Sudah Menjadi Kultur, Bisnis Kaus Band Bukan Sekadar Merchandise

Usaha kaus band akan terus ada dan tetap banyak peminatnya

Bandung, IDN Times - Bisnis kaus band di Indonesia cukup menggeliat. Banyak band indie dan beberapa band dari luar negeri yang kausnya dijual di Indonesia dan mendapat perhatian khusus. Usaha dalam sektor ini tidak bisa diartikan hanya sebagai merchandise saja.

Di mata Dedi Soewondo, sosok yang sudah beberapa tahun ini menggeluti bisnis kaus band, geliat akan bidang kaus band sebenarnya sudah muncul sejak dulu. Bahkan menurutnya, di Amerika atau beberapa negara lain hal ini sebenarnya sudah menjadi culture.

Beberapa jajaran selebritis Hollywood pun memakai kaus-kaus band bahkan dengan kondisi bekas. Hal tersebut terjadi lantaran adanya hasrat untuk memiliki barang langka yang bisa membuat mereka tampak lebih berkarakter, unik, dan tidak bisa banyak disamakan dengan orang lain.

"Saat ini sedang hype orang-orang atau penggemar yang menyenangi jenis kaus band," ujar Dedi, melalui keterangan resminya, Sabtu (2/4/2022).

1. Baju band saat ini masuk dalam fesyen yang diperhitungkan

Sudah Menjadi Kultur, Bisnis Kaus Band Bukan Sekadar MerchandiseInstagram Sodha Studios

Jika bicara ke pasar yang lebih luas, Dedi bilang, sederet band-band di dunia punya penggemar atau fanbase yang luas. Apalagi jika bicara soal band-band legendaris, semisal Metalica atau Iron Maiden, di mana fanbase-nya sudah ada di seluruh dunia sehingga peminat akan merchandise-nya selalu ada.

"Orang-orang kenapa sekarang banyak yang suka Nirvana? Karena band itu selain bagus di musik ternyata juga bisa ciptain tren fesyen sendiri, sampai ada fashion style khas Kurt Cobain (vokalis Nirvana). Itu yang anak-anak muda sekarang pengen ikut akuin," ungkapnya.

2. Soal bootleg tidak perlu diperdebatkan

Sudah Menjadi Kultur, Bisnis Kaus Band Bukan Sekadar MerchandiseInstagram Sodha Studios

Pemilik usaha kaus band dengan nama Sodha Studios itu menjelaskan bahwa ada beberapa tipe kaus band, salah satunya bootleg. Menurutnya, fenomena kaus band bootleg tetap diperbolehkan meski memang sebenarnya tidak resmi dikeluarkan oleh band yang bersangkutan.

"Di musik pun kenyataannya ada istilah bootleg. Jadi ada beberapa band bahkan yang suka announce atas beberapa audio karya mereka, untuk dikreasikan atau lebih dikembangkan lagi sama penggemar, termasuk merchandise seperti kaus juga," ujarnya.

3. Ada kolektor dan pecinta bootleg

Sudah Menjadi Kultur, Bisnis Kaus Band Bukan Sekadar MerchandiseInstagram Sodha Studios

Selain itu, Dedi mengatakan, ada beberapa band yang akhirnya meng-official-kan beberapa karya bootleg. Hal ini terjadi karena memang desain atau artwork-nya bagus. Kemudian, pihak band menghubungi si pembuat kaus atau karya yang dikategorikan bootleg itu.

Selain itu, ada juga kolektor dari merchandise bootleg. Menurutnya, biasanya seorang kolektor merupakan pecinta band yang sudah punya uang cukup aman untuk biaya hidup, sehingga ada kecenderungan untuk mengoleksi saja.

"Kaus-kaus yang bagi sebagian penggemar justru diputar atau dijual lagi, bagi kolektor justru tujuan akhirnya untuk disimpan saja," katanya.

4. Usaha kaus band tidak pernah mati

Sudah Menjadi Kultur, Bisnis Kaus Band Bukan Sekadar Merchandisehttps://uangteman.com/blog/blog/apa-itu-wirausaha/

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan, sistem usaha atau berbisnis kaus band dengan cara dan geliat seperti itu masih akan terus ada. Sehingga, usaha kaus band tak akan pernah ada habisnya.

"Kesukaan penggemar terhadap suatu band itu yang membuat bidang ini akan terus hidup, karena mereka pasti selalu ingin punya atau pakai sesuatu yang berhubungan sama apa yang mereka suka," kata dia.

Baca Juga: Ingat dengan 10 Band Keren Jebolan Dream Band? Ada yang Masih Eksis

Baca Juga: 11 Anak Band Indonesia yang Religius, Mayoritas Mundur dari Band

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya