Dugaan Bully Siswa Sampai Meninggal di KBB, Ini Kata Bey Machmudin

Bey kerap terima laporan perundungan

Bandung Barat, IDN Times - Nabila Fitria Nuraini (18 tahun), siswa SMK Kesehatan Rajawali, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat diduga mengalami bullying atau perundungan yang dilakukan temannya sendiri. Dia meninggal dunia usai disebut mengalami gangguan kejiwaan.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengaku prihatin dengan kasus perundungan yang menimpa siswa Kampung Centeng, RT 05/07, Desa Cihanjuang, Kecamatan Parongpong, KBB itu. Korban dilaporkan meninggal dunia pada 30 Mei 2024, dan kisahnya viral di media sosial.

"Saya ikut prihatin dan sampaikan duka cita mendalam bagi keluarga," kata Bey Machmudin di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Rabu (12/6/2024).

1. Bey minta semua pihak cegah aksi perundungan

Dugaan Bully Siswa Sampai Meninggal di KBB, Ini Kata Bey Machmudin(Bangkit Rizki/IDN Times)

Bey mengaku kerap mendengar banyak laporan aksi perundungan ketika melakukan kunjungan ke daerah. Ia telah mengingatkan agar tindakan tersebut bisa dicegah dan dihilangkan baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat luas.

Upaya pencegahan ini bisa berjalan optimal jika dilakukan bersama-sama oleh pemerintah, tenaga pendidik, hingga tokoh masyarakat.

"Sebetulnya kalau saya pergi ke daerah terima laporan perundungan. Saya minta jangan sampai ada lagi perundungan, kami minta kerja sama para pihak orangtua, sekolah, pemerintah daerah, tokoh masyarakat, untuk sama-sama dan lebih aktif menuntaskan masalah ini," ungkap Bey.

2. Manajemen sekolah angkat bicara

Dugaan Bully Siswa Sampai Meninggal di KBB, Ini Kata Bey Machmudin(Bangkit Rizki/IDN Times)

Sebelumnya, Kepala Sekolah SMK Kesehatan Rajawali, Rizki Zaskia Hilmi mengatakan, sekolah selama hampir tiga tahun tidak menerima laporan adanya kejadian bullying atau perundungan yang dilakukan terduga pelaku kepada korban dan para orangtuanya baik secara fisik maupun verbal.

"Bahwa selama kurang dari tiga tahun masa belajar kami tidak menerima laporan baik dari siswa, kedua orangtua siswa terkait bullying. Pandangan wali kelas mereka terlihat baik-baik saja," kata Rizki.

Namun, sekolah baru menerima laporan adanya kejadian dugaan bullying yang dialami Nabila itu pada 12 Mei 2024. Ketika itu orangtuanya melapor jika Nabila jatuh sakit usai diduga mengalami perundungan.

Sekolah lalu menggali informasi terkait kegiatan pagelaran seni kepada wali kelas, guru dan siswa lainnya. Hasilnya, ungkap Rizki, sekolah tidak mendapati adanya interaksi adanya korban dan temannya yang disebut melakukan dugaan perundungan.

"Dalam seremonial kelas XII hadir kedua orangtua, siswa N (korban) dan A. Kami melakukan upaya mediasi dengan mempertemukan kedua orangtua, dan dalam kondisi emosi sehingga tidak dilanjutkan," tutur Rizki.

3. Sekolah upayakan mediasi

Dugaan Bully Siswa Sampai Meninggal di KBB, Ini Kata Bey Machmudin(Bangkit Rizki/IDN Times)

Sekolah terus mendalami informasi terkait dugaan aksi bullying itu dengan menggali keterangan dari siswa, guru dan wali kelas. "Hasil wawancara disimpulkan tidak ada kekerasan fisik antara siswa A dan N (korban)," ucapnya.

Sekolah melakukan kunjungan ke rumah korban dan terduga pelakunya. Bahkan, Rizki mengatakan sekolah sudah membawa siswa yang disebut melakukan bullying dan kedua orangtuanya. Dia mengklaim saat itu ada kepepakatan damai secara lisan dan korban tidak ingin memperperpanjang masalah tersebut.

"Siswa N menyatakan tidak ingin memperpanjang, kedua orangtua alhamdulillah hadir dan berdamai secara lisan, kedua orangtua saling berpelukan dan saling meminta maaf. Pada 30 Mei kami dapat kabar dari orangtua bahwa siswa N meninggal dunia, kami berkunjung ke rumah duka," kata Rizki.

Setelah itu informasi terkait dugaan bullying yang dialami Nabila viral di media sosial hingga menyita perhatian publik. Sekolah kemudian melakukan mediasi lagi antara kedua belah pihak pada 10 Juni 2024 namun belum menghasilkan keputusan.

"Kami belum sampai ke kesapakatan, ada secara lisan untuk damai tapi belum utuh. Akan ada mediasi lanjutan," ucap dia.

Kesimpulannya, lanjut dia, sekolah hingga saat ini belum menemukan adanya bullying berupa fisik. Adapun kasus menggendong ketika terjadi di kelas 10, menurutnya itu dilakukan secara bergantian.

"Hasil telusur kami tidak ada yang mengarah ke bullying fisik. Untuk yang menggendong terjadi di kelas 10, setelah kami gali info dari teman-temannya itu dilaksanakan bergantian antara siswa A dan N. Dari sisi verbal kami masih verifikasi apakah candaan yang dulu oleh siswa A apakah menjurus ke bully, kami masih komunikasi dengan Dinas Perlindungan Anak," tuturnya.

Baca Juga: Viral! Siswa SMK di KBB Meninggal Usai Diduga Jadi Korban Bully Teman

Baca Juga: Sampah Menumpuk di Sungai Citarum KBB Diperkirakan Mencapai 200 Ton

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya