UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi Kejiwaan

Pelaku UMKM Bandung tidak mengerti konsultasi kejiwaan

Bandung, IDN Times - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat (Jabar) banyak yang belum memanfaatkan konsultasi kejiwaan dari pemerintah di tengah kesulitan pasukan karena terdampak pandemik COVID-19.

Para pelaku UMKM saat ini tetap memilih berjuang untuk memasarkan produknya. Mereka tidak banyak melakukan konsultasi kejiwaan melalui layanan gratis pemerintah. Salah satunya yaitu, N. Abdurahman.

Pelaku UMKM asal Kota Bandung yang bergerak dalam bidang makanan siap saji dengan merek Baso Aci Ngilers ini merasakan bahwa kondisi pandemik memang membuat dagangannya tidak begitu laris. Ia juga merasa beberapa kali drop dan stres.

"Sempat merasakan stres karena (pemasukan) menurun, tapi saya tidak konsultasi melalui layanan konsultasi (kejiwaan) itu," kata Abdurahman saat dihubungi, Sabtu (9/10/2021).

1. UMKM Bandung merasakan bahwa pandemik bikin stres

UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi KejiwaanInstagram-Ngilers

Menurutnya, kondisi penurunan pemasukan atau income hampir dirasakan sebagaian besar pelaku UMKM. Ia beranggapan bahwa, ketika perusahaan besar turut terdampak, UMKM akan lebih terdampak.

Meski begitu, dalam beberapa waktu kemarin, penjualan barang dagangannya sempat ramai dibeli karena banyak masyarakat yang langsung memesan secara daring.

"Naik turun dalam masa pandemik ini, sempat kita juga dibanjiri pembeli pada beberapa bulan kemarin. Iya intinya pandemik bikin stres," katanya.

2. Pelaku UMKM Bandung ada yang belum memahami soal konsultasi kejiwaan

UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi KejiwaanInstagram-Ngilers

Saat ditanya mengenai bantuan layanan konsultasi kejiwaan untuk masyarakat, Abdurahman bilang, dirinya tidak begitu memahami bahwa terdapat layanan itu. Saat ini, ia juga belum begitu mengerti layanan-layanan kesehatan mental di masa pandemik COVID-19.

"Kalau mau jujur saya masih belum paham soal (layanan konsultasi kejiwaan) itu. Saya tahunnya ada bantuan obat gratis saja," katanya.

3. Jika stres karena penjualan menurun, obatnya cukup ngobrol bersama teman

UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi KejiwaanInstagram-Imala

Kemudian, pelaku UMKM asal Kota Bandung lainnya, Aziz Abdillah juga mengatakan bahwa belum menggunakan layanan jasa konsultasi kejiwaan dari pemerintah. Menurutnya, ketika stres dengan urusan penjualan, dirinya lebih banyak berdiskusi dengan teman sesama pelaku UMKM.

"Lebih banyak curhat atau diskusi sama teman kalau stres penjualan dibandingkan (konsultasi kejiwaan) itu. Saya juga baru dengar," jelasnya.

Sebagai UMKM yang bergerak dalam produk olahan lebah madu dengan nama merek Imala, ia justru sempat mengalami peningkatan omzet dalam beberapa bulan kemarin. Sehingga, dirinya tidak begitu merasakan setres berkepanjangan.

"Kami alhamdulillah masih banyak peminat, dan tidak begitu mengalami stres karena penjualan menurun di masa pandemik COVID-19," kata dia.

4. Ridwan Kamil sebut banyak warga Jabar yang membutuhkan konsultasi kesehatan mental

UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi KejiwaanRidwan Kamil (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Sedangkan, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil alias Emil mengatakan bahwa sepanjang pandemi COVID-19, tercatat 60 persen warga Jabar mengalami tekanan psikis, cemas, dan khawatir.

"Kemudian ada 5.000-an anak yatim dan yatim piatu yang ditinggal orang tuanya karena COVID-19. Itu juga harus menjadi perhatian kita," tuturnya.

Menurut Emil, isu kesehatan mental tidak hanya mendampaki kalangan tertentu. "Dari anak-anak sampai pemimpin, seperti saya, pun punya problem yang kadang tidak dimunculkan karena situasi," katanya.

5. Pemprov Jabar menghadirkan program KJOL

UMKM Bandung Belum Memanfaatkan Jasa Konsultasi KejiwaanIlustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Sedangkan, berdasarkan survei Puslitbangkes Kemenkes pada 2020, sekitar 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Dari angka tersebut, 85,3 persen di antaranya tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri.

Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat (Jabar) Elly Marliyani mengatakan, saat ini RSJ Jabar membuat program Konsultasi Jiwa Online (KJOL yang dibaca Kajol). Dari program itu banyak masyarakat yang sudah melakukan konsultasi.

"Banyak orang yang cemas dan khawatir, stigma terhadap fasilitas kesehatan jiwa, kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan masyarakat akan menjadi sulit mendeteksi lebih dini keadaan kesehatan jiwanya," kata Elly.

Kemudian, berdasarkan laporan, total dari pertengahan Agustus 2020-Juni 2021 yang melakukan konsultasi secara online dengan psikolog dan psikiater 271 orang. Ia bilang, setiap bulannya mengenai kenaikan, paling banyak di bulan Juni 2021 yaitu 6.355 tes.

Adapun masyarakat yang konsul dari berbagai provinsi di Indonesia dari Aceh-Nusatenggara. Bahkan ada dari luar negeri, Timor leste dan Singapura. Ia mengatakan, keluhan warga selama pandemik yang berkonsultasi melalui KJOL, kebanyak bisa dikategorikan depresi atau diindikasikan ada kelainan kejiwaan.

Rinciannya: kasus cemas (anxiety) 64 kasus, depresi 53 kasus, gangguan mood 20 kasus, stres 11 kasus, bipolar 11 kasus, self harm 9 kasus, PTSD 9 kasus, cemas depresi 7 kasus, masalah keluarga 8 kasus, relasi sosial 6 kasus, kasus lainnya 73 kasus.

Konsultasi jiwa dapat menghubungi nomor 081221292020 via aplikasi pesan whatsapp atau mengakses link http//:tiny.cc/KJOL. Setelah menghubungi nomor dan mengakses link tersebut, masyarakat akan mendapat jawaban otomatis dan pilihan. Pertama adalah skrining pemeriksaan kesehatan jiwa dengan menyertakan link http://pemeriksaankeswarsj.jabarprov.go.id/.

Sementara opsi kedua adalah konsultasi langsung dengan psikolog/psikiater. Apabila ingin melakukan konsultasi masyarakat harus mendaftar sesuai instruksi KJOL.

Selain KJOL, Pemda Provinsi Jabar menyiapkan krisis center di RSJ Provinsi Jabar, Kabupaten Bandung Barat pada nomor 022- 27012 119 dan Grha Atma Bandung pada  nomor 022- 20509 119. Krisis center itu sebagai jawaban atas meningkatnya permasalahan kejiwaan di tengah pandemi COVID-19.

Baca Juga: Pemprov dan DPRD Jabar Tetapkan APBD-P 2021 Sebesa Rp39,42 Triliun

Baca Juga: Pemprov Jabar Dinilai Belum Maksimalkan Sektor Kesehatan

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya