Terdampak El Nino, 32 Hektare Lahan di Jabar Alami Kekeringan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Musim kering dan berkurangnya curah hujan atau El Nino telah masuk ke wilayah Jawa Barat (Jabar) dari Juni 2023. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediki El Nino ini akan berlangsung hingga Januari 2024.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat, Yanti Hidyatun Zakiah mengatakan, kondisi El Nino ini nantinya bisa berpengaruh pada kekeringan tanah, khususnya lahan pertanian. Sehingga, hal ini akan menjadi fokus penanganan.
"Kami fokus di daerah lumbung pangan, dan daerah Indramayu itu paling luas hampir 230 ribu hektare, dan itu luas sawah di Kabupaten Indramayu, kemudian Karawang. Jadi memang kami fokus di daerah Pantura yang merupakan daerah rawan kekeringan," ujar Yanti dalam acara Japri di Gedung Sate, Rabu (14/6/2023).
1. Pemprov Jabar bakal imbau petani percepat masa tanam
Untuk menangani El Nino yang bisa berdampak pada gagal tanam, Yanti menjelaskan, Pemprov Jabar akan membuat skema khusus agar para petani dapat mempercepat masa tanam dari masa normal. Sehingga, gagal panen masih bisa ditangani.
"Pertama kami melakukan percepatan tanam. Jadi sebetulnya sekarang ini masih ada sisa-sisa hujan. Kemudian yang kedua menggunakan paritas-paritas pertanian tahan kekeringan dan berumur pendek antara 85-95 hari," tuturnya.
2. Kekeringan juga bisa memunculkan WBC
Kemudian, ada juga beberapa dampak lain dari El Nino yang berbahaya untuk para petani. Dampak ini yaitu hama Wereng batang coklat (nilaparvata lugens) atau yang disingkat WBC. Hama ini sangat berbahaya dan bisa menjadi hal yang merugikan petani.
"Di Jabar yang paling banyak WBC hama Wereng Coklat dan itu yang menyebabkan kering dan coklat. Itu banyak ditemui di daerah-daerah Pantura, sehingga banyak padi-padi yang fuso," katanya.
3. 10 tahun terakhir tanah kering di Jabar capai 32 hektare
Yanti menambahkan, saat ini kondisi kekeringan di Jabar masih dalam posisi aman. Hal ini juga diketahui berdasarkan adanya laporan dari Balai Perbenihan Tanaman Hutan (BPTH). Namun, Yanti meminta agar para petani khususnya mewaspadai dampak dari El Nino ini.
Sebab, berdasarkan data yang ada, Yanti mengatakan, dari sepuluh tahun terakhir lahan kekeringan di Jabar sangat fluktuatif. Kasus kekeringan paling tinggi terjadi di 2015 dan 2019, kasusnya mencapai 95 ribu hektare.
"Tetapi rata-rata selama sepuluh tahun terakhir di 32 hektare lahan kekeringan yang terjadi di Jabar yang diakibatkan El Nino. Sebagian di Pantura, dan memang kebanyakan di Pantura untuk lahan kekeringan yg biasanya yang musim tanamnya satu sampai dua kali," kata dia.
Baca Juga: Pemprov Jabar Fokus Perbaiki Jalan Rusak demi Kenyamanan Warga
Baca Juga: 3 Aplikasi Karya Pemprov Jabar, Bukti Teknologi Mereka Kian Maju!