DMSI Serukan Revolusi Sterilisasi Minyak Sawit dari Wet ke Dry Process
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menyerukan pelaku pengelola minyak sawit bisa merevolusi sterilisasi bahan menggunakan metode dry process. Penggunaan metode ini sendiri memiliki banyak manfaat dan ramah lingkungan.
Plt Ketua DMSI, Sahat M. Sinaga mengatakan, pemanfaatan sawit di Indonesia masih banyak digunakan untuk minyak goreng. Sedangkan, dalam prosesnya, dikatakannya masih menggunakan sterilisasi wet process, yang mana bisa mengurangi nilai mikro nutrisi.
"Kita harus revolusi dari sterilisasi wet process ke dry process. Arahnya harus ke sana," ujar Sahat di Bandung, Kamis (1/2/2024).
1. Teknologi dry proses bisa lebih menjaga nutrisi minyak
Sahat mengklaim, sterilisasi menggunakan dry proses akan tetap menjaga nutrisi dari kandungan minyak sawit itu sendiri. Sehingga, menurutnya minyak yang dihasilkan bisa lebih baik daripada minyak goreng yang kini dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat.
"Teknologi dry-process mampu menjaga mikro-nutrisi alami tinggi sewaktu mengolah TBS (tandan buah sawiy) jadi minyak sawit DPFO (Degummed Palm Fruit Oil)," ungkapnya.
2. Dry proses juga ramah lingkungan
Selain itu, Sahat melanjutkan, dalam pemrosesan menjadi minyak juga tergolong lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan proses normal saat ini. Sehingga, dia menyerukan agar teknologi ini bisa dilirik.
"Aplikasi teknologi ramah lingkungan untuk memurnikan DPFO menjadi RPFO (Reseterified Palm Mesocarp Oil) dengan FFA yang rendah, beroperasi di temperature <70 der C, maka toxic 3-MCPDE & GE tak terjadi dan mikro nutrisi tetap tinggi," ujarnya.
3. Pabrik percontohan akan dibangun dari hilir hingga hulu
Sahat menambahkan, dalam waktu dekat ini ia akan membangun dua pabrik pengelolaan minyak sawit menjadi minyak makan dengan sterilisasi dry process. Salah satu pabriknya berdiri di Wajo, Sulawesi, satu lagi di Seruyan, Kalimantan Tengah.
"Untuk itu kita siapkan pabrik hilirisasi di Gresik berkapasitas 100 ton per hari. tapi kita tidak jual minyak goreng. Namanya minyak makan sehat full nutrisi," katanya.
Keuntungan lain menggunakan sterilisasi dry process, kata Sahat, biaya untuk produksi tergolong lebih ringan dibnding dengan wet process.
"Biaya produksi lebih rendah dibandingkan yang biasa. Kira-kira 48 perak per kilogram TBS lebih murah. Kenapa lebih murah? Dia gak pake steam sekarang kan seabreg alatnya," kata dia.
Baca Juga: Petani Kelapa Sawit Sumsel Terima Biaya KUR Hingga Rp7,23 Triliun
Baca Juga: Bertemu Masyarakat Dayak di Kalbar, Ganjar Bicara Permasalahan Sawit