190 Anak-anak di Jabar Terinfeksi COVID-19, Tiga Meninggal Dunia

Jangan biarkan anak kita jadi korban sebaran virus corona

Bandung, IDN Times - Dinas Kesehatan Jawa Barat mencatat sebanyak 190 anak-anak terkonfirmasi positif virus corona atau COVID-19. Jumlah pasien yang terinfeksi itu merupakan anak dengan rentang usia 6 hingga 18 tahun. 

Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani mengatakan, anak di usia sekolah menjadi pasien terbanyak yang terinfeksi virus corona dengan total mencapai 131 orang.

"Total positif usia sekolah laki-laki 62, perempuan 69," kata Berli saat dihubungi, Senin (22/6).

Berli menuturkan, dari total tersebut terdapat bayi 0-1 tahun ada 11 orang. Kemudian balita ada 35 orang, prasekolah dengan rentang usia antara 5-6 tahun ada 13.

1. Ada 80 anak yang masih menjalani perawatan

190 Anak-anak di Jabar Terinfeksi COVID-19, Tiga Meninggal DuniaBayi yang ditemukan di Gampong Paya Demam Sa, Kecamatan Pante Bidari, Kabupaten Aceh Timur, dibawa ke Puskesmas Puskesmas Matang Pudeng (Foto: Istimewa)

Dari 131 anak usia sekolah yang terinfeksi, tercatat 80 masih menjalani perawatan. Sementara itu, adapula 3 bayi, 17 balita, dan 5 prasekolah yang positif terinfeksi dan masih menjalani perawatan.

"Total positif bayi 0 hingga 1 tahun, laki-laki 7 perempuan 4," kata dia.

Adapun dari ratusan anak yang terinfeksi corona, Berli menambahkan, tercatat 82 anak yang sembuh. Selain itu, tercatat pula 3 anak meninggal dunia yang terdiri dari 1 balita dan 2 usia sekolah.

"Anak positif meninggal, balita perempuan 1, usia sekolah laki-laki 2," tandas dia.

2. Jangan buka sekolah dulu hindari penyebaran COVID-19 pada anak-anak

190 Anak-anak di Jabar Terinfeksi COVID-19, Tiga Meninggal DuniaIlustrasi PJJ siswa SD (Dok. KPAI)

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merespons kemungkinan dibukanya sekolah pada 13 Juli 2020. Menurut mereka, rencana itu terlalu berisiko untuk anak-anak. KPAI mengusulkan agar sebaiknya tatap muka di sekolah dimulai pada awal 2021 mendatang.

Komisioner KPA Bidang Pendidikan Retno Listyarti menjelaskan, pihaknya khawatir anak-anak tertular COVID-19 jika mereka dipaksa masuk bulan depan. Apalagi saat ini Indonesia tidak punya rumah sakit rujukan COVID-19 khusus anak-anak.

"Bahkan sampai sekarang belum ada di Indonesia rumah sakit rujukan COVID-19 untuk anak-anak, pasiennya masih dicampur dengan orang dewasa, padahal mestinya tidak boleh, tapi mau tidak mau dicampur, jadi kalau sekolah dibuka kasus bisa naik," kata Retno beberapa wakatu lalu.

3. Harus ada pertimbangan untuk membuka sekolah kembali

190 Anak-anak di Jabar Terinfeksi COVID-19, Tiga Meninggal DuniaKomisioner Bidang Pendidikan KPAI Retno Listyarti (Dok. Istimewa)

Retno menambahkan, perlu ada persiapan yang matang untuk kembali membuka sekolah agar anak-anak bisa terjaga dan tidak berpotensi tertular COVID-19. Mulai dari penyediaan fasilitas kebersihan, regulasi hingga edukasi kepada siswa, guru dan wali murid agar siap melepas anak-anaknya kembali berkegiatan di sekolah.

"Bagi kami terlalu berisiko untuk melepas anak-anak, di satu sisi kasus masih tinggi, infrastruktur Indonesia belum siap untuk melanjutkan sekolah. Kita bertarung nyawa untuk anak-anak kita," ujar dia.

4. Anak kecil sulit untuk jalani isolasi sendiri

190 Anak-anak di Jabar Terinfeksi COVID-19, Tiga Meninggal Duniapribadi

Retno khawatir jika kasus anak semakin meningkat, sebab rumah sakit rujukan untuk anak saja belum tersedia di Indonesia, dan anak-anak sulit untuk menjalankan isolasi seorang diri.

"Tidak mungkin diisolasi misalnya SD atau TK, tidak mungkin diisolasi di ruang isolasi rumah sakit sendirian, tanpa kita orang tua," ujar dia.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya