Kisah Pandi, Pelukis Kab.Bandung Ubah Sampah Diapers Jadi Karya Seni

 Berawal dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar 

Kabupaten Bandung, IDN Times - Sampah menjadi masalah serius yang saat ini masih terjadi, bukan hanya di Indonesia namun juga hampir dibeberapa negara yang ada di dunia ini.  Sayangnya permasalah sampah kadang tidak sebanding antara jumlah sampah yang terus bertambah dengan kesadaran masyarakat untuk menguranginya. Jangankan untuk mengurangi, bagaimana cara membuang sampah pada tempatnya pun kadang masih seperti sulit untuk dilakukan.

Salah satu jenis sampah yang sering dianggap masalah sepele adalah diapers atau popok sekali pakai, karena butuh waktu 100 tahun untuk bisa terurai. Namun, ditangan Pandi Mulyana seorang bapak anak tiga kelahiran Bandung 02 Januari 1984 ini, sampah diapers itu justru dianggapnya menjadi berlian yang berserakan untuk digunakan menjadi media kreatif dalam membuat lukisan, vash bunga, hingga replika bonsai.

Saat IDN Times mengunjungi rumahnya yang terletak di Kampung Babakan Asta RT 02 RW 11, Desa Rancaekek Wetan, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, pada Selasa (24/5/2012), dengan penuh antusias Pandi menunjukan detailnya bagaimana proses awal pembuatannya, hingga bisa menjadi sebuah karya indah hasil dari kepiawaian tangannya itu, Dan kini siapapun yang mengunjungi tempat tersebut pasti tidak akan menyangka bahwa asal mula media kreatif lukisan nuasa alam itu berbahan dasar sampah diaper bekas penampung kotoran anak manusia.

Pandi menuturkan, awal dirinya memilih sampah menjadi sebuah media kreatif lukisan lantaran di Jalan Walini Kecamatan Raecaekek, Kabupaten Bandung, yang tak jauh dengan rumahnya pada 2018 sempat dipenuhi sampah akibat masyarkat membuang sampah tidak pada tempatnya. Ditambah menurutnya, ada pembangunan pasar modern yang membuat lahan tempat pembuangan sampah aksesnya menjadi tak bisa lagi digunakan oleh masyarakat.

"Kami awalnya terinspirasi dari jalan walini yang pada 2018 mengalami penumpukan sampah yang cukup parah, saya berfikir bagaimana sampah dijalan tersebut bisa habis tapi tidak mau hanya cukup diangkut oleh truk sampah, alasannya kalau diangkut truk sampah hanya dipindahkan ke tempat lain itu bukan solusi, tapi hanya memindahkan masalah," ujar Pandi saat ditemui IDN Times, Selasa (24/5/2022).

Bergerak dalam masalah isu lingkungan, diakui banyak suka dan dukanya, bahkan Pandi mengaku sebelum hasil karya lukisannya seperti saat, ia sempat dianggap oleh masyarakat Rancaekek sebagai orang gila, dianggap tidak bertanggungjawab, dan sempat mau dilaporkan ke pihak berwajib usai membersihkan sampah-sampah di pinggir jalan.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah Pandi Mulayana, yang selalu memimpikan lingkungan bersih dan indah lewat karya-karya lukisannya, berikut rangkuman IDN Times :

1. Pandi menekuni secara otodidak mengolah sampah diaper menjadi karya seni

Kisah Pandi, Pelukis Kab.Bandung Ubah Sampah Diapers Jadi Karya SeniIDN Times/Aris Darussalam

Sebelum Pandi menekuni karya lukis seperti saat ini, pada awal tahun 2019 dirinya menekuni pembuatan vash bunga terlebih dahulu dengan bahan baku yang sampah diaper atas saran dari salah satu dosen Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun bagaimana untuk memulainya, Pandi mengaku secata otodidak ia dapatkan, bahkan sempat tidak tidur selama dua hari demi mencapai hasil yang diinginkannya.

“Pada awal 2019 ada dosen ITB memberitahu saya bahwa sampah pampers bisa dijadikan sebuah pot atau vash bunga, saya juga awalnya terkejut kenapa harus sampah pampers padahal bahan lain juga banyak, namun beliau hanya memberikan informasi saja, terkait bagaimana membuatnya saya akhirnya dua hari saya tidak tidur untuk menemukan cara saya sendiri, alhasil saya pun bisa menciptakannya,” tutur Pandi.

Sebetulnya tidak mulus begitu saja untuk mendapatkan hasil yang maksimal menurutnya, dengan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan didunia seni ia mengaku sempat beberapa kali mengalami kegagalan dalam proses pengolahan sampah diapers menjadi sebuah karya seninya itu

“Mungkin karena saya tidak sabar dalam proses pembuatan tersebut akhirnya saya pun sempat gagal. Namun justru dari kegagalan itulah sebetulnya yang menghantarkan saya menjadi mengetahui bagaimana cara membuatnya jadi berhasil,” kata Pandi.

2. Dari 2019 hingga kini, sedikitnya 1 ton sampah diapers sudah menjadi karya seni

Kisah Pandi, Pelukis Kab.Bandung Ubah Sampah Diapers Jadi Karya SeniIDN Times/Aris Darussalam

Usai berhasil membuat vash bunga akhirnya Pandi merambah dunia lukis degan memilih diapers sebagi media kretif, ia awalnya hanya berfikir sederhana supaya vash bunga itu bisa berpadu dengan gambar agar lebih memiliki sentuhan yang lebih indah.

“Saya bisa menggambar ini mulai dari satu tahun kebelakang atau tahun 2019 lalu, karena tuntutan yang awalnya bikin vash bunga seperi ini akan lebih indah apabila dipadukan dengan gambar,” ujar Pandi.

Untuk waktu proses pembuatan atu kaya sendiri ia mengaku bergam, rata-rata waktu yang dihabiskan bisa sampai satu hingga tiga hari, lantaran ia sangat bergantung pada kondisi cuaca. Adapun sampah diapers yang telah ia habiskan untuk mejadi karya seni sedikitnya dari tahun 2019 hingga saat ini sudah lebih dari 1 ton sampah diapers.

“Satu karya sendiri dalam segi waktu pembuatannya beragam, ada satu hari bisa juga lebih, tergantung pada cuaca karena yang paling lama adalah proses pengeringan kan medianya menggunakan semen,” kata pandi.

3. Suka dan duka yang dialami Pandi menggerakan aktivias kepedulian lingkungan lewat karya seni berbahan sampah diapers

Kisah Pandi, Pelukis Kab.Bandung Ubah Sampah Diapers Jadi Karya SeniIDN Times/Aris Darussalam

Tak heran apabila kini ia mendapatkan berbagai piagam penghargaan, mulai hasil apresiasi tehadap kepeduliannya dibidang lingkungan, hingga sempat diminta menjadi pemateri di perguruan tinggi untuk memberikan inspirasi bagi para mahasiswa, dan tentu sempat diundang oleh pemerintah untuk menerima apresiasi. Sempat ada salah satu kejadian ada yang memberikan donasi diaper retur  satu ton masih layak pakai, namun saya begikan terlebih dahulu ke masyarakat supaya dimanfaatkan terlebih dahulu, baru setelah digunakan dan menjadi sampah saya ambil kembali.

Pandi mengungkapkan, perjungannya untuk bisa menggerakan aktivitas kepedulian masyarkat terhadap lingkungan tentu ada rasa suka maupun duka, “Sebelum saya bikin karya ini di Rancaekek sempat diviralkan gila, dianggap tidak bertanggungjawab, dan sampai sempat mau dipenjarakan juga usai beres-beres sampah di pinggir jalan,” tutur Pandi.

Namun  justru hal tersebut membuatnya tambah bersemangat untuk focus peduli terhadap isu lingkungan hidup disekitarnya, dan membuktikan sangkaan gila terhadapnya dengan menggilainya lagi kritik pengelolaan lingkungan hidup khususnya sampah diapers lewat berbagai karya yang ia ciptakan.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya