Atlet Harus Aktif Kelola Reputasi Online untuk Redam Perang Suporter

Promosikan kegiatan positif agar diikuti masyarakat

Bandung, IDN Times - Kasus bentrok antarsuporter di Indonesia masih sering terjadi. Di ranah olahraga sepak bola misalnya, bentrokan antara suporter satu klub dengan klub lainnya bukan lagi berita baru saking seringnya terjadi.

Peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad) Hanny Hafiar menuturkan, kondisi tersebut sebenarnya bisa diredam dengan cara para atlet lebih aktif mengelola reputasi daring (online). Selain berprestasi di bidangnya, para atlet perlu aktif memanfaatkan media sosial. Bahkan, temuan risetnya menemukan sportivitas atlet di lapangan yang dijadikan konten di media sosial berpotensi mampu meredam potensi perang antar-suporter.

Dosen Prodi Hubungan Masyarakat-Fikom Unpad ini menekankan perlunya athlete branding strategy di Indonesia. Mengutip hasil kajian Akiko Arai, lanjutnya, athlete branding strategy memiliki tiga dimensi yakni athlete performance, athlete appearance, dan marketing lifestyle.

Dia mengkritik konten media sosial atlet Indonesia lebih ke arah atlet appearance & marketing lifestyle. Foto atau visualisasi di medsos lebih banyak bersifat penonjolan penampilan diri.

“Saat ini suporter remaja di Indonesia lebih menyukai konten yang bersifat athlete performance di media sosial. Secara umum memang eksposure informasi yang berisi athlete performance berpengaruh pada peningkatan sportivitas supporter olahraga. Para suporter cenderung meniru karakteristik atlet favorit mereka,” kata dia melalui siaran pers, Jumat (22/9/2023).

1. Harus perbanyak konten bermuatan sportivitas

Atlet Harus Aktif Kelola Reputasi Online untuk Redam Perang Suporterilustrasi sportivitas pertandingan (pexels.com/Yaroslav Shuraev)

Menurutnya, peningkatan jiwa sportivitas atlet di lapangan, mempengaruhi jiwa sportivitas yang ditampilkan oleh para suporter di media sosial. Oleh karena itu para atlet perlu perbanyak konten-konten bermuatan sportivitas.

“Ternyata sportivitas offline yang diterapkan para atlet juga berpengaruh pada sportivitas online para suporternya,” kata Hafiar.

Hafiar memaparkan konten bermuatan sportivitas dapat ditampilkan melalui bermain fairplay, sikap menghargai wasit, sikap suporter yang menghargai tim lawan, dan sikap yang baik antarpemain.

“Potret atlet yang bermain secara fairplay perlu menjadi konten di media sosial agar bisa menginspirasi suporter. Hal ini dapat meningkatkan sprotivitas supporter saat berinteraksi di media sosial. Diharapkan dapat menurunkan tensi atau potensi konflik antar-suporter,” paparnya

2. Atlet harus promosikan gaya hidup yang sehat

Atlet Harus Aktif Kelola Reputasi Online untuk Redam Perang Suporter

Dalam membuat unggahan, lanjut Hafiar, para atlet pun dianjurkan untuk selalu konsisten dan senantiasa mematuhi standar yang telah ditentukan pada tahap awal. Kebiasaan ini perlu diterapkan agar pandangan dan reputasi mereka dapat terbangun secara efektif sesuai target sasaran.

Tak hanya itu, para atlet juga perlu memperhatikan aspek informatif, edukatif, dan persuasif dalam berkomunikasi di media sosial. Meski aspek hiburan juga penting, para atlet sebaiknya tetap memegang erat tanggung jawab mereka sebagai figur publik.

"Ini bisa dilakukan dengan tetap fokus mempromosikan gaya hidup yang sehat bagi tubuh dan pikiran," ungkap Hafiar.

Dia yakin jika pedoman tersebut ditaati oleh para atlet, audiens dan reputasi yang mereka bangun dapat menarik perhatian para pemilik brand yang membutuhkan "wajah" dari industri olahraga untuk keperluan promosi.

“Jadi, selain memberi pengaruh positif kepada masyarakat, para atlet juga dapat memperoleh keuntungan dari praktik ini," paparnya

3. Atlet perlu dukungan klub

Atlet Harus Aktif Kelola Reputasi Online untuk Redam Perang SuporterDebbie Sutrisno/IDN Times

Menurutnya, pengembangan reputasi online akan terasa berat jika hanya menjadi tanggung jawab atlet secara pribadi. Klub olahraga tempat mereka bernaung, lanjutnya, perlu memberikan dukungan.

“Contohnya jika tim sepakbola akan bertanding, akun media sosial klub atau atlet perlu mengunggah konten-konten ajakan fairplay, respect dan lainnya. Bisa dipertimbangkan keberadaan tim branding di tingkat klub. Humas klub harus memiliki personel yang menguasai sport photography, sport journalism,” jelasnya.

Terkait platform media sosial, Hafiar melihat walaupun keberadaan TikTok sudah mulai menyusul popularitasnya dari Instagram, namun dengan berbagai fitur yang ada, ternyata Instagram sampai sekarang masih cenderung menjadi platform yang banyak diakses oleh warganet yang ingin mencari informasi terkait atlet.

Kemudian, organisasi-organisasi olahraga hingga pemerintah perlu ikut turun tangan. Selain membuat kebijakan preventif, kedua pihak tersebut juga perlu membina para atlet untuk aktif mengingatkan penggemarnya agar tetap bersikap sportif dan menjaga kedamaian sebagai sesama peminat dunia olahraga.

Baca Juga: Imbas Kerusuhan Laga Lawan Persib, PSIS Semarang Diganjar 3 Sanksi

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya