Perangi Buta Huruf, Sekolah Anak Jalanan Digelar di Alun-alun Cimahi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cimahi, IDN Times - Pendidikan adalah hak segala bangsa. Entah dari mana asal muasal ujaran itu, namun istilah tersebut jelas tertuang dalam pasal 31 Undang-undang Dasar tahun 1945.
Biaya sekolah yang tinggi dan kebutuhan ekonomi mendorong belasan anak-anak memilih berhenti sekolah. Mereka terpaksa harus turun ke jalan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di jantung Kota Cimahi, belasan anak jalanan (Anjal) terpaksa putus sekolah dan turun ke jalan untuk mengamen. Menyadari hal itu, Gerakan Rakyat Cinta Indonesia (Gercin) tergerak untuk membuka pendidikan terbuka bagi anak jalanan Cimahi.
"Saya lihat anjal, ajak mengobrol, kemudian tahu bagaimana pendidikannya. Dari situ saya ingin berbagi, kebetulan saya punya ilmu," kata Ketua Gercin, Rose Else saat ditemui, Jumat (28/8/2020).
1. Sudah dua bulan berjalan
Sekolah anak jalanan itu digelar di pelataran alun-alun Kota Cimahi. Belasan anak jalanan terlihat antusias mengikuti mata pelajaran yang diajarkan. Rose tidak sendiri, ia dibantu beberapa rekannya yang mau menyisakan waktunya untuk mengajar.
"Sudah dua bulan ini berjalan. Saya dibantu anggota dari Gercin, ada yang instruktur, guru, owner rias pengantin, macam-macam, kami saling membantu," sebutnya.
2. Digelar empat kali dalam satu minggu
Sekolah anjal tersebut, terang Rose, digelar empat kali dalam seminggu. Setiap Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu, dari jam 8.00 sampai jam 12.00 WIB.
"Yang mengajar ada tiga orang per hari, orangnya bergantian dari berbagai latar belakang. Namun, saya selalu ikut mendampingi," katanya.
3. Untuk perangi buta huruf
Rose menyebutkan, ada belasan anjal yang ikut sekolah tersebut. Beberapa di antara mereka ada yang belum pernah menyenyam pendidikan, ada pula yang putus sekolah.
"Mereka kami ajarkan membaca dan berhitung. Umurnya itu dari 7 tahun sampai 18 tahun, tapi kami sebenarnya enggak lihat umur, karena ingin memberantas buta huruf," tuturnya.
4. Dinsos diminta sediakan rumah singgah
Rose mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Sosial dan Dinas Pendidikan setempat. Ke depan, dia ingin agar seluruh anjal yang belajar bisa memperoleh izasah program Paket A.
"Insyaallah kami juga akan difasilitasi rumah singgah dari pemerintah. Nanti rumah singgah itu dari pagi sampai siang dipakai untuk belajar, sore ke malam untuk jual makanan," tandasnya.
5. Putus sekolah karena ekonomi
Salah seorang anjal, Rama Ramdhani (14) mengaku hanya bersekolah sampai kelas 5 SD. Pendidikan dasar tidak dia selesaikan karena ketiadaan biaya, apalagi kedua orangtuanya bercerai.
Setelah putus sekolah, dia lebih banyak tinggal di jalanan hingga akhirnya merasa nyaman menjadi anak jalanan. Meski begitu, Rama akhirnya mau ikut sekolah anjal setelah diujuk.
"Kalau di Alun-alun, senang belajarnya bisa main juga. Kalau di sekolah, bosan, enggak santai," katanya.