Mengenal Sate Kelinci Lembang yang Peminatnya Makin Surut

Rajut kekayaan pangan lokal dari sate kelinci Lembang

Bandung Barat, IDN Times - Lembang bukan hanya wilayah dengan ragam wisata, melainkan juga punya bermacam kuliner yang berjejer di sepanjang jalur wisata. Sebut saja ketan bakar, lemang, tahu susu Lembang, sate kelinci dan berbagai kudapan lokal.

Dari banyaknya jenis sate di Nusantara, sate kelinci khas Lembang rupanya menjadi kekayaan pangan lokal. Udara yang sejuk dan panorama alam utara Bandung memang menambah kenikmatan menyantap sate kelinci Lembang.

1. Sate kelinci Lembang melegenda sejak 1995

Mengenal Sate Kelinci Lembang yang Peminatnya Makin SurutSate Kelinci Lembang. (IDN Times/Bagus F)

Jauh sebelum obyek wisata menjamur di wilayah Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), sate kelinci sudah lebih dulu eksis di wilayah itu. Keberadaannya diperkirakan mulai dikenal sejak tahun 1990-an.

Rusli Ruhiyat (57 tahun) menjadi saksi bagaimana sate kelinci di Lembang perlahan dikenal. Menurutnya di sana sate kelinci paling melegenda ialah Sate Kelinci Pak Sapri yang berdiri sejak 1995.

"Dulu saya sebagai pemasok kelincinya. Tapi seiring berjalannya waktu sekitar tahun 1999 saya mulai buka kedai sate kelinci sendiri," ujar Rusli di warung sate miliknya, Sabtu (14/8/2021).

2. Kelezatan sate terdapat pada daging segar yang disembelih mendadak

Mengenal Sate Kelinci Lembang yang Peminatnya Makin Surut

Lambat laun, kuliner khas Lembang ini merangkak naik. Aroma kenikmatan sate kelinci tercium seiring obyek wisata yang menjamur. Warung sate milik Rusli pun ikut ramai dan melegenda hingga lebih dari dua dekade.

Ramainya kuliner khas Lembang ini juga mengundang rasa penasaran selebriti papan atas. Tak hanya itu, beberapa chef ternama juga tak luput merasakan kelezatan sate kelinci.

"Resepnya sangat sederhana, hanya garam kecap dan beberapa bumbu dapur. Namun yang menjadi beda, warung sate kelinci di sini selalu menyajikan daging segar. Artinya sate kelinci yang disajikan selalu disembelih mendadak," papar Rusli.

Menurutnya, kelezatan daging sate bakal lebih terasa jika daging yang dibakar merupakan daging segar kurang dari satu hari. Sate kelinci ini menggunakan daging dari kelinci jenis pedaging atau kelinci Australia.

3. Meledak di tahun Shio Kelinci

Mengenal Sate Kelinci Lembang yang Peminatnya Makin Surut

Ingatan Rusli masih kuat di mana para pelaku UMKM sate kelinci Lembang merebak bagai jamur di musim hujan. Tahun 2011 terlihat menjadi titik kejayaan para pelaku usaha sate kelinci.

Sebelah kanan-kiri jalan sepanjang utara Bandung berjejer warung-warung sate kelinci. Ramai berdirinya sejumlah obyek wisata baru seakan menjadi sponsor nama sate kelinci Lembang dikenal di tanah air.

"Puncak ramainya sate kelinci Lembang itu pas tahun Shio Kelinci, sekitar tahun 2011. Saat itu, obyek wisata juga sedang ramai-ramainya dikenal dunia," tutur Rusli.

4. Dari 40 warung, kini tinggal 8 warung sate yang bertahan

Mengenal Sate Kelinci Lembang yang Peminatnya Makin SurutSate kelinci Lembang. (IDN Times/Bagus F)

Namun, kejayaan sate kelinci rupanya tak abadi. Para peternak kelinci di wilayah Lembang sudah mulai beralih, begitupun UMKM lainnya yang perlahan menutup warungnya. Entah apa sebab hal itu terjadi, Rusli pun hanya bisa menduga-duga.

"Mungkin karena para peternak kelincinya juga sudah mulai berkurang, sehingga harga kelinci juga terbilang mahal. Dari 40 UMKM sate kelinci, sekarang cuma 8 warung sate. Bisa dibilang hampir punah," sebut Rusli.

Di sisi lain, stigma buruk terhadap kuliner ini juga seringkali menjadi alasan pelanggan untuk beralih ke sate lain. Padahal, jika dilihat khasiatnya, menurut Rusli, sate kelinci mengandung banyak manfaat.

"Apa lagi dihantam COVID-19, habis satu ekor kelinci aja sudah untung," kata Rusli.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya