Pembagian Anak Ayam untuk Siswa di Kota Bandung Menimbulkan Pro Kontra

Belum ada riset soal anak ayam dengan anak kecanduan gadget

Bandung,IDN Times - Wacana pemerintah Kota Bandung untuk memberikan program anak ayam kampung kepada siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk kurangi bermain gawai masih menjadi perbincangan. Bahkan, ditinjau dari psikologis program tersebut ternyata belum ada kajian ilmiah dan risetnya.

Psikolog dari Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, Dwi Edriyanti mengatakan, sampai saat ini riset soal memelihara anak ayam kampung dapat mengurangi anak bermain gawai belum diketahui. Namun, hal tersebut bisa menjadi bahan penelitian.

Bahkan menurutnya, hal tersebut bisa saja terjadi, jika ada yang tertarik melakukan riset dan penelitian mendalam soal memelihara anak ayam agar anak mengurangi bermain gawai.

"Enggak ada yang enggak mungkin, pasti ada nanti. Ya siapa tahu ada yang tertarik atau kita bareng-bareng nanti termasuk sampai saat ini bukan mengatakan tidak ada risetnya,"ujar Dewi di Balai Kota Bandung, Selasa (22/10/2019).

1. Dwi Edriyanti Mendukung program ternak ayam kampung untuk siswa

Pembagian Anak Ayam untuk Siswa di Kota Bandung Menimbulkan Pro KontraIDN Times/Azzis Zulkhairil

Sebagai psikolog, Dewi mengaku, akan mendukung program tersebut meskipun belum ada riset atau kajian ilmiahnya. Menurutnya ternak ayam kampung bisa saja mengurangi kecenderungan anak bermain gawai.

"Saya mendukung, itu salah satu di antara pengalihan supaya anak tidak dengan gawai. Mungkin mudah-mudahan nanti ada pengkajian lagi,"ungkapnya.

2. Tidak semua siswa bermain gawai terganggu kejiwaannya

Pembagian Anak Ayam untuk Siswa di Kota Bandung Menimbulkan Pro KontraWikipedia

Dewi menambahkan, siswa bermain gadget tidak selalu berpengaruh ke kejiwaan, akan tetapi bisa ke perilaku siswa itu sendiri. Dari gangguan perilaku itu lah kata dia, bisa mengarah kepada gangguan kejiwaan.

Oleh sebab itu, lanjut Dewi, orang tua harus memantau siswa terutama yang masih berada di umur lima tahun, bisa terlebih dahulu diberikan dengan permainan selain yang ada didalam gawai.

"Kalau anak usia lima tahun ke bawah bisa dialihkan dengan permainan-permainan edukatif, misalnya dengan membuat gambar melukis atau misalnya bola-bola," tuturnya.

"Sebagai orang tua harusnya mengalihkan, bukan melarang dengan tanpa penjelasan,"tambahnya.

3. Program ternak anak ayam kampung kepada siswa tidak terukur

Pembagian Anak Ayam untuk Siswa di Kota Bandung Menimbulkan Pro Kontrabusinessinsider.in

Ditempat terpisah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bandung dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Chritsian Julianto Budiman ikut berkomentar terkait program Wali Kota Bandung Oded M Danial. Menurutnya, wacana program tersebut tidak menyelesaikan masalah agar anak tidak rajin bermain gawai.

"Kecenderungan dengan gawai itu harus pelajari dahulu, misal anak ketergantungan karena melihat orang tuanya juga mungkin orangtuanya memang ketergantungan juga,"kata Christian.

"Kemudian mungki juga anak main gawai karena tidak ada di dunia nyata kemudian bermain gawai,"tambahnya.

4.Solusinya bisa dengan Parenting

Pembagian Anak Ayam untuk Siswa di Kota Bandung Menimbulkan Pro Kontrainstagram.com/cynthiaganesha

Christian menambahkan, dibanding dengan menernak ayam yang outputnya pun belum jelas, menurutnya, parenting bisa menjadi solusi yang jelas. Dengan parenting orangtua bisa langsung merespon anak dengan baik.

Selain parenting, solusi lain yang dapat diberikan adalah dengan memberikan permainan yang mengutamakan kebersamaan, misalnya, diberikan lapangan bola. Karena anak-anak ketika diberikan bola secara otomatis akan langaung memainkannya.

"Lebih baik buat taman bermain buar anak, anak kalau kumpul dikasih bola pasti main bola, anggaran lebih baik gunakan bangun infrastruktur, sekarsng kalau beri ayam belum tentu hidup juga,"jelasnya.

Christia berharap, pemerintah Kota Bandung dapat mengukur kembali dan melakukan pengamatan lebih mendalam soal program tersebut. Mengingat jika tidak ada kajian ditakutkan dia akan tidak ada output yang jelas.

"Tidak terukur, harus survei lagi. Harus ada penelitian lain. Lebih kepada interaksi sosial. Menurut saya coba cari solusi yang terukur outputnya nanti,"pungkasnya.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya