Pertanian di Jabar Memprihatinkan, Defisit Beras 874 Ribu Ton

Kondisi ini dipicu kurangnya perhatian Pemprov Jabar

Bandung, IDN Times - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jawa Barat menilai kondisi pertanian di kawasannga tengah memprihatinkan. Banyak persoalan yang belum bisa diselesaikan dan turut membuat dampak defisiy beras hingga ribuan ton.

Ketua harian HKTI Jawa Barat, Entang Sastramadja mengatakan, kondisi yang memprihatinkan ini dimulai dengan kurang banyaknya perhatian dari pemerintah provinsi Jawa Barat pada kelompok pertanian.

"Sebetulnya kalau mau jujur sih sangat memperihatinkan kondis pertanian di Jabar, karena keberpihakan dan politik anggaran kepemimpinan tidak berdampak maksimal," ujar Entang, Sabtu (16/9/2023).

1. Produksi pertanian Jabar tertinggal jauh dari Jatim dan Jateng

Pertanian di Jabar Memprihatinkan, Defisit Beras 874 Ribu TonIlustrasi beras (vecteezy.com/chormail153750)

Produksi pertanian di Jawa Barat dalam kurun waktu beberapa tahun ini kalah dengan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Entang menjelaskan, kondisi itu seharusnya tidak terjadi karena Jawa Barat sebelumnya lebih unggul dari Jawa Timur.

"Kami biasanya selalu menduduki posisi ranking kedua setelah Jatim bahkan lima tahun ke belakang kita bisa ranking pertama. Setelah itu kurang dapat perhatian lagi hasilnya tidak memuaskan," ungkapnya.

2. Jabar kini mengalami defisit beras

Pertanian di Jabar Memprihatinkan, Defisit Beras 874 Ribu TonIlustrasi beras Bulog. (dok. Bulog)

Dalam sektor pertanian khususnya padi yang menghasilkan beras, menurut Entang, Jawa Barat periode terkini mengalami defisit yang luar biasa. Ketika daerah lain di Jawa Tengah surplus, Jabar justru harus gigit jari karena kekurangan produksi.

"Jabar itu sekarang defisit, tidak surplus. Artinya produksi berkurang dan konsumsi mungkin tidak bisa kami rem akibatnya devisit. Besar itu 874 ribu ton," ungkapnya.

Dengan kondisi pemerintah Jawa Barat yang kini dipimpin oleh Pj Gubernur, Entang meminta adanya kebijakan yang bisa mengarahkan pertanian di Jawa Barat. Sebab arah pertanian Jawa Barat saat ini masih belum jelas.

"Dalam pandangan saya, ini sudah amburadul. Jabar yang terkenal sebagai lumbung padi kok sekarang tidak dilestarikan. Kita lihat, alih fungsi lahan terjadi sangat membabi buta padahal kita ingin ruang pertanian yang kita miliki betul dijaga, dipelihara," katanya.

3. Program yang dibuat pemerintah belum maksimal

Pertanian di Jabar Memprihatinkan, Defisit Beras 874 Ribu Tonilustrasi aktivitas pertanian. (Dok. Kementan)

Entang menambahkan, Pemprov Jawa Barat sendiri belum terlihat membuat terobosan yang langsung berdampak pada pertanian. Program Petani Milenial sendiri ia rasa hanya sebatas pencitraan dari gubernur definitif sebelumnya, Ridwan Kamil.

"Coba lihat, apa kelanjutan petani milenial? Beraa anggaran dikeluarkan untuk itu. Betapa tidak, kompak SKPD di Jabar dalam bangun petani milenial. Kenapa tiba-tiba dialihkan dari biro produksi ke dinas pertanian( ini kan fenomena kegagalan dan kepentingan sesaat," tuturnya.

4. Sektor pertanian harus lebih diperhatikan

Pertanian di Jabar Memprihatinkan, Defisit Beras 874 Ribu TonIlustrasi wisata terasering. (Dok. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Lebih lanjut, Entang berharap, saat ini peraturan daerah untuk sektor pertanian juga telah banyak dikeluarkan oleh Pemprov Jabar. Menurutnya, hal itu ada baiknya dilakukan agar pertanian ke depan bisa semakin fokus untuk menghasilkan produksi yang baik. Defisit juga bisa lebih tertangani.

"Banyak Perda yang telah dikeluarkan, dan itu seharusnya jadi acuan dan lebih memperhatikan pertanian. Arah pertanian juga harus dibangun dengan baik," kata dia.

Baca Juga: Dinas Pertanian Lombok Tengah Dukung BPS Lakukan Sensus Pertanian

Baca Juga: HKTI Bali: Pertanian Padi di Tabanan Tidak Terpengaruh Musim

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya