Bahu Membahu Mencari Rezeki di Rumah Pekerja Terdampak COVID-19

Ada 50 orang yang dirumahkan saat pandemik bekerja di sini

Bandung, IDN Times - Usep Rohman memegang tuas mesin rajut datar sambil menggerakannya ke kiri dan ke kanan secara berulang. Sesekali dia berhenti membenarkan untaian benang yang bertumpuk atau terselip di antara jarum.

Suara bising deru mesin di dalam rumah tak membuatnya menutup telinga. Usep tetap fokus bekerja sambil menatap setiap benang yang terajut satu sama lain. Dari mesin inilah dihasilkan kain rajut yang menjadi bahan dasar baju hingga sweater.

Pria berusia 43 tahun ini merupakan orang baru yang bekerja sebagai operator mesin rajut. Sebelumnya dia lama berkecimpung dalam pembuatan sepatu dan sandal. Namun, sejak pandemik COVID-19 melanda Indonesia, produksi sandal kian melorot. Penghasilan Usep pun semakin tak menentu karena dia bekerja sesuai orderan. Sedangkan sekarang permintaan sandal dari toko sangat minim, nyaris tidak ada.

Tiga bulan bekerja serabutan setelah dirumahkan dari industri sandal, Usep akhirnya diajak Sansan, salah satu pengusaha rumahan kain rajut untuk bekerja. Bersama dengan pekerja lain yang juga dirumahkan karena pandemik, Usep kini bisa menyambung hidup dan memenuhi separuh kebutuhan rumah tangganya.

"Pas pandemik saya pernah satu minggu itu hanya dapat Rp200 ribu. Terus makin ke sini tidak ada orderan masuk, ya tidak bekerja. Keluar dari sana dan bekerja serabutan, saya sekarang bekerja di sini (usaha kain rajut) sudah tiga bulan," ujar Usep ketika berbincang dengan IDN Times di tempat kerjanya, Sabtu (10/10/2020).

Tanpa keahlian di bidang ini, Usep awalnya minder. Tapi rasa malu ini runtuh ketika teringat istri dan dua anaknya yang harus dinafkahi. Usep pun coba belajar, dan utuh waktu sebulan sampai dia cukup handal memainkan mesin rajut tersebut.

Usep tidak sendiri. Terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh pihak pabrik maupun usaha kecil menengah (UKM) juga dirasakan puluhan warga lainnya yang ada di RT 4 RW 11, Kelurahan Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik, Kota Bandung. Mereka harus menelan pil pahit setelah dibiarkan begitu saja tanpa adanya pesangon.

Keadaan yang kian mengkhawatirkan itu akhirnya menggugah para pemangku kebijakan di RW 11. Tak ingin membiarkan warganya berkutat dengan kesulitan mencari uang, para pekerja yang terdampak PHK di tengah pandemik COVID-19 itu diajak bekerja di sejumlah UMKM yang selama ini hidup di kawasan RW 11. Para pelaku UMKM pun kemudian menamakan tempat usaha mereka sebagai Rumah Pekerja Terdampak COVID-19.

Merangkul mereka yang telah dirumahkan

Bahu Membahu Mencari Rezeki di Rumah Pekerja Terdampak COVID-19Dua pekerja tengah mengerjakan orderan kain rajut menggunakan mesin jahit linking. IDN Times/Debbie Sutrisno

Sansan Kurniawan, salah satu pelaku UMKM yang merangkul para pekerja terkena PHK, menuturkan, awalnya usaha kain rajut yang dia rintis sejak 2007 ini sempat mati suri. Sebelum pemerintah menyatakan virus corona ada masuk ke Indonesia, sekitar Februari 2020, bisnisnya mulai tersendat.

Produk yang dia buat mayoritas menjadi 'makanan' para eksportir pakaian untuk dijual kembali ke beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia. Ketika Malaysia menutup keran impor mengantisipasi penyebaran virus, orderan dari pemilik toko di Tanah Abang, Jakarta, berkurang banyak.

"Karena tidak ada pesanan saya juga sempat merumahkan 11 pekerja. Ada yang sampai pilih pulang kampung karena bingung mau bekerja apa," ujar Sansan

Pada Juni 2020, Sansan mulai mendapatkan kembali permintaan untuk membuat baju dan sweater rajut. Namun, mayoritas berasal dari pelaku usaha online (daring). Sedangkan dari pertokoan belum ada.

Tak ingin melewatkan kesempatan ini, Sansan pun menyanggupinya dan segera memanggil para pekerja yang sempat dirumahkan. Dia pun coba merekrut tenaga kerja baru yang ada di sekitar rumah, khususnya mereka yang di PHK saat wabah corona.

Dari total 11 orang yang dipekerjakan, lima orang merupakan wajah lama. Sedangkan enam orang wajah baru yang kehilangan pekerjaannya. Tidak hanya sebagai operator mesin, beberapa orang yang baru bekerja di rumah sendiri untuk merapikan pakaian yang sudah selesai dibuat.

Sekarang, delapan mesin rajut datang, tiga mesin jahit linking, dan satu mesin jahit obras kembali bisa beroperasi, setelah sempat teronggok tak merajut satu kain pun bersamaan dengan pandemik COVID-19.

Setiap minggunya rumah produksi kain rajut Sansan bisa memproduksi baju hingga 40 lusin, dan aksesoris kerudung mencapai 75 kodi. Permintaan pembuatan produk ini pun disebut bisa bertahan minimal hingga dua bulan ke depan. Dia berharap pada akhir tahun dan awa 2021 akses pasar ke negara lain bisa dibuka sehingga produksi dari rumahnya semakin banyak.

Mengedepankan aspek sosial

Bahu Membahu Mencari Rezeki di Rumah Pekerja Terdampak COVID-19Produk pernak-pernik mebel sedang dicat di salah satu rumah pekerja terdampak COVID-19. IDN Times/Debbie Sutrisno

Angka pengangguran di Indonesia memang meningkat setelah pandemik menggebuk Tanah Air. Presiden Joko Widodo bahkan menyebut sudah 3,5 juta pekerja yang terdampak COVID-19. Jumlah ini belum ditambah dengan angka pengangguran sebelum pandemik yang mencapai 6,9 juta.

Sementara itu di Jawa Barat, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Februari 2020 dalam setahun terakhir jumlah pengangguran di wilayah ini bertambah 28.350 orang menjadi 1,87 juta orang. Angka ini jelas akan lebih banyak karena yang dirumahkan karena pandemik COVID-19 terus bertambah.

Peningkatan angka pengangguran seperti ini yang coba diredam para pelaku industri rumahan di RW 11, Kelurahan Cisaranten Endah. Iwan Ganiwan misalnya. Pebisnis yang bergelut dalam daur ulang limbah plastik ini enggan melihat masyarakat yang ada di sekitar rumahnya termenung setelah terkena PHK. Ia pun kemudian merekrut beberapa pegawai di sekitar rumah yang terdampak pandemik COVID-19

Iwan menuturkan, selama ini dia sudah merasakan manis pahitnya mencari uang dengan berbisnis. Maka, ketika ada orang yang kehilangan pekerjaan, Dia juga paham betul perasaan mereka. Berkaca dari pengalaman ini, Iwan mempersilakan para tetangganya itu untuk ikut bekerja bersama.

"Saya terus terang senang. Ada kepuasan tersendiri ketika bisa menafkahi para pekerja. Jujur saya lebih banyak mencari sosialnya (saling bantu) dari pada sekedar uang yang didapat. Berkahnya kalau kata orang lebih banyak," kata dia.

Selama ini Iwan bisa saja memangkas jumlah pekerja, dengan cara beralih menggunakan mesin canggih untuk memproduksi pernak-pernik mebel. Namun, dia merasa ketika beralih ke mesin akan banyak pekerja yang kehilangan pendapatan untuk menafkahi keluarga.

Mesin canggih pun sebenarnya sudah dimiliki dan tersimpan di gudang. Keinginan menambah jumlah produksi kemudian teredam dengan adanya wabah corona.

Di sisi lain, ketika menggunakan mesin biaya listrik sebenarnya cukup besar. Ketimbang membayar listrik, dia alihkan biaya tersebut untuk menggaji pekerja. Yang terpenting bisnis pengolahan limbah plastiknya masih jalan dan mendapat untung.

Saat ini, jumlah pekerja yang ikut dalam usaha Iwan mencapai 16 orang. Lima orang di antaranya adalah pegawai baru yang sempat terdampak PHK.

Salah satu pegawai baru adalah Saeful. Dia sudah tiga bulan ikut kerja di sini. Asep merupakan salah satu pekerja yang terdampak pandemik COVID-19. Sebelumnya dia bekerja di bengkel motor. Tapi, karena orang yang datang ke bengkel sangat berkurang, tiga pegawai di bengkel ini kemudian diminta berhenti dulu, termasuk dirinya.

"Kami memang diminta keluar sama yang punya bengkel. Pas udah satu bulan saya tanya masih tidak ada kerjaan. Ya udah saya cari kerjaan dan dapat di sini," ujar Saeful.

Di tengah pandemik seperti ini, Saeful bersyukur karena masih ada pekerjaan yang bisa dia lakukan. Sebagai tambahan penghasilan, dia kerap mendapat panggilan untuk memperbaiki kendaraan orang dari satu rumah ke rumah lainnya.

Perbanyak celah usaha dan pekerjaan untuk masyarakat

Bahu Membahu Mencari Rezeki di Rumah Pekerja Terdampak COVID-19Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan kerajinan berbahan limbah plastik. IDN Times/Debbie Sutrisno

Rumah Pekerja Terdampak COVID-19 yang ada di RW 11 sebenarnya bukan usaha rintisan baru. Pelaku industri rumahan yang ada di sekitar RW ini memang cukup banyak.

Ketua RW 11 Asep Saepudin menuturkan, sedikitnya ada 40 pelaku usaha kecil yang berada di lingkungan rukun warga. Bisnis yang dilakukan pun bervariasi mulai dari makanan, pembuatan mebel, pembuatan pakaian, hingga pernak-pernik.

Di tengah pandemik COVID-19, tidak semua UMKM tersebut mampu bertahan. Ada sejumlah pelaku usaha yang harus gulung tikar dan merumahkan para pekerja. Namun, ada juga UMKM yang bisa bertahan, atau beralih pada bisnis lain mengikuti arus kebutuhan masyarakat.

Para pelaku usaha yang bisa bertahan kemudian berkonsolidasi untuk merekrut tetangga mereka yang dirumahkan. Harapannya, mereka bisa tetap berpenghasilan meski tak sebesar sebelum adanya wabah corona.

"Kalau dari data kami ada sekitar 50 hingga 60 orang yang kena PHK. Nah dari RW coba merangkul mereka untuk bekerja di home industry yang masih bertahan," kata Asep.

Dia bercerita, salah satu kesulitan yang didapat pelaku usaha di RW 11 saat ini adalah akses permodalan untuk bertahan di tengah pandemik. Dengan permintaan yang belum tumbuh, para UMKM ingin memperluas jangkauan produk, dan itu membutuhkan modal yang tidak sedikit.

Asep berharap berbagai program dari pemerintah pusat dan daerah pun bisa dirasakan pelaku UMKM di RW ini. Sebab, mereka akan kesulitan ketika hanya mengandalkan bantuan modal dari perbankan.

Di sisi lain, RW 11 saat ini tengah memikirkan agar pemuda karang taruna dan ibu rumah tangga bisa berwirausaha atau membuat kelompok usaha secara mandiri. Beberapa program yang tengah dipersiapkan adalah membangun usaha budidaya ikan lele dan bank sampah.

Suntikan modal dari pemerintah untuk UMKM telah dijalankan

Bahu Membahu Mencari Rezeki di Rumah Pekerja Terdampak COVID-19IDN Times/Arief Rahmat

Pemerintah sejatinya telah menyalurkan bantuan untuk pelaku UMKM secara bertahap melalui program Bantuan Presiden (Banpres) Produktif. Untuk tahap pertama ada 9 juta pelaku usaha mikro yang berhak mendapatkan bantuan tersebut

Menteri Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Teten Masduki memastikan Banpres tahap pertama Produktif untuk usaha mikro sudah tersalurkan 100 persen.

Teten mengakui masih banyak usulan dari berbagai daerah yang masuk ke Kementerian Koperasi. Untuk itu, penyaluran Banpres Produktif tahun ini terus dilanjutkan hingga 12 juta pelaku Usaha Mikro.

"Jadi, minggu ini pun kita sudah mulai menyalurkan untuk 3 juta (Usaha Mikro) berikutnya," ujar Teten.

Penyalurannya juga akan memfokuskan pada aspek pemerataan antar daerah, ketepatan, sasaran dan kecepatan. Program ini diharapkan dapat membantu memulihkan ekonomi.

Teten pun memastikan penyaluran program tidak ada yang salah sasaran. Karena proses validasi data cukup ketat. Hanya saja memang masih banyak yang berharap bantuan disalurkan kepada yang belum menerima.

“Jadi ini tepat dengan ditambah 3 juta berikutnya. Tentu kami berharap pada pelaku UMKM dengan modal kerja ini bisa membantu bertahan di masa pandemi," lanjut Teten.

Bagi yang belum mendapatkan Banpres Produktif, ia mengimbau mendaftarkan diri ke dinas koperasi dan UMKM setempat atau lembaga pengusul lainnya termasuk koperasi.

Berdasarkan keterangan resmi di laman Kemenkop UKM, ada sejumlah persyaratan soal siapa yang bisa menerima bantuan ini. Para penerima haruslah seorang Warga Negara Indonesia (WNI), mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK), dan memiliki usaha mikro pastinya.

Selanjutnya, pelaku usaha ini bukan seorang ASN, TNI/Polri, atau pegawai BUMN/BUMD. Syarat berikutnya adalah tidak sedang menerima kredit atau pembiayaan dari perbankan dan KUR.

Terakhir, bagi pelaku usaha mikro yang alamat usahanya berbeda dari alamat domisili sebagaimana tercantum di KTP, maka dapat melampirkan Surat Keterangan Usaha (SKU).

Untuk bisa mendapatkan bantuan ini, data harus diusulkan oleh pengusul Banpres Produktif, di antaranya melalui dinas yang membidangi Koperasi dan UKM, koperasi yang telah disahkan sebagai Badan Hukum Kementerian/lembaga, serta perbankan dan perusahaan pembiayaan yang terdaftar di OJK.

Baca Juga: Jokowi Minta Menterinya Dorong Petani dan Nelayan Bentuk Badan Usaha

Baca Juga: Omnibus Law Diklaim Bikin UMKM Ciptakan Lebih Banyak Lapangan Kerja

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya