TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

SMAN 3 Bandung Masih Terfavorit, Punya Sederet Alumni Tokoh Publik

SMA 3 Bandung almamater Ridwan Kamil hingga Yana Mulyana

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Bandung, IDN Times - Melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi hal yang lumrah bagi seluruh lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Namun, di Kota Bandung, tidak sedikit lulusan SMP yang berharap dapat masuk ke SMA yang difavoritkan sekali pun sistem zonasi telah diterapkan.

Salah satu SMA yang difavoritkan di Kota Bandung ialah SMA Negeri 3 Bandung. Sekolah satu ini banyak meluluskan tokoh publik, pejabat publik, atlet nasional, aktor dan aktris, hingga kepala daerah.

Berlokasi di Jalan Belitung No.8, Merdeka, Kecamatan Sumur Bandung, SMAN 3 Bandung nyatanya memiliki sejarah yang panjang.

1. SMAN 3 Bandung punya sejarah yang panjang

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Melansir dari laman resminya, bangunan SMAN 3 Bandung sendiri merupakan gedung tua yang berdiri sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda. Bangunan tersebut dirancang oleh arsitek Charles Prosper Wolff Schoemaker.

Gedung ini berfungsi sebagai gedung Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS), yaitu sekolah menengah untuk bangsa Belanda dan kalangan ningrat Indonesia (sekolah setaraf gabungan SMP (MULO) dan SMA (AMS) dengan masa studi lima tahun).

2. SMAN 3 Bandung melintasi beberapa zaman

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Pada zaman penjajahan Belanda 1916–1942, gedung ini berfungsi sebagai gedung HBS Bandung, sebagai HBS ke-4 yang didirikan pemerintah kolonial setelah HBS di Jakarta pada 27 November 1860, Surabaya November 1875, dan Semarang 1 November 1877.

Selanjutnya, di era penjajahan Jepang 1942–1945, bangunan ini berfungsi sebagai markas (tangsi/asrama) tentara Jepang (Kempetai).

Sementara di Zaman Peralihan 1947–1950 sekolah ini memiliki dua fungsi, di mana pagi hari berfungsi sebagai Sekolah VHO (Voortgezet Hoger Onderwijs), sekolah setaraf SMA berbahasa Belanda, dan sore hari sebagai VHO berbahasa Indonesia.

Pada periode itu Bandung dan sekitarnya masih dikuasai NICA sehingga sistem pendidikan masih mengacu pada sistem yang berlaku sebelum pendudukan Jepang. Gedung sekolah tersebut pagi hari digunakan siswa berbangsa Belanda yang waktu itu masih banyak menetap di Bandung, sementara siang-sore harinya digunakan siswa Indonesia.

3. SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung berdiri berdampingan

(IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Selanjutnya pada 1950, VHO berbahasa Indonesia diganti menjadi SMA 1 B/C, sedangkan VHO berbahasa Belanda (ex HBS) menjadi SMA 2 B/C. Sejak pengakuan kedaulatan, sistem pendidikan yang digunakan di sekolah ini mengikuti sistem pendidikan Indonesia.

Sebagai "tuan rumah baru" sekolah “sore” (eks VHO bahasa Indonesia) mendapat nomor urut 1. Sementara “tuan rumah lama”, sekolah “pagi” (eks VHO berbahasa Belanda – eks HBS) mendapat nomor urut 2.

Berjalannya waktu, jumlah siswa berbangsa Belanda surut dengan sendirinya. Sebaliknya, siswa berbangsa Indonesia semakin meningkat jumlahnya.

Dan dari 1966 hingga sekarang gedung berfungsi sebagai gedung SMAN 3 Bandung dan sebagaian lagi merupakan gedung milik SMAN 5 Bandung.

Baca Juga: Mengenal SMA Unggul Del, SMA Terbaik di Sumut Binaan Luhut Panjaitan

Baca Juga: 250 Pelajar SMA se-Bandung Raya Jadi Wayang Orang di Heart Festival

Berita Terkini Lainnya