Sineas Bandung Tetap Berkarya dan Bertahan di Tengah Pandemik COVID

Pandemik COVID-19 membuat semuanya tidak pasti

Bandung, IDN Times - Dunia industri film di Jawa Barat (Jabar) khsusunya Kota Bandung masih belum mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Hal itu terbukti dalam masa pandemik COVID-19 mereka masih jauh mendapatkan bantuan.

Malikul Mulki, Sekertaris Jendral (Sekjen) Bandung Film Commission (BFC) mengatakan, masa pandemik COVID-19 membuat pusing semua industri kreatif termasuk perfilman. Masa di mana semua yang berjalan normal, kini harus dihadapi dengan sejumlah aturan pembatasan.

Menurutnya, industri film sebelum masa pandemik tengah bersinar. Namun, selama pandemik masuk ke Indonesia perlahan-lahan sinarnya mulai meredup.

"Semenjak turun kebijakan PPKM dan itu penuh ketidak pastian, kemudian statusnya naik ke berlevel membuat kita menghadapi kondisi tidak pasti, dan mau tidak mau berimbas ke kita," ujar Malikul, saat dihubungi, Jumat (27/3/2022) malam.

1. Banyak sponsor tidak mau ambil risiko selama pandemik corona

Sineas Bandung Tetap Berkarya dan Bertahan di Tengah Pandemik COVIDFacebook BFC

Selain itu, dampak paling dirasakan sineas selama pandemik COVID-19 adalah menurunnya job produksi. Kondisi ini sangat berbeda dari tahun sebelum pandemik, di mana banyak sineas mendapatkan job produksi film khususnya syuting.

"Sponsor juga tidak mau ambil risiko untuk memberi dana dan produksi tertunda," ucapnya.

Dalam masa pandemik COVID-19 banyak sineas tetap bertahan dengan mengambil pekerjaan sampingan lain yang masih bersinggungan dengan film dan dunia kreatif lainnya.

Malikul selama pandemik COVID-19 banyak menerima kerjaan lain dari pos produksi dan beberapa lainnya. Ia mengatakan masih bisa berjuang selama pandemik COVID-19.

"Sebagian melejit dan sebagain besar turun, dan ada beberapa yang lancar aja sih, motion grafis dan mereka tidak suting lah yah kalau kayak kameramen artistik ya bener off mereka, ucapnya.

Malikul menambahkan, Bandung memang tidak banyak industri film komersial. Bahkan, untuk indie atau komunitas juga belum terlalu banyak seperti di wilayah lain.

"Jadi masih satu pola, dari luar produksi ke sini (Bandung). Kalau Jogja kan dia sudah jalan dan bandung belum banyak asli sini, kalau dari luar ke sini ada," kata dia.

2. Industri film di Kota Bandung terdampak aturan PPKM

Sineas Bandung Tetap Berkarya dan Bertahan di Tengah Pandemik COVIDInfografis PPKM Darurat Jawa-Bali pada 3-20 Juli 2021. (IDN Times/Aditya Pratama)

Soal beberapa festival film di Bandung, dia juga mengatakan bahwa sebagan turut terdampak pandemik. BFC sendiri dapam beberapa waktu kemarin sudah menggelar kegiatan itu. Namun, beberapa film yang didaftarkan masih produksi lama.

"Banyak kalau daftar, mungkin film lama, kemarin kita juga buat program untuk film dan lumayan ada 75 pendaftar dan banyak film tahun 2000 ke atas," ucapnya.

Selama pandemik, industri film secara komersiali praktis memang sangat kesulitan. Apalagi menurutnya, saat pandemik COVID-19 gelombang dua itu membuat ambruk semua aktifitas. Sedangkan, untuk skala komunitas film atau indie tidak bisa berkutik.

"Begitu aturan longgar, memang bisa tapi serba dibatasi. Solusinya, paling online ada yang dibuat online dan sisanya nunggu dan ini masalah perizinan," kata dia.

3. Industri film Kota Bandung belum dapat dukungan maksimal dari pemerintah

Sineas Bandung Tetap Berkarya dan Bertahan di Tengah Pandemik COVIDKurva pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak 2020. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dengan kondisi itu, Malikul bilang, dukungan pemerintah terhadap sineas khususnya di Kota Bandung masih belum dirasakan secara real. Beberapa pekerja film banyak belum mendapatkan bantuan saat pandemik COVID-19. Bantuan pemerintah banyak hanya menyasar pekerja kreatif lainnya.

"Sekali (bantuan) pernah, itu orang kreatif dan belum ada dedikasi untuk film. Dulu pernah ada, tapi buat semua. Bahkan, waktu awal pandemik kita sampai buat open donasi," ungkapnya.

Kondisi Kota Bandung sendiri memang berbeda dengan beberapa kota lain di Indonesia yang pemeritah daerahnya memberikan dukungan penuh. Sehingga, dirinya menaganggap bahwa pemerintah di tingkat Jabar dan Kota Bandung belum mendukung sineas lokal.

"Pemerintah belum suport, beda kalau di Jogja udah pasti karena ada anggaran setiap tahun, Jakarta juga ada event film week. Jabar belum ada. Makanya kita buat dari swasta," katanya.

4. Berharap event pemerintah tidak hanya seremonial

Sineas Bandung Tetap Berkarya dan Bertahan di Tengah Pandemik COVIDGoogle

Dalam konteks Bandung dan Jabar, Malikul menjelaskan, pemerintah belum melihat film sebagai potensi yang serius untuk didukung dan dikembangkan. Beberapa event yang dilakukan hanya sebatas seremonial dan tidak berkelanjutan mendukung sineas lokal.

"Jadi, mereka (pemerintah daerah) tidak tahu subtansi dan mereka gak tau cara kembangan ekosistem industri, jadi kadang lihat program pemerintah, hanya seremonial yang penting ramai cuma sekali itu doang habis itu ilang," katanya.

Keadaan itu menurutnya sangat tidak tepat. Seharusnya, jika pemerintah mendukung sineas likal, sejumlah kegiatan tahunan harus diselenggarakan dan perfilman Jabar atau Kota Bandung bisa hidup dan terus tumbuh.

"Padahal mah, BFC konteks ini orang film, kalau program mereka gak perlu cari, ini sudah ada tinggal realisasikan tapi mereka gak mau. Lebih tepatnya gak mau tahu," ucapnya.

Baca Juga: Bukan Film Porno, 10 Film Indonesia yang Banyak Adegan Panas

Baca Juga: 10 Film yang Diperankan Paul Dano, Riddler di Film The Batman 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya