Klaster Corona Secapa AD Menjadi Contoh, Millennial OTG Lebih Bahaya 

Kuncinya tetap jalankan protokol kesehatan dengan baik

Bandung, IDN Times - Kasus ribuan siswa-siswi Sekolah Calon Perwira Angkatan Darat (Secapa AD) terpapar virus corona (COVID-19) membuktikan penyebaran virus tersebut tidak pandang bulu. Terlebih dari siswa yang kini dinyatakan positif, rata-rata merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG) dengan usia muda atau millenial.

Dikutip dari berbagai sumber, untuk menjadi Siswa-siswi Secapa AD yang ada di Jalan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap Kota Bandung, calon siswa mesti berusia di bawah 26 tahun bagi yang berijazah D3, 30 tahun bagi yang berijazah S1, dan 32 tahun bagi yang berijazah S1 Profesi.

Artinya, kemungkinan besar ribuan siswa Secapa AD yang positif COVID-19 merupakan generasi millennial. Dalam kasus Secapa AD, terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 1.280 orang di antaranya 991 orang merupakan siswa, dan 289 sisanya merupakan staf di Secapa beserta anggota keluarga dari staf. 

Dari jumlah itu, hanya ada 17 orang yang dirawat dengan menunjukkan gejala terpapar virus corona. Dari gambaran tersebut, kasus OTG lebih banyak dibandingkan dengan kasus dengan gejala.

1. Wapres sudah bilang bahwa anak muda atau millennial diminta tidak sepelekan Corona

Klaster Corona Secapa AD Menjadi Contoh, Millennial OTG Lebih Bahaya Wakil Presiden RI Ma’ruf Amin kunjungan kerja ke Sukabumi (Dok. Setwapres)

Pada Senin (25/5) Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan, millennial tidak boleh melulu merasa sehat karena bisa jadi mereka adalah orang tanpa gejala (OTG) yang berpotensi menularkan virus corona kepada orang lain. Menurutnya, anak muda juga banyak yang terpapar virus itu sehingga diharapkan tidak menyepelekannya.

"Kepada anak-anak muda jangan merasa aman, karena banyak juga anak muda yang terkena (virus corona). Ternyata anak muda ini tidak kuat menahan jenuh, tidak mau diam di rumah. Karena itu, kita harus mampu menahan kejenuhan ini (untuk) menjaga imunitas. Kemudian menjaga jarak merupakan hal penting menjaga keamanan dan keselamatan kita dalam situasi seperti ini," kata Ma’ruf

Kemudian Mantan Rais Aam NU ini meminta semua pihak terutama generasi muda dapat mengambil pelajaran berharga dari wabah COVID-19 ini. Kondisi ini dapat menjadi momentum membangun kembali Kebangkitan Nasional kedua, dengan memproduksi secara mandiri kebutuhan dalam negeri tanpa bergantung produk impor.

"Saya kira anak muda harus bersiap untuk itu. Pelajaran berharga untuk COVID-19 tersebut ada di tangan kalian para generasi millennial," ujarnya.

2. Banyak millennial tidak merasakan dirinya OTG

Klaster Corona Secapa AD Menjadi Contoh, Millennial OTG Lebih Bahaya Ilustrasi corona. IDN Times/Arief Rahmat

Kemudian, Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Budi Santoso mengatakan, kebanyakan anak muda tidak merasakan bahwa dirinya adalah pembawa virus COVID-19, yang bisa menularkan kepada orang lain. Menurutnya, keadaan tersebut membuat pemerintah sulit untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona di Tanah Air.

"Bagi kaum muda, COVID-19 kebanyakan tidak ada gejala atau tidak ada gejala klasik yang sering kita sebut sebagai orang tanpa gejala," kata dia saat jumpa pers secara daring di akun YouTube BNPB Indonesia, Rabu (6/5).

Budi menyebutkan, OTG sering kali menjadi pembunuh senyap. Menurut penilaiannya, anak muda kerap salah persepsi jika muncul gejala flu biasa. Sebab mereka merasa bukan pembawa virus yang dapat menularkan ke orang rentan.

Budi yang masuk dalam pakar dari kalangan muda di Gugus Tugas itu, mengatakan anak muda bisa berperan dalam memutus rantai penularan COVID-19. Caranya, disiplin memantau kondisi tubuh dan informasi terkini tentang COVID-19.

"Aplikasi Bersatu Lawan COVID bisa diunduh dan sangat berguna. Kaum millennial dari pada di rumah tidak melakukan apa-apa atau hanya melakukan rutinitas, bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat dengan memanfaatkan aplikasi tersebut," ungkapnya.

"Edukasi terbaik di masyarakat, terutama terhadap kaum muda. Bila masyarakat sudah teredukasi, maka kasus infeksi akan berkurang dan bisa mengurangi beban kerja medis," tambahnya.

3. Pemprov Jabar akui pengendalian OTG sangat sulit

Klaster Corona Secapa AD Menjadi Contoh, Millennial OTG Lebih Bahaya IDN Times/Debbie Sutrisno

Di sisi lain, Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar, Daud Achmad mengatakan penyebaran dari OTG memang sulit dideteksi. Sebab, virus yang ditularkan oleh OTG tidak akan disadari oleh penderitanya. Dengan kondisi tersebut ia meminta, masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan ketika bekerja atau melakukan kegiatan lainnya di luar rumah.

Hal itu menurut Daud harus dilakukan sebagai salah satu antisipasi agar tidak tertular ataupun menularkan virus dari OTG yang tidak diketahui riwayat perjalanannya.

"Jadi balik ke diri kita sendiri terkait pemakaian masker. Terus jaga jarak juga penting," ujarnya.

4. Tidak berkerumun merupakan salah satu kunci tekanan penyebaran Corona

Klaster Corona Secapa AD Menjadi Contoh, Millennial OTG Lebih Bahaya Ilustrasi corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, kekhawatiran penyebaran virus corona dari OTG juga semakin tampak mengingat adanya pelonggaran yang terjadi di seluruh kabupaten/Kota di Jabar. Ia meminta, hal tersebut harus menjadi atensi pemerintah daerah di Jabar melakukan pengetatan protokol COVID-19.

"Jadi walaupun ada AKB ini bukan berarti orang berkerumun dibiarkan. Tetap harus diperingati," kata dia.

Dari semua pandangan, millennial bisa saja menjadi penyebar COVID-19 tanpa disadari. Penting kiranya untuk tidak menganggap enteng protokol kesehatan dan tetap waspada dengan menjaga kesehatan tubuh.

Baca Juga: Bandung Dikepung Klaster Secapa AD, Pemkot Tetap Lanjutkan Relaksasi

Baca Juga: Pemkot Bandung Belum Batasi Kawasan Klaster Covid-19 Secapa AD

Baca Juga: Eksklusif: Awal Mula Corona Menyerang Ribuan Siswa Secapa AD Bandung

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya