Belajar Ekologi dan Menjaga Lingkungan Sejak Dini Ala Sakola Lawang

Pendidikan lingkungan harus diberikan sejak dini pad anak

Bandung, IDN Times - Persoalan lingkungan saat ini masih kurang mendapat perhatian masyarakat. Hanya segelintir orang saja yang fokus pada persoalan lingkungan, padahal dampaknya sudah sangat nyata seperti pemanasan global dan perubahan iklim.

Untuk meningkatkan pemahaman isu lingkungan, masyarakat khususnya anak-anak, Sanggar Seni Reak Tibelat coba memberi edukasi kepada warga yang ada di sekitar padepokan, tepatnya di kawasan Cibiru, Bandung. Metode belajar yang ramah lingkungan dengan pendekatan berbeda coba diterapkan lewat kegiatan Sakola Lawang.

"Tidak seperti sekolah pada umumnya, Sakola Lawang mengenalkan ekologi kepada anak-anak dan remaja melalui media sesajen. Sakola Lawang berada di bawah naungan Padepokan Bumi Ageung Saketi dalam Lingkung Seni Reak Tibelat yang terkenal dengan kesenian Reak Dogdognya," kata Willfridus Demetrius selaku tim pengabdian masyarakat dari Universitas Parahyangan melalui siaran pers dikutip IDN Times, Rabu (11/10/2023).

Pada 29 dan 30 September 2023, Padepokan Bumi Ageung Saketi juga menggelar acara “Nyipuh Pangaweruh,” yakni kegiatan ritual merawat dan memelihara benda-benda pusaka dan diskusi bersama. Momen ini juga digunakan sebagai sarana perilisan luaran pengabdian yang dilakukan oleh tim Unpar meliputi tarian Ibing Jalukraharja, Kernak-Kernik Reak: Kamus Tiga Bahasa, serta laman resmi milik Padepokan Bumi Ageung Saketi.

1. Anak-anak diajarkan kebudayaan dan panganan lokal yang memberi manfaat

Belajar Ekologi dan Menjaga Lingkungan Sejak Dini Ala Sakola LawangIDN Times/Istimewa

Perwakilan Padepokan Bumi Ageung Saketi, Enjang Dimyati atau akrab disapa Abah Enjoem menuturkan, Reak Dogdog memiliki unsur sesajen yang menjadi simbol ucapan syukur atas hasil alam yang bisa dinikmati masyarakat sekitar, serta menjadi sajian bagi para leluhur sekaligus media untuk berdoa agar pertunjukan berjalan dengan lancar.

Sesajen adalah salah satu bagian penting dari budaya khususnya kesenian Reak Dogdog di tanah Sunda yang sarat akan makna.

"Beberapa contohnya, unsur sesajen buah-buahan atau sayuran melambangkan rasa syukur atas hasil alam yang melimpah, unsur sesajen kembang melambangkan keharuman tanah Sunda, dan unsur sesajen air melambangkan kesehatan," kata Abah Enjoem.

Dari unsur sesajen pula, anak-anak lebih mengenal budaya lokal Sunda, baik secara ritual dalam kesenian Reak Dogdog maupun makanan lokal Sunda.

"Mereka memiliki keingintahuan untuk membuat dan mencicipi makanan lokal Sunda yang akhir-akhir ini semakin jarang ditemui. Di sisi lain, saat mereka mengetahui manfaat buah dan sayur dari sesajen, mereka juga cenderung suka makan buah dan sayur," jelasnya.

2. Banyak nilai positif dari kegiatan kebudayaan yang digelar di padepokan

Belajar Ekologi dan Menjaga Lingkungan Sejak Dini Ala Sakola LawangIDN Times/Istimewa

Menurutnya, dari sesajen ini pula anak-anak lebih mengenal budaya lokal Sunda, baik secara ritual dalam kesenian Reak Dogdog maupun makanan lokal Sunda. Lewat kesenian ini mereka semakin ingin mengetahui budaya lokal dan manfaatnya.

Lewat kegiatan sajen ini pula anak-anak dan remaja juga belajar tentang proses bagaimana sayur, buah, kembang, air nira dan unsur sesajen lainnya bisa didapat.

"Proses pembelajaran dilakukan dengan cara yang unik, yakni belajar langsung di Gunung Manglayang. Dengan begitu, mereka paham bahwa alam berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan manusia dan manusia memiliki kewajiban untuk merawatnya," ungkap Abah Enjoem.

Selain itu mereka juga jadi belajar bagaimana cara merawat lingkungan, mulai dari hal kecil seperti tidak merusak tumbuhan dan membuang sampah pada tempatnya.

3. Masyarakat harus lebih terbuka dalam penerapan budaya lokal

Belajar Ekologi dan Menjaga Lingkungan Sejak Dini Ala Sakola LawangFoto hanya ilustrasi. (IDN Times/Imam Rosidin)

Meski diklaim bisa memberi banyak pemahaman positif bagi anak-anak, metode unik yang diterapkan oleh Sakola Lawang bukan tanpa tantangan. Masih banyak masyarakat takut apabila anak-anak mereka belajar di Sakola Lawang akan diajarkan hal supranatural.

Padahal, menurut Abah Enjoem, tujuan mengenal sesajen bukanlah untuk belajar ilmu supranatural, tetapi agar anak-anak sebagai generasi muda lebih paham ciri khas unsur budaya Sunda yang harus dilestarikan.

Abah sangat berharap agar masyarakat sekitar mau terbuka untuk memahami perbedaan dan menerima budaya lokal Sunda.

"Melalui pemahaman makna atas kegiatan yang dilakukan, diharapkan masyarakat dapat mengubah pandangan negatif mengenai sesajen.

Baca Juga: Ampas Tahu Bisa Diolah Jadi Sedotan yang Lebih Ramah Lingkungan

Baca Juga: Pameran Asana Bina Seni 2023, Angkat Isu Ekologi hingga Gender

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya