Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Forestra 2024, Efek Rumah Kaca Bakal Pakai Gitar Hasil Daur Ulang

Gitati Efek Rumah Kaca, Cholil. (Rizki/IDN Times)
Gitati Efek Rumah Kaca, Cholil. (Rizki/IDN Times)

Bandung Barat, IDN Times - Efek Rumah Kaca menjadi salah satu musisi yang tampil di Forestra 2024 yang digelar di Orchid Forest Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat pada 31 Agustus 2024. Mereka akan tampil diiringi 40 orkestra garapan Erwin Gutawa.

Bakal tampil di tengah hutan pinus, Efek Rumah Kaca menyiapkan kejutan untuk penonton yang hadir di Forestra 2024 yang mengusung tema "Simfoni Gema Rasa" yang akan mengajak penikmat musik untuk memaknai keindahan semesta melalui harmonisasi musik orkestra.

Vokalis sekaligus gitaris grup band Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud mengatakan, dirinya akan tampil dengan membawa gitar hasil daur ulang limbah plastik.

"Kebetulan di Cianjur ada yang menginisiasi daur ulang sampah plastik menjadi gitar. Dan ketika dikasih, wah senang banget. Dan mungkin akan kita pakai di acara ini," ujar Cholil saat ditemui di Lembang.

1. Efek Rumah Kaca ikut kampanyekan krisis iklim

(Bangkit Rizki/IDN Times)
(Bangkit Rizki/IDN Times)

Melalui gitar daur ulang limbah plastik itu, Cholil ingin ikut mengkampanyekan ancaman krisis iklim dari sampah plastik yang saat ini menjadi penyumbang emisi besar pda pemanasan global.

Gitar dengan model Fender ini terbuat dari 1.700 tutup botol plastik yang didaur ulang menjadi bodi gitar bercorak warna abstrak. Gitar tersebut dibuat oleh pemuda asal Cianjur yang sadar ancaman sampah plastik yang berpengaruh pada pemanasan global.

"Gitar ini akan dipakai manggung sebagai bukti bahwa kita bisa membuat berbagai upaya untuk memperlambat krisis iklim. Secara sound bagus. Cuman dia agak berat dari Fender biasanya. Secara look, tampilan desain juga bagus. Karena saya sering pegang Telecaster, stylenya juga kaya Telecaster," jelasnya.

2. Sederet musisi yang hadir di Forestra 2024

(Bangkit Rizki/IDN Times)
(Bangkit Rizki/IDN Times)

Selain menyuguhkan gitar daur ulang, Cholil juga meminta agar para pengunjung Forestra 2024 ikut mendukung upaya-upaya memperlambat krisis iklim.

"Kita harus mulai menormalisasi ‘kerumitan’ dalam hal ini seperti bawa tumbler, tempat makan, itu rumit kan. Tapi harus. Karena kalau gak, perubahan iklim akan cepat terjadi," ujarnya.

Selain Efek Rumah Kaca, Forestra 2024 juga menghadirkan Jason Ranti, Isyana Sarasvati, dan Diskoria,The Adams, Nadin Amizah, Majelis Lidah Berduri, dan Scaller.

CEO ABM, Barry Akbar mengatakan, pertunjukan musik megah ini mengusung semangat untuk memperlambat krisis iklim dengan menjaring NGO linkungan sebagai motor gerakan untuk memperlambat perubahan iklim.

"Tahun lalu kita kerja sama dengan Hutan Itu Indonesia untuk penanaman pohon di area konservasi di Cikole. Dan sekarang kita kolaborasi dengan Greenpeace," kata Barry saat jumpa pers di Orchid Forest Cikole Lembang, Kamis (18/7/2024).

3. Sebagian dana akan disumbangkan

(Bangkit Rizki/IDN Times)
(Bangkit Rizki/IDN Times)

Forestra bukan sekadar pertunjukan musik biasa, melainkan sebuah perayaan harmoni antara karya manusia dan kebesaran alam. Acara ini menempatkan musisi dan penontonnya dalam setting yang memukau, dengan panggung yang megah. Selain menikmati pertunjukan musik, Forestra juga menjadi momentum bagi pengunjung untuk terhubung kembali dengan alam.

Barry mengatakan, sebagian dana dari Forestra 2024 ini akan disumbangkan untuk upaya pencegahan kebakaran hutan yang marak terjadi di hutn-hutan Indonesia khususnya pada musim kemarau.

"Kita akan alokasikan dana juga ke tim cegah api di Palembang, Sumatera Selatan. Karena kita lihat sekrang cukup riskan kebakaran hutan terjadi lagi melanda Indonesia. Baru saja kita dengar berita kebakaran hutan di Danau Toba," ujar Barry.

Barry juga menjamin, pagelaran orkestra yang digelar di tengah hutan ini tidak mengganggu hewan yang berada di kawasan hutan Cikole maupun Tangkuban Parahu.

"Perlu diketahui. Hutan pinus yang menjadi tempat pertunjukan ini merupakan hutan pinus buatan. Orchid Forest hanya menggunakan 12 hektare dari 650 hektare hutan buatan yang kini jadi Taman Wisata," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ferry Rizki
EditorFerry Rizki
Follow Us