Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir Pesanan

Berkah para pengrajin setiap Idul Adha

Majalengka, IDN Times- Menjelang Hari Raya Idul Adha 1440 Hijriah atau yang kita kenal dengan Hari Raya Kurban, sejumlah pembuat arang mulai kebanjiran pesanan. Bahkan saking banyaknya pesanan, para pembuat arang ini sampai pusing mencari bahan untuk membuat arangnya yakni batok kelapa. 

Tidak hanya arang, permintaan terhadap besek juga mengalami peningkatan pada Idul Adha tahun ini. Kondisi itu diduga karena banyaknya imbauan dari pemerintah daerah untuk menggunakan kantong ramah lingkungan di saat pelaksanaan kurban, nanti.

Salah satu contoh tinggnya permintaan arang dan besek jelang Hari Raya Idul Adha ini terjadi di Blok Cimuncang, Desa Sukawera, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Para pengrajin arang dan besek mengaku repot untuk memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi.

1. Perajin kesulitan bahan baku

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir PesananIDN Times/Andra Adyatama

Salah satu pengrajin arang di Blok Cimuncang, Desa Sukawera, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka mengaku sejumlah pengusaha arang sedang berjibaku untuk memenuhi pesanan. Bahkan, tingginya permintaan arang itu membuat para pengrajin harus rela bekerja siang dan malam demi memenuhi stok di tempat usahanya. Tidak heran jika jelang Idul Adha menjadi berkah bagi mereka.

Satu satu pengrajin yang menekuni usaha pembuatan arang di Blok Cimuncang, Desa Sukawera adalah Sukatma. Dia mengaku, hampir setiap tahun permintaan arang di saat Idul Adha selalu meningkat.

2. Berburu sisa batok kelapa di pasar tradisional

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir Pesananpexels.com/ devon rockola

Sukatma menyebutkan, selama berusaha membuat arang, dirinya memanfaatkan bahan baku batok kelapa yang banyak di buang di pasar pasar tradisional. Melihat kondisi tersebut, kata dia, langsung berinisiatif untuk bisa memanfaatkan sisa batok kelapa menjadi arang.

Menurut Sukatma, sisa batok kelapa itu memiliki nilai bisnis jika diolah menjadi arang. Hasilnya, arang batok kelapa itu langsung dijual kepada para pedagang sate. Usaha yang awalnya coba-coba tersebut akhirnya disambut positif para pedang sate.

"Ya lumayan aja lah, dari pada harus bekerja jadi kuli bangunan lebih baik menjadi tukang pembuat arang batok kelapa saja yang penting bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari hari," ujarnya saat ditemui dilokasi pembakaran arang, Jumat (9/8).

Sukatma menyebutkan, membuat arang dari bahan batok kelapa adalah pekerjaan yang ringan namun membutuhkan ketekunan. Sebab, bekerja di pembakaran ini tentunya tidak semudah yang kita lihat. Walau, sifatnya hanya membakar batok kelapa, kalau tidak di kawal maka tidak akan menjadi arang namun akan menjadi abu, yang pada akhirnya rugi yang didapat.

3. Dijual per karung

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir PesananGoogle

Terkait penjualannya kata dia, yaitu sistim karungan. Satu karung batok kelapa dijual dengan harga Rp50 ribu di tempat pembakaran, kalau mau di antar maka dikenakan ongkos kirim.

"Untuk hari biasa, dalam sehari paling banyak menjual empat karung. Namun jelang hari raya kurban ini penjual meningkat dua kali lipat, hingga delapan karung" ujarnya.

Ditempat yang sama, salah seorang pembeli arang mengatakan, dirinya sudah menjadi langganan tetap sejak enam bulan yang lalu. Dia membeli arang untuk kebutuhan usahanya membuka warung sate.

"Saya sudah lama menjadi pelanggan tetap. Disamping arangnya bagus harganya pun relatif murah," ucap pelanggan yang mengaku bernama Warma.

3. Besek Majalengka dijual hingga Bandung dan Jakarta

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir PesananIDN Times/Andra Adyatama

Sementara itu, Hari Raya Kurban juga menjadi berkah bagi pengrajin besek. Sebulan jelang Idul Adha, permintaan pasar akan besek meningkat hingga lebih dari 300 persen. Permintaan ini datang kepada bandar besek di Pasar Anyaman Rajagaluh, Kecamatan Rajagaluh, dan bandar di Desa Heuleut, Kecamatan Leuwimunding.

Bahkan, pesanan besek atau yang dikenal masyarakat setempat dengan sebutan kempluk ini datang dari berbagai wilayah namun tidak bisa dipenuhi seluruhnya karena minimnya perajin kempluk di daerah. Ini karena sebelumnya kempluk dihargai murah sehingga pembuatannya hanya menjadi sampingan dari pekerjaan para petani.

Menurut keterangan sejumlah pedagang seperti disampaikan Anas (33), Kasma (75), dan Keye (65), pesanan kempluk datang hampir setiap hari dari berbagai daerah seperti Jakarta dan Bandung serta Indramayu. Permintaan tiba-tiba naik sejak sebulan yang lalu hingga beratus kali lipat karena adanya informasi plastik dianggap tidak ramah lingkungan sehingga kembali ke bambu. Sayangnya permintaan pasar tidak sebanding dengan barang yang diproduksi.

Anas mengaku, pengiriman barang lebih banyak ke Bandung ke Pasir Koja. Minggu ini dia baru aja mengirim barang sebanyak 20.000 besek. “Saya sekarang sedang berusaha mengumpulkan barang dari beberapa pedagang lain agar pesanan bisa dipenuhi. Biar laba sedikit asal barang cepat laku,” ungkapnya.

5. Permintaan banyak, pengrajin besek sedikit

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir PesananInstagram.com / besek_bambu

Keye, pemilik kios barang anyaman di Pasar Anyaman Rajagaluh Lor mengatakan, suplai ke pasar kini kurang karena perajin kurang. “Saya juga akan mengirim ke Indramayu dan Jakarta masih kurang, karenanya pengiriman ditambah boboko (bakul) dan hihid (kipas) yang penting mobil penuh,” katanya.

Hal yang sama disampaikan Kasma pengepul di Desa Heuleut, menurutnya setiap hari pemesan barang berdatangan atau melalui sambungan telepon. Seorang konsumen ada yang memesan barang beragam ukuran paling sedikit 1.000 hingga 6.000 pasang. Malah ada yang minta hingga 15.000 pasang.

Kasma menampung seluruh barang dari para perajin, hasil pengumpulannya di beli oleh para pedagang lain untuk dikirim ke berbagai daerah. Ada juga yang pembeli langsung dari Bandung dan Bekasi.

“Saya sudah berusaha menaikan harga kepada para perajin untuk memenuhi permintaan pasar, tapi ya susah mereka sekarang sedang ke sawah, ada yang panen ada yang mulai tanam lagi,” kata kasma.

6. Harga dijual Rp4.500-Rp7.500 dengan isi lima besek

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir Pesananjualbesekbambu.com

Ada empat ukuran besek atau kempluk yang dijual Kasma, untuk ukuran 18 cm di jual seharga Rp7.500  dengan isi 5 pasang atau istilah perajin saguruntul. Sedangkan, dia membeli dari perajin seharga Rp6.500 per lima pasang, untuk ukuran 16 cm dijual seharga Rp6.000 per lima pasang, ukuran ukuran 14 cm dijual seharga Rp4.500 per lima pasang dan ukuran 10 cm dijual seharga Rp 3.500 per lima pasang.

Menurutnya, penjualan yang paling laku untuk saat ini adalah ukuran 16 cm dan 14 cm yang katanya untuk wadah daging kurban. Anas berpendapat, minimnya perajin ini akibat harga barang yang terlalu murah serta barang bambu tergerus oleh barang plastik. Barang plastik lebih mudah didapat dan dianggap bisa lebih bersih dipergunakan.

Dulu menurut Fatimah dan Fatonah, perajin anyaman di sana, besek digunakan untuk wadah nasi ketika hajatan baik perayaan nikah, sunatan ataupun hajat orang meninggal 7 harian dan peringatan 40 hari,  biasa menggunakan tipluk sebagai tempat nasi dan lauk pauknya. Demikian juga untuk wadah bumbu dapur.“Sekarang semua menggunakan plastik,” kata Fatimah.

7. Pembuatan besek masih musiman

Jelang Hari Raya Kurban, Pembuat Arang dan besek Banjir PesananIDN Times/Andra Adyatama

Menurut mereka menjadi perajin anyaman juga tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Makanya membuat anyaman hanya pekerjaan sampingan yang dikerjakan setelah pulang dari sawah atau saat malam hari usai salat Magrib dan Isa. “Kalau ke sawah setengah hari upah perempuan bisa Rp50 ribu, kalau nganyam paling Rp10 ribu,” ungkapnya.

Kasma mengatakan, sebetulnya pesanan kempluk ini tidak hanya datang dari pasar regional, namun juga dari Singapura dan Belanda. Kedua negara tersebut pernah melakukan ekspor selama kurang lebih lima tahun sejak 2008.

Pengiriman barang dilakukan setiap 3 bulan sekali hingga akhirnya dihentikan oleh pemesan karena kecewa dengan kualitas barang yang semakin turun. “Dulu itu kan barangnya harus benar-benar bagus, ada pembakaran dan bambu juga halus. Belakangan karena pesanan banyak, akhirnya untuk mengejar target kualitas barang di turunkan, namun akhirnya berhenti dengan alasan barang kurang sesuai,” ungkap Kasma.

Dia tidak mengetahui untuk apa penggunaanya. Hanya bagi pasar Bandung diantaranya dimanfaatkan untuk tempat makanan, tempat anak burung, dan telur semut bagi pecinta burung atau penggemar mancing. “Sekarang ada yang pesan 200 buah baru terpenuhi 100,” ungkap Kasma.

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya