Lahan Pertanian KBU Kritis, Waspada Banjir Lumpur Terjang Kota Bandung
Pemerintah dianggap tidak serius atasi persoalan lingkungan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Masih ingatkan dengan banjir lumpur yang terjadi di kawasan Cicaheum, Kota Bandung? Banjir tersebut terjadi pada Maret 2018. Cuaca hujan yang esktrem membuat tanah merah di pertanian Bandung Utara meluncur ke perkotaan.
Kondisi seperti ini kemungkinan akan terjadi kembali. Salah satu penyebabnya adalah lahan pertanian di Kecamatan Cimenyan yang kering kerontang selama musim kemarau. Jika hujan desar terus menguyur kawasan ini, banjir lumpur bisa kembali muncul menerjang pemukiman warga.
Pendiri dan Ketua Yayasan Odesa-Indonesia Faiz Manshur mengatakan, kawasan pertanian di Cimenyan sudah parah. Banyak lahan gundul yang tidak digunakan petani karen minimnya curah hujan beberapa waktu lalu. Selain itu, tidak adanya tutup dari pohon besar membuat lahan pertanian sangat kering.
"Itu lahan kalau tidak ada pohon bisa jadi (tanah) ke bawah lagi pas musim hujan turun, nanti langsung ke Bandung seperti biasanya selain panen air juga panen lumpur," ujar Faiz ketika dihubungi wartawan, Minggu (24/10/2021).
1. Ada 600 hektare lahan kritis yang harus segera ditanami pohon
Faiz mengatakan, lahan di kawasan Bandung Utara sudah rusak. Bukan hanya karena pembangunan yang semakin masif, tapi lahan pertaniannya tidak diurus dengan benar.
Di Kecamatan Cimeunyan misalnya, ada sekitar 10 ribu hektare lahan pertanian yang rusak. Lahan ini hanya digunakan menanam sayur tanpa memperhatikan aspek ekologis dan dampak negatif ke depannya.
"Untuk skala prioritas yang harus cepat ditanggulangi ini sekitar 500 hektare sampai 600 hektare. Ini ada di empat desa, Cimeunyan, Mekar Manik, Cikadut, dan Ciburial," kata Faiz.
Baca Juga: Lahan Kritis di KBU dan Konsistensi Heni Smith Jaga Lingkungan