300 Relawan Terdaftar Ikut Uji Klinis Vaksin Anhui

Makin banyak perusahaan vaksin muncul di Indonesia

Bandung, IDN Times - Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bersama enam rumah sakit akan melaksanakan uji klinis fase ketiga vaksin Anhui yang dipersiapkan menangkal COVID-19. Saat ini sudah ada 300 relawan yang akan ikut dalam uji klinis tersebut. Jumlah ini masih sedikit karena target awal relawan yang akan mendapatkan vaksin mencapai 4.000 orang di Indonesia.

Peneliti utama uji klinis fase III vaksin rekombinan COVID-19 Anhui, dr. Rodman Tarigan, menjelaskan jika ia masih membuka kesempatan bagi masyarakat khususnya di Bandung dan Jakarta yang ingin menjadi relawan uji klinis vaksin Anhui.

"Kami masih buka (pendaftaran relawan) sampai April 2021," ujar Rodman dalam konferensi pers, Selasa (2/3/2021).

Mereka yang bisa uji klinis usianya harus berada di atas 18 tahun dan di bawah 60 tahun. Meski demikian ada beberapa persyaratan yang tetap harus diikuti agar mereka lolos jadi relawan.

1. Uji klinis vaksin ini juga dilakukan di 4 negara lain

300 Relawan Terdaftar Ikut Uji Klinis Vaksin AnhuiPetugas kesehatan memberikan pengarahan kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020) (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Rodman mengatakan, selain Indonesia ada empat negara yang juga melakukan uji klinis vaksin Anhui yaitu Ekuador, Tiongkok, Pakistan, dan Uzbekistan. Untuk uji klinis fase I dan II di Tiongkok sendiri sejauh ini hasilnya baik. 

Di Indonesia sendiri uji klinis diperkirakan baru selesai dalam satu tahun ke depan untuk bisa diuji dan siap edar. Uji klinis ini pun sudah mendapat persetujuan dari Kementerian Kesehatan RI.

"Dari uji klinis ini nantinya kita akan mencari efikasi vaksin tersebut. Kita harapakan lebih bagus (dari efikasi vaksin COVID-19 lainnya)," papar Rodman.

2. Lalu apa bedanya vaksin Anhui dengan Sinovac?

300 Relawan Terdaftar Ikut Uji Klinis Vaksin AnhuiIlustrasi vaksin COVID-19 buatan Sinovac (Dokumentasi Sinovac)

Berbeda dengan jenis vaksin COVID-19 yang dikembangkan Sinovac, Anhui mengembangkan jenis vaksin rekombinan atau subunit protein. Artinya, platform vaksin ini diambil dari spike glikoprotein atau bagian kecil virus yang akan memicu kekebalan tubuh saat disuntikan ke tubuh manusia. Ini berbeda dengan jenis vaksin Sinovac yang diambil dari virus yang dimatikan.

Secara teori, ungkap Rodman, vaksin rekombinan menimbulkan daya tahan tubuh lebih lama dibanding virus yang dimatikan, seperti yang terjadi pada vaksin rekombinan Hepatitis B. Berdasarkan hasil penelitian, penyuntikan tiga kali vaksin tersebut akan memberikan kekebalan yang lebih lama.

“Secara teori, vaksin rekombinan bisa menimbulkan kekebalan lebih lama dan memberikan perlindungan lebih lama juga, mungkin bisa sampai 2 tahun. Namun, teori itu harus dibuktikan dengan uji klinis,” ujar Rodman.

Vaksin rekombinan COVID-19 Anhui sendiri sudah menjalani uji klinis fase I dengan mengikutsertakan 50 subyek penelitian dan uji klinis fase II dengan 900 subyek penelitian. Hasil dari dua uji klinis ini diklaim aman dan memberikan kekebalan yang tinggi.

3. Vaksin Anhui diklaim lebih efektif perangi COVID-19

300 Relawan Terdaftar Ikut Uji Klinis Vaksin AnhuiPetugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Sementara itu, Presiden Direktur PT Jakarta Biopharmaticeutical Industry (JBIO) Mahendra Suhardono mengatakan, setiap orang yang menggunakan vaksin Anhui harus mendapat tiga kali suntikan. Hal ini dapat memberikan efek lebih baik dan jangka panjang terhadap COVID-19 dibandingkan vaksin lain yang hanya dua kali penyuntikan, seperti Sinovac.

Dia menjelaskan, penggunaan vaksin dengan dua kali suntik bisa saja menurun efeknya ketika pandemik masih panjang dan tidak tahu kapan selesainya. Jika terjadi hal tersebut, maka masyarakat membutuhkan kembali penyuntikan vaksin.

Sedangkan dengan penggunaan vaksin Anhui, kekebalan yang timbul lebih baik dan tahan lebih lama. "Kami akan uji klinis fase III, dan ini akan bermanfaat bagi pemerintah. Sekarang vaksin masih terbatas, harapannya pemerintah Indonesia bisa mendapat kepastian vaksin," kata dia.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya