AIMI Gelar Payung Aspirasi Tingkatkan Jumlah Bayi Dapat ASI Eksklusif

Baru 73 persen bayi di Jabar dapat ASI eksklusif

Bandung, IDN Times - Angka presentase bayi di Jawa Barat yang umurnya di bawah enam bulan mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif masih belum tinggi, yaitu sekitar 73 persen. Angka ini harus ditingkatkan dengan harapan seluruh bayi bisa bisa mendapat asupan ASI.

Dalam pekan menyusui dunia (PMD), AIMI bakal menggelar kegiatan Payung Aspirasi pada Senin, 8 Agustus 2022.

Bertempat di Kiara Artha Park Bandung, AIMI mengajak berbagai komunitas seperti Bandung Babywearers dan Mamahs Bandung untuk berpartisipasi mengampanyekan pentingnya dukungan untuk menyukseskan program pemberian ASI eksklusif sebagaimana diatur dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 

"Aksi ini digelar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penyediaan dukungan dan edukasi bagi tercapainya kesuksesan menyusui. Setiap orang dapat berperan sebagai aktor dalam melindungi, mempromosikan, dan mendukung pemberian ASI di berbagai lapisan masyarakat,” ujar Ketua AIMI Jawa Barat Mawar Pohan melalui siaran pers dikutip, Minggu (7/8/2022).

1. Pemberian ASI eksklusif butuh kolaborasi semua pihak

AIMI Gelar Payung Aspirasi Tingkatkan Jumlah Bayi Dapat ASI EksklusifWebsite

Menurutnya, butuh bantuan banyak pihak untuk membentuk rantai dukungan berkelanjutan dalam menyusii (warm chain). Peningkatan kapasitas setiap aktor terkait pemberian ASI melalui pendidikan dan transformasi sistem yang ada akan membantu memastikan fasilitas kesehatan yang ramah menyusui, komunitas dan tempat kerja yang mendukung menyusui , didukung oleh kebijakan nasional berbasis bukti.

Mawar menyebut, kegiatan Payung Aspirasi besok bakal dimulai pukul 07.00 WIB. Peserta akan melakukan jalan keliling Kiara Artha sambil membawa payung putih serta membagikan kipas yang berisi informASI edukatif tentang menyusui.

Acara dilanjutkan dengan rangkaian penulisan aspirASi warga terhadap pentingnya dukungan menyusui pada payung putih serta edukasi dan konseling. Selain di Bandung, kegiatan serupa juga dilaksanakan serentak oleh AIMI di seluruh Indonesia.

2. Pandemik COVID-19 memengaruhi pemberian nutrisi pada bayi

AIMI Gelar Payung Aspirasi Tingkatkan Jumlah Bayi Dapat ASI Eksklusifilustrasi membedong bayi (pixabay.com/genalouise)

Mawar menjelaskan, pandemik COVID-19 yang tak kunjung tuntas telah secara drastis mempengaruhi kesehatan, nutrisi, dan mata pencaharian, termasuk keadaan dan keputusan orang tua baru tentang pemberian makan bayi.

Padahal menyusui memainkan peran penting dalam mengelola beban ganda malnutrisi selain memberikan ketahanan pangan dan mengurangi kesenjangan. Keterbatasan kapasitas untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung pemberian ASI menyebabkan memburuknya sistem pendukung menyusui di dalam dan di luar sistem kesehatan selama pandemi, yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan kesenjangan antar dan di dalam negara.

"Perempuan membutuhkan dukungan dari layanan kesehatan, tempat kerja dan masyarakat untuk menyusui secara optimal. Keberadaan rantai dukungan menjadi penting mengingat kian banyaknya tantangan yang dihadapi oleh ibu menyusui di seluruh dunia dalam tahun-tahun terakhir.

Tantangan-tantangan ini antara lain pandemi Covid-19 yang belum benar-benar usai, konflik geopolitik, ketidaksetaraan dan masalah kerawanan pangan, keterbatasan kapasitas sistem kesehatan, serta pembatasan jarak fisik yang berarti berkurangnya layanan tatap muka untuk orang tua sehingga mereka menerima lebih sedikit informasi dan kesempatan untuk mendapatkan konseling menyusui yang memadai.

3. Ada penurunan pemberian ASI eksklusif di kala pandemik

AIMI Gelar Payung Aspirasi Tingkatkan Jumlah Bayi Dapat ASI EksklusifIlustrasi pandemik COVID-19 (15/9/2020) (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Berdasarkan data Riskesdas 2021, sebanyak 52,5 persen atau hanya setengah dari 2,3 bayi kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia, mengutip laman UNICEF. Jumlah tersebut turun sebesar 12 persen dari tahun 2019. Selain itu, persentase angka inisiasi menyusu dini juga mengalami penurunan dari 58,2 persen pada tahun 2019 menjadi 48,6 persen pada tahun 2021.

Adanya pandemik COVID-19 juga makin menyulitkan masyarakat mendapatkan layanan konseling menyusui. Survei Kementerian Kesehatan yang didukung UNICEF pada tahun 2021 menemukan bahwa kurang dari 50 persen ibu dan pengasuh anak kurang dari 2 tahun yang mendapat layanan konseling menyusui selama masa pandemi.

Memberikan ASI memiliki beragam manfaat bagi bayi. WHO menjelaskan, inisiasi menyusu dini pada satu jam pertama kelahiran dapat memberikan perlindungan dari infeksi bagi bayi baru lahir sekaligus dapat menurunkan risiko mortalitas pada bayi baru lahir.

Selain itu, ASI merupakan sumber makanan ideal bagi bayi karena aman, bersih, dan mengandung antibodi yang dapat membantu memberi perlindungan terhadap penyakit yang umum terjadi pada mereka.

ASI juga memberikan semua nutrisi dan energi yang diperlukan oleh bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Anak yang diberikan ASI menunjukkan tingkat kecerdasan yang lebih baik serta kemungkinan mengalami obesitas dan diabetes yang lebih rendah di kemudian hari.

Baca Juga: Pekan ASI Sedunia, Mengapa Pemberian Sangat ASI Penting?

Baca Juga: Bayi yang Sejak Lahir Diberi ASI Berpotensi Tumbuh Cerdas

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya