Penyandang Disabilitas di Jabar Paling Tinggi di Indonesia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Jumlah penyandang disabilitas di Jawa Barat termasuk paling tinggi di Indonesia. Pemerintah memastikan para penyandang disabilitas khususnya yang ada dalam dunia pendidikan bisa terlindung dari tindakan bullying.
Hal itu disampaikan langsung oleh Staf Khusus Presiden Bidang Sosial, Angkie Yudistia saat ditemui di Gedung Sate, Kamis (4/7/2024).
"Jadi kelompok rentan, satu di antaranya adalah penyandang disabilitas yang berjumlah 22,9 juta, salah satu yang terbesar dan terbanyak populasinya ada di Jabar," ujar Angkie.
1. Lingkungan pendidikan harus berikan perlindungan
Berdasarakan data Sistem informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Per Desember 2022, penyandang disabilitas di Jabar mencapai 72.565 jiwa, terdiri atas laki-laki 42.133 jiwa dan perempuan 30.432 jiwa. Di mana Kota Bandung memiliki jumlah penyandang disabilitas terbanyak mencapai 9.020 jiwa.
Angkie menuturkan, para penyandang disabilitas ini harus diberikan rasa aman terutama dalam lingkungan pendidikan. Selain itu mental dari penyandang disabilitas jug harus dikuatkan.
"Salah satu yang kami lakukan adalah peningkatan karakternya. Jadi secara mental bloknya, teman-teman penyandang disabilitas melalui sekolah itu siap dulu, mereka nyaman dulu dengan dirinya sendiri," katanya.
2. Penyandang disabilitas tidak sendiri
Angkie juga mendorong penyandang disabilitas untuk bisa diberikan rasa percaya diri dari banyak teman-temannya. Di sisi lain, lingkungan sekolah pun harus memberikan kesempatan untuk para penyadapan disabilitas menempuh pendidikan dengan aman dan nyaman di seluruh Indonesia.
"Mereka itu harus tahu, mereka itu tidak sendirian, mereka bisa bergaul dengan siapa pun, mereka mendapatkan kesempatan apa pun salah satunya adalah pendidikan," katanya.
3. Komnas juga minta sekolah berikan perlindungan pada penyandang disabilitas
Di tempat sama, Ketua Komisi Nasional Disabilitas, Dante Rigmalia mengatakan, tindakan bullying di luar lingkungan sekolah masih banyak ditemukan. Berdasarkan pemantauan langsung di lapangan, dia mengungkapkan, kasus bullying ada dari lingkungan rumah.
"Stigma itu dimulai dari keluarga dan bullying itu yang kami temukan sementara ini berdasarkan informasi dari anak disabilitas yang di sekolah di SLB yang kami kunjungi pertama dari keluarga. Jadi mereka disembunyikan tidak boleh keluar bahkan mengalami tindakan kekerasan fisik," kata Dante.
Dia juga mendorong agar lingkungan pendidikan para penyandang disabilitas bisa lebih memberikan rasa aman dan nyaman. Dengan begitu para siswanya bisa menganggap sekolah menjadi rumah kedua.
"Meskipun di beberapa berita televisi, kita selalu melihat ada oknum pendidik atau tenaga kependidikan yang melakukan kekerasan seksual kepada anak ataupun tindakan lain. Kita tidak ingin ada lagi berita itu," katanya.
Baca Juga: Fakta-fakta Keterangan Saksi Persidangan Praperadilan Pegi Setiawan
Baca Juga: Sidang Praperadilan Pegi Setiawan Memanas, Polda Jabar Disoraki