Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan Pabrik

Ada 200 petani muda ikuti pelatihan pertanian

Purwakarta, IDN Times - Generasi muda di daerah mulai banyak yang berminat menjadi petani. Namun, di tengah kondisi lahan pertanian yang semakin sempit dan situasi pandemi COVID-19 saat ini, mereka pun dituntut untuk berinovasi.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dedi Mulyadi dalam pelatihan dan bimbingan teknis di Tajug Gede Purwakarta, Selasa (30/3/2021). Kegiatan itu bekerja sama dengan Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

1. Diminta memanfaatkan lahan sempit

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikAbdul Halim/IDN Times

Dedi Mulyadi berpesan kepada para petani khususnya petani muda agar tidak bergantung pada lahan yang luas. “Menjadi petani itu jangan terpaku dengan sawah. Sekarang sawah sudah habis jadi perumahan dan pabrik,” ujarnya.

Kegiatan kali ini diikuti oleh sekitar 200 petani milenial dari berbagai wilayah di Kabupaten Purwakarta. Selain diberi pengarahan dan teori, para petani milenial juga langsung praktik melakukan penanaman padi gogo di lahan yang berada sekitar Tajug Gede Purwakarta.

2. Gunakan bibit padi khusus

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikAbdul Halim/IDN Times

Para petani itu didorong untuk memanfaatkan lahan yang terbatas menggunakan jenis bibit khusus. "Contohnya, padi gogo yang bisa ditanam menggunakan pot di mana saja dan kapan saja," kata Dedi.

Menurutnya, bibit jenis itu lebih mudah beradaptasi dengan kondisi lahan dan cuaca. Tak heran, tanaman padi tersebut bisa tumbuh di lahan yang kekurangan air sekali pun.

3. Padi gogo berhasil dikembangkan di Purwakarta

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Penggunaan bibit padi tersebut diklaim telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Purwakarta selama beberapa tahun terakhir. Salah satunya dilakukan oleh para pelajar di sekolah dan rumah masing-masing selama pandemi COVID-19.

“Sekarang kita bisa lihat anak-anak tiga sampai empat bulan sekali bisa panen. Jadi perlu pemikiran inovatif agar anak tetap produktif daripada disuruh belajar daring yang akhirnya mereka malah main atau motor-motoran tidak karuan,” tutur Dedi.

4. Pemerintah diminta memberi contoh tanam padi gogo di kantor dinas

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikIlustrasi gudang beras. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya

Pemerintah daerah melalui Dinas Pangan dan Pertanian diminta memberikan contoh kepada masyarakat mengenai keberhasilan padi gogo. Sehingga, masyarakat percaya produktivitas pertanian yang tinggi tidak selalu memerlukan lahan yang luas.

Dedi menyarankan setiap kantor dinas itu juga menanam padi gogo. “Coba sekarang itu hitung setiap bangunan pemerintah ada berapa lahan kosong. Tanami padi gogo. Saya yakin kita tidak perlu lagi beli beras apalagi impor,” katanya.

5. Bertani Dengan Manajemen Hati

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Lebih lanjut, Dedi menyebut padi atau beras merupakan harga diri bagi masyarakat Sunda. Sehingga, para petani selalu menggunakan manajemen hati bukan hitungan bisnis dalam mengelola sawahnya.

“Petani leluhur kita itu bertani bukan urusan untung rugi, tapi memakai manajemen hati. Menanam dengan penuh cinta, kebaikan dan ibadah," ujar Dedi membandingkan dengan kondisi sekarang.

Menurutnya, pola pertanian saat ini banyak perhitungannya namun malah rugi.

6. Pemuda harus bisa memadukan ilmu pertanian dengan teknologi

Dedi Mulyadi: Sawah Sudah Habis oleh Perumahan dan PabrikANTARA News

Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian Fajri Jupri mengapresiasi pelatihan dan bimbingan teknis tersebut. Ia berharap kegiatan seperti itu bisa bermanfaat meningkatkan kompetensi petani milenial.

Kegiatan serupa dinilai turut mensosialisasikan teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian. Pada acara bertema Peningkatan Kapasitas SDM Petani dan Penyuluh itu, para petani milenial dijarkan menggunakan alat tanam benih langsung (Atabela).

Teknologi tersebut, kata Fajri, merupakan salah satu komponen teknologi Largo Super yang diluncurkan pada tahun 2018 lalu.

“Teknologi ini diaplikasikan untuk budidaya lahan gogo. Varietas unggul baru yang akan didemokan melalui teknologi Atabela adalah Inpago 12 yang sudah teruji unggul ditanam setiap musim di lahan gogo Tajug Gede,” ujarnya.

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya