Banyak Warga Acuhkan Physical Distancing karena Pemerintah Tidak Tegas

Menjaga jarak mayoritas hanya dilakukan di perkotaan besar

Bandung, IDN Times - Kampanye #DirumahAja atau physical distancing yang dinilai mampu memutus mata rantai penyebaran virus corona di Indonesia sepertinya hanya berlaku sebagian saja. Tidak semua warga yang mengerti dan peduli terhadap penyebaran virus corona yang kini sedang mewabah.

Tak hanya itu, keterlibatan aparat kepolisian dan TNI untuk memantau kerumunan warga pun demikian. Berbagai kebijakan pemerintah untuk membuat masyarakat tetap menjaga jarak atau diam di rumah justru masih marak dilakukan.

Sosiolog Universitas Padjadjaran (Unpad) Ari Ganjar menilai, persoalan paling mendasar terkait dengan imbauan ini yakni banyaknya masyarakat yang tidak paham dengan istilah asing baik social distancing maupun physical distancing.

"Jadi memang pemerintah masih minim usahanya untuk membumikan istilah itu sehingga akrab atau dipahami oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dalam menyikapi pandemi corona ini," ujarnya ketika dihubungi IDN Times, Kamis (2/4).

1. Dari awal pemerintah terlihat tidak serius menangani wabah ini

Banyak Warga Acuhkan Physical Distancing karena Pemerintah Tidak TegasIDN Times/Debbie Sutrisno

Dia menuturkan, warga acuh karena memang sedari awal pemerintah juga tidak serius menangani persoalan wabah ini. Terlihat ketika pemerintah disindir warganet karena memberikan berbagai pernyataan di mana COVID-19 tidak akan masuk ke Indonesia.

Selain itu, di awal tahun juga pemerintah justru membuat kebijakan di mana mereka akan memberikan diskon dan kemudahan agar wisatawan dari berbagai negara termasuk Cina.

"Ketika pemerintah mulai mulai serius sekarang masyarakat yang terkesan 'belum menangkap'. Mereka sudah santai dengan menyebut tidak usah takut corona. Bahkan ada yang sebut 'hidup mati itu ditentukan Tuhan'," ujarnya.

2. Kepercayaan terhadap aksi pemerintah makin minim

Banyak Warga Acuhkan Physical Distancing karena Pemerintah Tidak TegasPetugas menutup akses menuju Alun-Alun Caruban, Kabupaten Madiun yang ditetapkan menjadi kawasan tertib Physical Distancing. Dok.IDN Times/Istimewa

Menurut Ari, saat ini apa pun kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak banyak ditanggapi baik oleh warga. Sejumlah kesalahan dalam pengambilan keputusan di awal tahun saat wabah ini mulai muncul membuat penurunan kepercayaan.

Dengan demikian, imbauan untuk menjaga jarak pun tidak diindahkan karena warga merasa mereka bisa melakukan apapun dengan harapan terhindar dari penyebaran COVID-19.

"Saya membaca bahwa masyarakat yang sudah melek ini kurang percaya dengan apa yang dilakukan pemerintah," kata dia.

3. Imbauan jaga jarak tidak berlaku seluruhnya dan ini mengkhawatirkan

Banyak Warga Acuhkan Physical Distancing karena Pemerintah Tidak TegasIDN Times/khaerul anwar

Di sisi lain, saat ini di perkotaan semisal Bandung, warga akan mengacuhkan imbauan itu karena apa yang selama ini diminta untuk jaga jarak tidak diperlakukan secara total. Sejumlah pasar dan perkantoran di Bandung masih buka dan tidak ada pengaturan jarak secara optimal. Dengan demikian warga pun merasa apa yang disebut jaga jarak tidak efektif memupus penyebaran COVID-19.

"Pasar masih buka dan tidak ada aturan khusus. Kemudian kantor-kantor juga tetap bekerja seperti hari biasa tidak berdiam di rumah. Jadi kan tidak jelas jaga jarak itu seperti apa," ungkpanya.

Baca Juga: Anti Bosan Saat Physical Distancing, Lakukan 7 Aktivitas Asyik Ini Yuk

Baca Juga: Hari Ini Kota Malang Terapkan Kawasan Social Distancing

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya