap kina untuk penyembuhan corona. Karena pabrik kina itu memang yang fokus perkebunan, menanam pohon ada di Jabar. Dan memang sekarang mereka masih memproduksi bahkan mengekspor loh ekstrak kina itu," ujar Keri.
3. Untuk efek samping memang masih harus diteliti
Meski demikian, Keri memastikan obat dari kina untuk penyembuhan COVID-19 harus diteliti kembali khususnya efek samping dari obat tersebut. Karena, bisa jadi obat tersebut bisa menimbulkan efek kepada pasien tertentu misalnya yang mempunyai penyakit jantung atau mereka yang sedang hamil.
"Kina mah bukan diuji coba secara klinis lagi tapi sudah dipakai. Cuman dicoba untuk Corona mari kita cek ada gak masalah?," paparnya.
Terkait efek samping, Keri menyebut bahwa setiap obat pasi memilikinya. Tinggal kita mengetes dan mengetahui sejauh mana efek samping itu berbahaya untuk pasien atau masyarakat yang mengkonsumsi.
Baca Juga: Obat untuk Pasien Virus Corona, Ini Kelebihan dan Kekurangan Avigan
Baca Juga: Erick Thohir: BUMN Punya Stok 3 Juta Obat Chloroquine