Mengunjungi Desa Ponggang, Tempat Sembunyi Pejuang Pascakemerdekaan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Subang, IDN Times - Tembok berbentuk kerucut itu berdiri di tengah area persawahan Desa Ponggang Kecamatan Serangpanjang Kabupaten Subang. Kondisinya sekarang seperti tak terawat, padahal, ia memiliki nilai sejarah penting bagi wilayah Keresidenan Jakarta maupun bagi desa tersebut.
Tepat di lokasi berdirinya monumen merupakan tempat Residen Mohamad Mu'min dan pasukannya untuk menyusun strategi perlawanan pada masa Agresi Militer Belanda pertama. Lokasi persembunyian itu tidak pernah terlacak oleh musuh.
1. Alasan pelarian Residen Mu'min
Kabupaten Karawang yang masih bersatu dengan wilayah Purwakarta dan Subang saat itu, termasuk dalam Keresidenan Jakarta yang dipimpin Moh. Mu'min. Saat Pasukan Belanda menduduki Kalijati pada 24 Juli 1947, para pejabat Keresidenan Jakarta membuat pemerintah darurat di wilayah pedalaman.
Ponggang yang berbatasan langsung dengan Purwakarta, berada di dataran tinggi yang cukup curam. Pada masa kemerdekaan Indonesia, wilayah tersebut masih berupa hutan yang dijadikan perkampungan kecil oleh warga.
2. Residen Mu'min bersembunyi di Ponggang
Dalam buku Sejarah Purwakarta yang disusun A Sobana Hardjasaputra disebutkan bahwa pasukan Belanda tak mampu mengimbangi perlawanan secara gerilya. Karena itu, mereka melakukan perundingan yang dikenal dengan nama Perundingan Renville pada 8 Desember 1947.
Hasil perundingan yang diteken pada 17 Januari 1948 itu di antaranya memutuskan Jawa Barat sebagai wilayah kekuasaan Belanda. Sehingga, pasukan militer Indonesia pun terusir ke Yogyakarta. Namun, Mu'min dan pasukannya memilih tetap tinggal di Ponggang.
3. Selama bersembunyi, para pejuang Ikut membangun desa
Selama masa persembunyiannya, Mu'min bersosialisasi dengan masyarakat lokal. Kedekatan mereka sangat akrab menurut cerita salah seorang tokoh masyarakat Ponggang, Rosmana Hidayat (50 tahun) beberapa waktu lalu.
"Beliau (Moh Mu'min) ikut membangun desa ini, membuka lahan untuk pertanian bersama warga lokal saat itu," kata Rosmana atau yang akrab disapa Bah Ponggang saat ditemui di rumahnya. Kisah kepemimpinan Residen Mu'min diceritakan secara turun-temurun dari orang tua dan kakeknya.
4. Dianggap memiliki kesaktian
Warga mengenal Residen Mu'min sebagai sosok pemimpin yang berkharisma. Bahkan, mereka meyakini Mu'min memiliki kesaktian yang membuat persembunyiannya selama ini tidak pernah diketahui musuh.
"Katanya, pasukan Belanda itu tidak bisa melihat perkampungan ini. Yang mereka lihat hanya hutan belantara, tidak ada perkampungan di sini," ujar Rosmana. Berkat jasa-jasa Residen Mu'min, warga setempat mengabadikan bangunan tempat persembunyiannya.
5. Dibangunkan monumen sebagai penghormatan
Moh Mu'min akhirnya harus meninggalkan Ponggang setelah Republik Indonesia Serikat berdiri. Ia diangkat menjadi Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Karawang Timur sesuai Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat, Sewaka nomor 4/U/H/GDB/50 bertanggal 4 Juni 1950.
Sebelum dijadikan monumen, tempat persembunyian Mu'min awalnya berupa gubuk, hingga kemudian digantikan menjadi batu. Saat masih kanak-kanak, Rosmana menyaksikan batu itu dibatasi pagar sehingga ia sempat mengira tempat tersebut adalah pemakaman.
6. Monumen tak terawat
Akhirnya, warga pun membangun monumen setinggi 4-5 meter di lokasi tersebut. Monumen itu dihiasi batu marmer bergambar yang kini hilang entah kemana. Yang tersisa saat ini hanya monumen kotor tanpa tulisan sehingga banyak warga dan pendatang tak tahu sejarahnya.
Menurut Rosmana, dulu sempat ada orang yang mengaku keturunan Moh Mu'min mendatangi Ponggang secara rutin. Belakangan, mereka pun tak pernah datang lagi seiring dengan kondisi monumen Moh Mu'min yang semakin terbengkalai.