Pandemik COVID-19, Potensi Kopi Purwakarta Kian Meredup

Padaahal kopi Purwakarta punya banyak keunggulan

Purwakarta, IDN Times - Kabupaten Purwakarta punya produk kopi yang potensial. Keunggulannya sempat menarik perhatian para pecinta kopi pada West Java International Coffee Festival 2019 lalu di Kota Bandung.

Namun, popularitas Kopi Purwakarta justru meredup seiring pandemik COVID-19. Penutupan tempat pariwisata dan kafe-kafe di Kabupaten Purwakarta menjadi salah satu penyebab turunnya penjualan produk kopi lokal.

"Paling drastis setelah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat. Semua kebutuhan operasional perusahaan Kopi Sunda Purwakarta tidak tertutup," kata Ujang Toha, salah seorang petani kopi lokal beberapa waktu lalu.

1. Penjualan Kopi Purwakarta turun hingga 90 persen

Pandemik COVID-19, Potensi Kopi Purwakarta Kian MeredupAbdul Halim/IDN Times

Produk kopi asal Desa Pusakamulya Kecamatan Kiarapedes Kabupaten Purwakarta itu dijual pula di Rest Area kilometer 88 Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Tol Cipularang). Ujang memperkirakan, penjualannya saat ini menurun hingga 90 persen.

Meskipun demikian, Ujang mengaku tetap bertahan di sana untuk memperkenalkan Kopi Purwakarta kepada pecinta kopi dari luar daerah. "Kami berusaha bertahan karena untuk menjaga sebagian konsumen mania Kopi Sunda Purwakarta," katanya.

2. Kopi Purwakarta punya kadar asam medium hingga rasa rempah

Pandemik COVID-19, Potensi Kopi Purwakarta Kian MeredupAbdul Halim/IDN Times

Selain kopi bubuk, KSP juga menjual produk olahan kopi seperti simping kopi dan lainnya. Untuk bubuk kopi arabika, KSP di Rest Area 88 membanderol Rp65 ribu per 250 gram dan kopi robusta Rp32.500.

Menurut Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan Giri Pusaka, Asep Rahmat Saleh Setiaji, Kopi Purwakarta memiliki tiga keunggulan. "Kadar asam kopi medium, mengandung rasa rempah dan rasanya sama saat diminum pada suhu hangat maupun dingin," ujar dia.

3. Penutupan tempat pariwisata ikut berdampak pada penurunan penjualan kopi lokal

Pandemik COVID-19, Potensi Kopi Purwakarta Kian MeredupAbdul Halim/IDN Times

Asep atau yang akrab disapa Zaenk itu mengungkapkan, Kopi Purwakarta ditanam di kawasan puncak Gunung Burangrang. Perkebunan kopi yang dikelola oleh LMDH Giri Pusaka berada di ketinggian 1.500 meter di atas permukaan laut.

Kopi "gelondongan" atau yang masih berbentuk buah ceri dijual petani seharga Rp8.500. Namun, setelah diolah menjadi biji kopi (green bean), harganya naik menjadi Rp90 ribu dan produk kopi hasil panggangannya rata-rata Rp30 ribu per ons.

Para petani merasakan dampak tidak langsung dari penurunan tempat pariwisata setelah PPKM. "Yang jadi kendala bagi petani, biasanya dipasarkan di lokasi wisata, sekarang tutup. Otomatis berpengaruh pada penjualan," ujar Asep.

4. Pemerintah Kabupaten Purwakarta mendorong petani mengolah produknya

Pandemik COVID-19, Potensi Kopi Purwakarta Kian MeredupAbdul Halim/IDN Times

Sementara itu, berdasarkan data di Dinas Pertanian Kabupaten Purwakarta, luas tanam perkebunan kopi di Purwakarta mencapai 371,83 hektare dengan hasil produksi sebanyak 187,39 ton. Namun, data tersebut hanya untuk jenis kopi robusta.

Pemerintah daerah setempat mendorong para petani lokal mengolah produknya agar dapat menambah harga jual. "Tahun ini, kami memberikan bantuan yang sama untuk pengembangan kopi di wilayah Wanayasa, Bojong hingga Tegalwaru," kata Kepala Dinas Pertanian setempat, Sri Jaya Midan.

Baca Juga: 6 Ragam Kopi Paling Populer di Asia, Ada Kopi Luwak Lho!

Baca Juga: Deretan Restoran Sate Maranggi Purwakarta dan Sejarahnya yang Unik

Baca Juga: 5 Bulan Pandemik COVID, Kampung Sapu Ijuk Purwakarta Kembali Produksi

Topik:

  • Galih Persiana

Berita Terkini Lainnya