Pengakuan Warga Nyalindung Usai Masjid Ahmadiyah Disegel

Warga tidak pernah ada masalah dengan jemaat Ahmadiyah

Bandung, IDN Times - Penyegelan masjid milik Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) oleh Satpol PP di Kampung Nyalindung, Desa Ngamplang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Selasa (2/7/2024), menuai banyak sorotan.

Berbagai kelompok masyarakat menilai langkah yang dilakukan Pemkab Garut melalui Satpol PP sangat mencederai nilai-nilai toleransi. Tindakan penyegelan ini sendiri dilakukan oleh ormas yang mengatasnamakan Geram (Gerakan Anti Ahmadiyah), yang diketahui bukan warga sekitar.

Sementara, berdasarkan keterangan Ketua RW 001 Desa Ngamplang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Ali Nugraha mengatakan, Ahmadiyah di Kampung Nyalindung sudah ada sejak lama dan hidup berdampingan secara damai dengan masyarakat.

"Warga Ahmadiyah di sini tidak ada masalah dengan warga sekitar, mereka hidup rukun dan hal itu tercermin dari berbagai kolaborasi kegiatan sosial dan olahraga yang sering dilakukan," kata Ali melalui keterangan resmi, dikutip Rabu (10/7/2024).

1. Warga hidup rukun bersama jemaat Ahmadiyah

Pengakuan Warga Nyalindung Usai Masjid Ahmadiyah Disegel(Istimewa)

Menurut Ali, warga di luar jemaat Ahmadiyah terlibat membantu dalam proses pembangunan masjid. Sehingga, tidak ada gesekan atau perbuatan lainnya dalam menjalankan keyakinan di wilayahnya.

"Sebagai RW di sini tentunya saya merasa senang, di mana warga bisa hidup rukun berdampingan dan saling gotong royong," kata Ali.

2. Penutupan masjid ditakutkan membuat kondisi tidak kondusif

Pengakuan Warga Nyalindung Usai Masjid Ahmadiyah DisegelIlustrasi seseorang sedang membaca (unsplash.com/Masjid Pogung Dalangan)

Ali berharap, tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Garut dengan menutup masjid justru membuat kondisi menjadi tidak kondusif.

"Penutupan yang dilakukan pada malam hari waktu kemarin, jelas membuat masyarakat bertanya-tanya, ini ada apa, kami khawatir justru penutupan itu malah membuat kondisi tidak kondusif di tengah masyarakat yang sudah hidup rukun berdampingan," katanya.

3. Ahmadiyah pun tidak menemukan warga ada yang protes

Pengakuan Warga Nyalindung Usai Masjid Ahmadiyah Disegelilustrasi masjid (unsplash.com/Nick Fewings)

Sementara itu Ketua DPD Ahmadiyah Garut, Cecep Ahmad Sentosa, mengungkapkan bahwa ia sempat meninjau lokasi kejadian pada Jumat, 5 Juli 2024, atau tiga hari setelah penutupan masjid.

Di Nyalindung, dia tak melihat adanya keluhan maupun protes dari warga setempat. Bahkan, kata Cecep, rombongan Ahmadiyah sempat melaksanakan salat Jumat di salah satu rumah jamaah.

"Kami melihat warga Ahmadiyah dengan warga sekitar tidak ada masalah, seperti biasa hidup dengan aman dan nyaman," kata Cecep.

Sebagai informasi, Ahmadiyah di Kampung Nyalindung, Desa Ngamplang, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut sudah ada sejak tahun 1970-an dan hidup berdampingan secara damai dengan warga lainnya.

Ahmadiyah di Nyalindung menggunakan masjid sebagai sarana ibadah seperti shalat lima waktu, mengaji Al-Quran, dan sarana pendidikan anak-anak belajar tentang ke Islam-an.

Baca Juga: Tanggapan Pemprov Jabar Soal Penyegelan Masjid Ahmadiyah di Garut

Baca Juga: Pergub Larangan Jemaat Ahmadiyah Diminta Dikaji Ulang

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya