Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam Mengabdi

Peran orang di sekitar, terutama isterinya begitu besar

Kabupaten Bandung, IDN Times - Mereka yang sampai saat ini masih memiliki keutuhan anggota tubuh dalam menjalankan tugas dan aktivitas sehari-hari sudah sepatutnya bersyukur. Soalnya, banyak di luar sana orang-orang yang berjuang hidup dengan segala keterbatasan, meski tidak sedikit yang punya semangat untuk bangkit kembali.

Seperti kisah seorang polisi tanpa dua kaki, yang tetap semangat mengabdi pada Negeri.Ia hidup tanpa dua kaki setelah diamputasi, akibat insiden kecelakaan saat mengolah tempat kejadian perkara di wilayah Nagreg, Kabupaten Bandung, 2005 silam.

Dialah Aipda Beni Hendrik Hermawan, yang mengaku bahwa kehilangan dua kaki adalah peristiwa terburuk yang pernah ia alami. Apalagi kejadian ini terjadi dengan sangat tiba-tib--hanya dalam hitungan detik saja.

Mentalnya sempat goyah, rasa frustasi dan sikap minder sempat menghantuinya saban kali harus menerima kenyataan hidup tanpa dua kaki dan tidak bisa kembali berjalan normal. Perlu waktu yang tidak sebentar bagi Beni, yang kini masih bertugas di Polsek Rancaekek, Kabupaten Bandung, untuk tetap berbaur dengan masyarakat dan kembali mengabdi memberikan pelayanan sebagai anggota polisi.

"Kalau mental awalnya pasti down sekali, sampai-sampai kalau ada tamu, saya tak mau nyamperin (menghampiri) ke luar. Gak berani nyamperin," ujar Beni, saat ditemui IDN Times di Polsek Rancaekek, Kabupaten Bandung, Rabu (11/8/2021).

Lantas, apa yang membuat Aipda Beni bisa kembali bangkit melawan keterpurukan, berdiri tegak dijalan hidupnya untuk tetap mengabdi sebagai anggota Polri meski tanpa dua kaki?

1. Dukungan orang-orang sekitar dan kepasrahan kepada sang pencipta adalah kekuatan yang besar untuk bangkit kembali

Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam MengabdiIDN Times/Aris Darussalam

Aipda Beni mengatakan, dukungan dari orang-orang sekitar menjadi kekuatan yang besar bagi dirinya untuk kembali bangkit hingga seperti sekarang ini.

"Seiring waktu, ada dorongan dari keluarga, orangtua, istri, dan anak, serta rekan-rekan kerja, termasuk atasan saya membuat saya bangkit. Apalagi waktu itu anak-anak masih kecil, di mana kalau saya masih terpuruk, anak saya mau makan dengan apa?," kata Beni

Selain itu, kepasrahan kepada Sang Pencipta menjadi faktor lainnya. Ia pun menegaskan, rasa keikhlasan itu kini membuat dirinya hidup lebih tenang.

"Alhamdulillah, mungkin ada dukungan dari keluarga anak istri, biarpun saya dengan keterbatasan, tak ada halangan untuk berkarier di Kepolisian. Alhamdulillah sekarang sudah tak malu tak ada rasa canggung, dan berkumpul dengan rekan-rekan juga biasa aja. Mungkin ini sudah takdir dari Allah SWT," tutur Beni.

2. Di balik suami yang kuat, ada istri yang hebat

Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam MengabdiIDN Times/Aris Darussalam

Sebuah pribahasa yang berbunyi “di balik laki-laki sukses, ada wanita hebat" memang terdengar klise. Tapi faktanya, pribahasa itu tidak berlebihan ketika ditujukan bagi Dwi Retno Wulandari, istri dari Beni. Dwi tetap setia mendampingi suaminya, memberikan semangat untuk kembali bangkit dari bayang-bayang keterpurukan.

Dengan sikap tegarnya, Dwi pun menceritakan kembali memori kelam tahun 2005 silam, tentang bagaimana Beni sang suami bisa kehilangan dua kakinya karena harus diamputasi.

Dewi bercerita, pada sebuah malam, tepatnya sekitar pukul 23.00 WIB, ia tiba-tiba mendapat telepon dari rumah sakit yang memberi kabar bahwa suaminya harus dirawat akibat insiden kecelakaan saat bertugas.

Pikiran percaya dan tidak berkecamuk di pikiran Dewi. Apalagi setibanya di rumah sakit,  ia tidak langsung diizinkan bertemu dengan suaminya. Dwi mencoba bertanya kepada rekan–rekan suaminya, tapi yang ia dapat hanya permintaan untuk bersabar.

“Pas ke rumah sakit saya gak ketemu dengan suami saya, saya nanya ke rekannya mana suami saya? Ternyata sudah diambulans."

"Tadinya mau nyamperin ke ambulans, cuman sama rekannya gak boleh, mungkin takut saya syok, karena saya gak tahu kondisi suami saya bagaimana, seperti apa, dan keadaannya bagaimana," tutur Dwi Retno.

Namun setibanya di lobi Rumah Sakit, Dwi mendengar suara suaminya yang menggigil. Tanpa izin siapa pun ia akhirnya ia menghampiri Beni yang kemudian dengan rintih berkata: “Bu kaki ayah."

Dwi sama sekali tidak mengira bahwa suaminya harus kehilangan kedua kakinya. Ia mencoba menenangkan suaminya. “Saya cuma bilang: sudah ya bertahan. Ayah tetap semangat Ibu sama Anak-Anak ada buat Ayah,” kata Dwi.

3. Dalam kondisi yang terpuruk, kesetiaan dan kesabaran adalah hal yang utama

Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam MengabdiIDN Times/Aris Darussalam

Tidak lama setelah itu, tenaga medis pun datang menghampiri membawa hasil rontgen kedua kaki Aipda Beni, seiring membawa kabar tentang keharusan amputasi bagi suaminya. Dwi tak bisa berbuat banyak hal, apalagi ketika itu tidak ada sanak famili yang juga hadir di rumah sakit. 

“Dokter menyatakan kaki suami saya harus diamputasi, bingung saya. Saya itu sampai empat kali dipanggil dokter, dan akhirnya saya memutuskan untuk sementara kalau bisa minta dipertahankan dulu. Siapa tahu bisa gak sampai diamputasi, akhirnya dokter menyanggupi mempertahankan kaki suami,” ujar Dwi Retno.

Selang tiga hari, Dwi Retno baru mengetahui kenapa kedua kaki suaminya harus diamputasi.

“Karena waktu itu pas mengganti perban, saya baru tahu kondisi kaki suami saya bagaimana. Jadi kalau harus diceritakan lutut itu tinggal sebelah, tulang kiri kananya sudah gak ada,” ujar Dwi Retno.

“Perasaan saya kaget, campur aduk, sedih kok harus sampai seperti ini. Jujur yang lebih saya khawatirkan adalah kondisi mental suami waktu itu. Takut mentalnya turun, yang saya takutin lebih ke kondisi suami,” tutur Dwi.

4. Bangkit dan berjuang bersama dengan penuh keikhlasan merupakan puncak motivasi

Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam MengabdiIDN Times/Aris Darussalam

Sadar akan resiko mental yang akan dihadapi suaminya, Dwi berupaya keras memberikan motivasi yang kuat buat Beni. Ia bertekad untuk berjuang bersama-sama, bangkit melawan kondisi terpuruk yang sempat menghampiri keluarga tercintanya.

“Saya bicara gini: ayo ayah kita berjuang sama-sama, di sini ada ibu dan anak-anak. Jangan sampai takut ditinggalkan ibu dan anak-anak, ayo kita berjuang bersama. Ayah harus tetap semangat bangkit kembali,” kata Dwi.

Dwi pun mengaku dirinya benar-benar ikhlas menerima kejadian tahun 2005 silam itu. Baginya yang terpenting suaminya selalu sehat dan tetap bisa mengabdi pada Negeri serta Polri. Kini keluarganya berjalan normal dan bahagia. Tuhan telah menganugerahkan dua anak pada mereka, yakni perempuan berusia 21 tahun dan laki-laki berusia 18 tahun.

5. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Beni tetap termotivasi dalam mengabdi

Mengenal Beni: Polisi Tanpa Dua Kaki, Tak Mengeluh dalam MengabdiIDN Times/Aris Darussalam

Kadang kala masih ada saja pandangan miring terhadap penyandang disabilitas. Tidak dapat dipungkiri juga, banyak pihak yang meragukan kinerja para difabel dalam berbagai macam aktivitas. Namun nyatanya, Beni bisa membantah berbagai anggapan miring itu.

Menurut Kapolsek Rancaekek Kompol Imron Rosyadi, dengan segala keterbatasan yang dimiliki Aipda Beni dalam melaksanakan tugas, kinerjanya dinilai cukup bagus. Bahkan loyalitas dan integritasnya pun cukup tinggi.

“Sosok Pak Beni ini tidak diragukan kinerjanya, tidak ada masalah dalam kegiatan sehari-hari walaupun dengan segala keterbatasan sementara ini tak ada kendala untuk pelayanan di Mapolsek Rancaekek,” ujar Imron Rosyadi.

Imron pun mengatakan, secara kebetulan Beni memiliki latar belakang Korps Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian Republik Indonesia, sehingga motivasi dan mentalnya dianggap cukup kuat.

Dengan kondisi Beni seperti saat ini pun, Imron bahkan memperlakukannya sama saja dengan angora Polisi lainnya yang memilki kesempurna secara fisik. Selain itu, justru sosok Beni pun kerap menjadi motivasi dan contoh bagi anggotanya yang kurang maksimal dalam melakukan kinerja.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Menjajal Peluang Bisnis Baru saat Pandemik COVID-19

Baca Juga: Cerita Mahasiswa Kembar UBL Ikut Program Kemanusiaan Bantu Difabel

Baca Juga: Inspiratif, Beberapa RW di Surabaya Sudah Punya Pusat Isolasi Mandiri

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya