Upaya Cegah DBD di Bandung, Optimalkan PHBS hingga Bagikan Abate
Sudah ada 2.215 kasus DBD di Kota Bandung
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung masih berupaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kasus ini serang tengah menghantui masyarakat Bandung dengan masifnya masyarakat terkenda DBD.
Sosialisasi pun terus dilakukan salah satunya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Dengan pola hidup bersih khususnya dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) diharap kemungkinan masyarakat terkena DBD bisa menurun.
"DBD erat kaitannya dengan kepedulian terhadap lingkungan. Maka itu saya tugaskan Asda 1 dan jajaran, ada Dinkes juga Disdik, serta jajaran kewilayahan untuk melakukan penanganan. Mulai dari aspek pencegahan hingga pengobatan," ujar penjabat Wali Kota Bambang Tirtoyuliono, saat meninjau program PSN di Kelurahan Cijerah, Bandung Kulon, Kota Bandung, Jumat (29/3/2024).
Ia optimis, angka DBD di Kota Bandung dari tahun ke tahun dapat ditekan jika seluruh masyarakat sama-sama menyadari pentingnya gaya hidup bersih.
Selain itu, Bambang juga mengingatkan kepada seluruh masyarakat Kota Bandung agar lebih proaktif dan jangan ragu membawa anggota keluarganya yang mengalami gejala DBD ke Puskesmas atau fasilitas layanan kesehatan. Adapun salah satu indikatornya ialah demam lebih dari 2 hari.
1. Sudah lakukan PSN serentak di 151 kelurahan
Bambang menyatakan Pemkot Bandung juga telah melakukan sejumlah upaya penanganan kasus DBD. Antara lain dengan melakukan PSN serentak di 151 kelurahan mulai hari ini dan membentuk gerakan satu rumah satu jumantik.
Bambang menyebut Kota Bandung telah memiliki 7.450 jumantik di setiap rumahnya, dan jumlah ini akan terus bertambah.
"Kita ingin Kota Bandung lebih sehat, lebih bersih. Bukan karena ada lonjakan kasus saja. Kita ingin kebersihan ini jadi gaya hidup wargi Bandung," ajak Bambang.
Menurutnya, periodik waktu kasus DBD ini terjadinya setiap bulan Desember hingga Maret atau April. Setiap tahunnya seperti itu sehingga semestinya sudah ada pola yang disiapkan untuk antisipasi dan mitigasi.