Selama Pandemik, Pemprov Jabar Belum Serius Tangani Konidisi Kejiwaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Penanganan masalah kejiwaan masyarakat dan tenaga kesehatan (Nakes) selama pandemik COVID-19, nampaknya belum menjadi perhatian serius Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar).
Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan RS Melinda 2, Kota Bandung, Teddy Hidayat, kondisi pandemik corona di Jabar saat ini sudah memperihatinkan. Banyak nakes yang saat ini positif COVID-19 dan perlu pendampingan.
"Kondisi ini serius, banyak tenaga medis stres, depresi apalagi sekarang rawan, sangat perlu dukungan, dan saya usulin untuk dibuatkan penanganan secepatnya," ujar Teddy, saat dihubungi, Kamis (1/7/2021).
1. Hampir setengah penduduk di Jabar kejiwaannya terdampak selama pandemik
Saat ini, hampir setengah penduduk di Jabar mengalami gejala mental selama pandemik COVID-19. Upaya pendampingan kejiwaan harusnya diberikan pada masyarakat. Menurutnya, bantuan pemerintah tidak hanya untuk kesehatan fisik.
"Semua orang fokus pada kelainan covid fisik, tapi mental kurang perhatian, jadi saya coba dorong ingatkan dan bantu provinsi juga bahwa ini problem besar," katanya.
Pemprov Jabar harus memperhatikan kesehatan mental, layanan kesehatan mental pada nakes yang berada di gada terdepan harus diutamakan.
"Tenaga medis kewalahan, dan mulai kolaps, mereka banyak tertular dan stres akhirnya tenaga kurang, kalau itunya tidak bisa melayani, siapa yang ngobatin? tidak ada, selesai, Inalilahi. " ucapnya.
2. Penanganan kejiwaan harus bersamaan dengan penyakit fisik
Teddy menjelaskan, pada dasarnya penyakit fisik dan mental itu tidak bisa terpisah. Keduanya satu kesatuan yang penanganannya perlu diperhatikan. Dikatakannya, jangan sampai hanya memperhatikan pada kesehatan fisik.
Gejala yang banyak ditemukan selama pandemik ini, biasanya membuat orang cemas karena takut tertular, kemudian, waktu pandemik yang berkepanjangan membuat orang lama-lama frustasi, dan depresi.
"Ini saling berhubungan, dan bakal naik. Dampak ke ekonomi, kesulitan cari kerja keuangan itu juga bikin stres, depresi, tidak bisa bersosialisasi itu juga membuat stres, depresi," jelasnya.
3. Ganguan mental jangan diabaikan begitu saja
Jika terdapat masyarakat yang terganggu kejiwaan selama pandemik ini, jangan sampai diabaikan begitu saja. Teddy bilang, jika mental sudah terganggu, maka imunitas akan menurun dan mudah terpapar.
"Ini harus bersamaan penanganannya, apalagi dalam pandemi atau wabah, itu sangat berpengaruh dalam kondisi gangguan mental, baik sebagai akibat langsung dari penyakit, ataupun dampak sikologis sosial lainnya," katanya.
4. TPKJM harus lebih diperhatikan lagi
Penanganan yang tidak cepat diberikan juga dapat menimbulkan disabilitas mental. Teddy mengatakan, disabilitas mental memang bisa sembuh, akan tetapi membuat seseorang tidak produktif seperti sebelumnya.
Pemprov Jabar sendiri memiliki Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM). Teddy juga merupakan seorang pencetus. Menurutnya, tim itu harus digerakan kembali untuk menangani masalah kesehatan jiwa terutama nakes.
"Kesehatan mental belum terlalu banyak diperhatikan selama pandemik ini, banyak orang belum mengerti juga, jadi kita harus bantu, dan dorong, nanti kita juga bakal buat modul penanganan kejiwaan selama pandemik," kata dia.
Baca Juga: 5 Kegiatan di Rumah yang Dapat Tingkatkan Kesehatan Mental dan Fisik
Baca Juga: 5 Dampak Buruk Media Sosial ke Kesehatan Mental