Bandung dan Bogor Jadi Kota dengan Kasus ODHA Tertinggi di Jabar

Total ada lima daerah dengan ODHA terbanyak di Jabar

Bandung, IDN Times - Sebanyak lima kabupaten dan kota di Jawa Barat (Jabar) jadi daerah dengan kasus Orang Dengan HIV dan Aids (ODHA) tertinggi. Adapun nomor satu adalah Kota Bandung dan Kabupaten Bogor.

Ketua Tim Pencegahan Penyakit Menular dan Tidak Menular, Dinkes Jabar, Yudi Komarudin mengungkapkan data tersebut. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan dari Januari sampai Juni 2022, dari 341.643 orang yang berisiko termasuk kepada ibu hamil, beberapa persennya terdapat kasus positif HIV Aids.

"Dari hasil tes, kita temukan 3.744 HIV yang baru. Dari jumlah tersebut, Kota Bandung 410 dan merupakan yang paling tinggi. Kedua Kabupaten Bogor 365, Kota Bekasi 365, Indramayu 252, dan Kabupaten Bekasi 217 kasus," ujar Yudi, Sabtu (25/8/2022).

1. ODHA banyak dari kalangan remaja dan paruh baya

Bandung dan Bogor Jadi Kota dengan Kasus ODHA Tertinggi di Jabarilustrasi HIV (newsroom.uw.edu)

Kemudian, ODHA di Jabar sendiri ada terdiri dari berbagai kalangan umur. Yudi menerangkan, mulai dari usia muda hingga paruh baya berdasarkan data, mereka turut dinyatakan positif HIV dan Aids.

"Kalau pengidap HIV itu rentan di usia produktif, dari 25 sampai 49 tahun. Dari usia tersebut, ada 69,8 persen atau 2.614 orang yang HIV," ucapnya.

2. Banyak faktor penyebab munculnya ODHA

Bandung dan Bogor Jadi Kota dengan Kasus ODHA Tertinggi di Jabarilustrasi pita HIV (freepik.com/jcomp)

Ada berbagai macam faktor yang memengaruhi seseorang hingga bisa positif ODHA. Yudi menjelaskan, salah satu yang sering ditemukan yaitu melalui hubungan seks yang berisiko. Artinya, bukan dengan pasangannya dan tidak menggunakan pengaman.

"Kalau misalnya dari transfusi darah itu bisa, tapi sangat jarang. Karena sekarang PMI sudah canggih alat-alatnya, jadi darah yang ada virus HIV-nya bisa dicegah," ungkapnya.

3. Paling berisiko penyebaran melalui seks bebas

Bandung dan Bogor Jadi Kota dengan Kasus ODHA Tertinggi di Jabaryale.edu

Selain itu, ada juga faktor lain yang turut menjadi penyebab ODHA. Kata dia, penularan juga bahkan bisa melalui bekas alat cukur. Hanya saja, faktor dari penularan itu sangat sedikit kasusnya.

"Itu bisa dari alat cukur. Dari alat pedikur atau menikur juga, tapi itu hanya 0.0 sekian persen. Yang paling banyak justru penularan ini yaitu dari perilaku yang berisiko, atau yang bukan dengan pasangannya," katanya.

4. ODHA di Jabar diimbau tertib menjalankan terapi

Bandung dan Bogor Jadi Kota dengan Kasus ODHA Tertinggi di JabarIlustrasi HIV/AIDS, IDN Times/ istimewa

Dengan kasus yang cukup banyak ini, Yudi mengatakan, langkah penanganan yang sudah dilakukan ialah dengan membuat pemetaan populasi kunci. Adapun populasi kunci ini yaitu: waria, homoseks, pemakai narkoba suntik, WPS atau Wanita Penjaja Seks.

Selain itu ada Warga Binaan Permasyarakatan, lalu pasangan yang mungkin salah satunya HIV atau keduanya HIV. Dari populasi kunci ini kemudian diberikan alat pengaman kontrasepsi.

"Kita memberikan layanan kondom. Jadi memberikan kondom bukan berarti melegalkan, tapi untuk mencegah penularan, supaya melakukan seks yang aman," kata dia.

Dengan demikian, Yudi mengimbau kepada masyarakat terutama untuk ODHA agar terus melakukan terapi dengan mengkonsumsi Anti Retroviral Virus (ARV) agar dapat mengendalikan virus di dalam tubuhnya.

"Setiap hari harus memakan ARV selama hidupnya, dan setiap enam bulan sekali harus melakukan tes viralud. Kemudian, lakukanlah seks yang aman yaitu dengan memakai kondom. Lakukan seks dengan pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan," kata dia.

Baca Juga: Permudah Cari ARV, 52 Ribu ODHA Jateng Dibantu Pembuatan NIK

Baca Juga: Bikin Bangga! Anak-anak Semarang Pede Tampil Sepanggung dengan ODHA

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya