Penuh Sejarah, Yuk Mengenal Gedung Yayasan Pendidikan Telkom

Gedung ini merupakan hasil perjuangan para anggota AMPTT

Bandung, IDN Times - Gedung Yayasan Pendidikan Telkom, dan Yayasan Kesehatan Telkom di Jalan Cilaki, Kota Bandung sarat akan sejarah. Bangunan peninggalan Belanda ini memiliki nilai history yang penting bagi perusahaan Telkom.

Gedung yang bersebelahan dengan PT Pos Indonesia ini dulunya merupakan peninggalan Belanda, dan diambil alih oleh Angkatan Muda Pos Telegrap dan Telekomunikasi (AMPTT) pada 27 September 1945. Setelah diambil alih, bangunan ini dijadikan kantor PT Pos dan PT Telkom.

Pensiunan dari PT Telkom, Bambang mengatakan, bangunan ini juga menjadi saksi para pejuang dari AMPTT untuk mengembangkan dua perusahaan pelat merah itu. Beberapa nama tokoh juga turut ditulis dalam monumen di area depan kantor.

"Waktu itu sebelum merdeka dan sesudah merdeka pada saat masuknya Jepang ini masih jadi aset Belanda dan waktu itu tokohnya yang memperjuangkan adalah Angkatan Muda PTT," ujar Bambang, ketika ditemui di depan tugu pada Kamis (21/9/2023).

1. Ada dua tokoh sentral dalam perebutan gedung ini

Penuh Sejarah, Yuk Mengenal Gedung Yayasan Pendidikan Telkom(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bambang bercerita, pengambil-alihan gedung ini diinisiasi oleh seorang tokoh dari AMPTT, Soetoko, di mana dia membuat pertemuan dengan anggota pada tanggal 3 September 1945 untuk memindahkan Kantor Pusat PTT pada akhir September di tahun yang sama.

Setelah itu, Mas Soeharto dan R. Dijar menuntut pihak Jepang agar menyerahkan Kantor Pusat PTT melalui jalur damai. Apabila Jepang menolak, maka jalan kekerasan akan ditempuh.

"Mas Soeharto dan Dijar adalah tokoh sentral yang akhirnya diangkat jadi ketua jawatan dan wakil ketua jawatan," ungkapnya.

2. AMPTT memilih perang untuk merebut gedung dari Jepang

Penuh Sejarah, Yuk Mengenal Gedung Yayasan Pendidikan Telkom(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Setelah itu, pada tanggal 24 September 1945, Mas Soeharto dan Dijar menemui pimpinan PTT Jepang yakni Tuan Osada untuk berunding sekaligus mendesak agar Jepang bersedia menyerahkan kekuasaan Kantor Pusat PTT kepada bangsa Indonesia.

Akan tetapi, perundingan di antara keduanya itu berujung kegagalan. Bendera merah putih sebagai tanda dari beralihnya kekuasaan hanya boleh dikibarkan di halaman belakang bangunan.

Kemudian, pada 26 September 1945, Soetoko ditetapkan sebagai ketua dalam pergerakan pengambilalihan kekuasaan dari Jepang. Pergerakan itu pun langsung disetujui oleh Mas Soeharto. Akhirnya pada malam hari, anggota AMPTT menyebar untuk mengumpulkan senjata.

"Siasat dan taktik disusun. Penduduk tua, muda dan semua organisasi perjuangan yang berkedudukan di dekat Kantor Pusat PTT dihubungi dan menyatakan kesediaan untuk memberikan bantuan Kepada AMPTT," katanya.

3. Jepang akhirnya menyerah pada APMPTT

Penuh Sejarah, Yuk Mengenal Gedung Yayasan Pendidikan Telkom(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Setelah itu, pada tanggal 27 September 1945, perundingan kembali dilakukan dengan pihak Jepang. Sayangnya pertemuan itu tidak membuahkan hasil. Sesuai kesepakatan yang telah ditetapkan, para anggota AMPTT memutuskan untuk menempuh jalur perang dalam merebut kekuasaan dari Jepang.

Jepang akhirnya menyerah. Bendera Jepang diturunkan dari pucuk tiang dan digantikan berkibarnya sang saka merah putih. Kemudian lagu kebangsaan Indonesia Raya pun dikumandangkan untuk mempertegas pengalihan kekuasaan.

"Pada saat September 1945 terjadi pertumpahan darah, yang penting mengamankan gedung ini," kata dia.

Setelah hari itu, Kantor Pusat PTT dijaga oleh para anggota AMPTT. Pimpinan PTT Jepang tak boleh lagi masuk ke area kantor. Kini, bangunan bersejarah itu masih digunakan oleh PT Telkom dan PT Pos Indonesia.

"Sekarang dioperasikan untuk Yayasan Kesehatan Telkom dan Yayasan Pendidikan Telkom," kata dia.

Baca Juga: Telkom Group Dukung Pendanaan Startup Nasional Lewat Merah Putih Fund

Baca Juga: Telkom Komitmen Perkuat Digitalisasi dan Inklusivitas di Indonesia

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya