Tanggapan MUI Jabar Soal Kontroversi Sholat Ied di Al Zaytun

Sholat Ied Al Zytun terkesan ekslusif

Bandung, IDN Times - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat (Jabar) memberikan tanggapan soal viralnya video kontroversi perempuan bercampur dengan laki-laki saat melangsungkan salat Ied di Ponpes Al-Zaytun, Indramayu, beberapa hari kemarin.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Akhyar mengatakan, salat yang mencampurkan makmum perempuan dan laki-laki sangat tidak sesuai dengan syariat Islam. Menurutnya, perempuan sudah seharusnya ada di barisan belakang laki-laki.

"Jadi gini, itu salat id di Al-Zaytun kemarin kalau mengukur dengan tata cara salat berjamaah jelas di luar ketentuan syariat ya. Wanita itu dalam ketentuan tidak di posisi depan ya, tapi di belakang itupun harus pakai pembatas," kata Rafani saat dihubungi, Senin (24/4/2023).

1. Secara syariat Islam perempuan harus terpisah

Tanggapan MUI Jabar Soal Kontroversi Sholat Ied di Al ZaytunTangkap Layar (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Rafani menjelaskan, syariat Islam sudah mengatur untuk aturan salat berjamaah. Untuk kasus yang terjadi di Al-Zaytun, dia meminta ada penjelasan khusus mengapa menempatkan makmum perempuan bercampur.

"Nah itu bukan soal tidak menghargai wanita tapi itu ketentuan syariat tata cara salat berjamaah," ucapnya.

Selain itu, ketika makmum perempuan ada di depan barisan para pria, kata dia, kondisi ini akan mengurangi kekhusyukan salat itu sendiri.

"Secara logika, kalau wanita di depan itu pasti mengganggu jamaah di belakang laki-laki, ya bisa dibayangkan mengganggu," ucapnya.

2. Pakaian menggunakan jas dan dasi terkesan ekslusif

Tanggapan MUI Jabar Soal Kontroversi Sholat Ied di Al Zaytun(Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Akhyar) IDN Times/Galih Persiana

Selain itu, Rafani menerangkan, dalam video yang beredar ini ada dua orang yang salat di belakang imam, namun posisinya berada di depan saf jamaah lainnya. Dia menegaskan, dalam video ini tampak dua orang yang seperti mengawal imam.

"Saya lihat di video itu imam itu seperti diapit pengawal dua orang, itu gak ada dari mana contohnya kan gak ada contohnya salat begitu. Masa imam dikawal. Namanya salat kan mau menghadap Allah SWT ya yang maha kuat, maha kuasa kita ini adalah hamba jadi tidak ada lagi pengawalan atau apalah namanya," katanya.

3. Ada apa dengan Al Zaytun?

Tanggapan MUI Jabar Soal Kontroversi Sholat Ied di Al ZaytunIDN Times/Galih Persiana

Rafani menambahkan, soal penampilan makmum menggunakan jas dan dasi juga sangat mencerminkan kesan eksklusivitas. Menurutnya, salat itu yang terpenting adalah menutup aurat dan rapih.

"Ketentuannya salat berjamaah justru harus dirapatkan. Terus pakai jas dasi mencerminkan eksklusif mereka itu sangat eksklusif. Kalau masyarakat umum gak mungkin salat pakai jas dasi segala di samping gak ada ketentuannya," katanya.

Dengan munculnya kontroversi dari Ponpes Al-Zaytun diratikannya bahwa pondok pesantren yang diresmikan banyak tokoh bangsa ini perlu dipertanyakan. Sebab, kondisi Idul Fitri ini harusnya khidmat dan tidak ada kegaduhan.

"Yang harus direnungkan ini ada apa Al-Zaytun ini tiba-tiba viral hal kontroversi padahal umat baru saja Idul Fitri ya, tapi Alhamdulillah umat sudah dewasa Idul Fitri berjalan baik yang Jumat maupun Sabtu dengan khidmat," kata dia.

Baca Juga: Siap Usung Sandiaga, PPP Akan Temani Silaturahmi ke Ponpes-ponpes

Baca Juga: Eks Ketua Umum Hanura Wiranto Tunda Bergabung PAN, Kenapa?

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya