Banyak Polusi Cahaya Hiburan, Pengamatan di Bosscha Lembang Lumpuh

Teleskop tak bisa menangkap benda langit

Bandung Barat, IDN Times - Aktivitas pengamatan bintang di Observatorium Bosscha Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat lumpuh karena lampu sorot tempat hiburan. Imbasnya, polusi cahaya itu membuat alat bantu pengamatan seperti kamera dan teleskop tak bisa menangkap benda langit.

"Lampu sorot dari salah satu pusat hiburan masyarakat di kawasan Lembang membuat pengamatan bintang di Observatorium Bosscha lumpuh," tulis akun Instagram @bosschaobservatory.

1. Pengamatan langit tak bisa dilakukan

Banyak Polusi Cahaya Hiburan, Pengamatan di Bosscha Lembang Lumpuh(Dok/Istimewa)

Observatorium Bosscha Lembang juga mengabadikan hasil tangkapan instrumen dipenuhi dengan buyaran cahaya lampu sorot. Hal itu mengakibatkan hampir seluruh data pengamatan yang diambil teleskop tak bisa digunakan. Lampu sorot mengkontaminasi tangkapan instrumen pengamatan, mengakibatkan hampir keselurahan data pengamatan yang diambil dari teleskop tidak bisa digunakan.

Dari gambar pada unggahan itu tampak lampu sorot hiburan menerangi langit ke segala arah. Penampakan lampu sorot dari All sky camera (a) dan dari teleskop (b). Terlihat lampu sorot mendominasi tangkapan instrumen. kondisi ini mengakibatkan hampir keseluruhan data pengamatan teleskop di Observatorium Bosscha tidak bisa digunakan.

"Polusi cahaya sebenarnya bukan saja ancaman bagi astronomi. Polusi cahaya adalah (bencana) yang tidak kita sadari. Menurut riset International Dark Sky Organisation, jika kita bisa dengan bijak mengatur penerangan luar, kita bisa menghemat energi hingga 60-70%," terang keterangan tersebut.

2. Penyumbang terbesar perubahan iklim

Banyak Polusi Cahaya Hiburan, Pengamatan di Bosscha Lembang LumpuhGedung Koepel atau Rumah Teropong Bintang Zeiss di Observatorium Bosscha (bosscha.itb.ac.id)

Dari riset yang sama sebagian besar penduduk Bumi hidup di bawah langit yang tercemar cahaya, pencahayaan berlebih menjadi masalah internasional. Menurut " World Atlas of Artificial Night Sky Brightness " pada tahun 2016, 80 persen populasi dunia hidup di bawah cahaya langit. Di Amerika Serikat dan Eropa, 99 persen masyarakat tidak dapat menikmati malam alami.

"Energi untuk penerangan yang kita gunakan hari ini sebagian besar berasal dari pembakaran karbon, penyumbang terbesar bagi perubahan iklim di Bumi yang kita huni," tutup keterangannya.

3. Sorot lampu berasal dari tiga titik

Banyak Polusi Cahaya Hiburan, Pengamatan di Bosscha Lembang Lumpuh(Dok/Istimewa)

Saat dihubungi, Peneliti Observatorium Bosscha, Yatni Yulianti menjelaskan polusi cahaya dari lampu sorot berasal dari 3 lokasi yakni dari sebelah Utara, Barat, dan Selatan Observatorium Bosscha. Asal lampu sorot ini diduga berasal dari kegiatan hiburan salah satunya pasar malam.

"Ini sudah berlangsung sekitar satu bulan terakhir. Saat ini ada tiga sumber polusi cahaya yakni dari Utara, Barat, dan Selatan," kata Yatni.

Pihaknya mengimbau agar masyarakat dan pihak terkait agar bijak menggunakan penerangan. Karena selain melumpuhkan pengamatan astronomi di Observatorium Bosscha dampak cukup serius. Mengingat sebagian besar penduduk Bumi hidup di bawah langit yang tercemar cahaya, dengan demikian kondisi ini sudah menjadi masalah internasional.

"Observatorium Bosscha menghimbau kita semua untuk menggunakan penerangan luar dengan bijak. Terangi yang hanya perlu diterangi," imbuhnya.

Baca Juga: SDN yang Ambruk Belum Direlokasi, Ini Alasan Disdik KBB

Baca Juga: Nenek Omot, Pemilih Tertua di Pilkada KBB Berusia 106 Tahun

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya